ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #11 : Kucing Hitam


Katanya, kucing hitam itu pembawa sial.
Aku tak tahu kenapa dan bagaimana mitos itu bisa tercipta, tapi bagiku kucing itu imut tak peduli apa pun warnanya. Putih, hitam, belang, aku suka kucing tanpa memandang warna.

Namun, kucing hitam itu membuatku tak nyaman. Sudah tiga kali aku melihatnya dan ketiganya di lokasi yang berjauhan. Kucing itu memiliki warna bulu yang jauh lebih hitam dibanding kucing hitam biasa dan matanya berwarna merah. Jujur saja kucing itu membuatku merinding.

“Kucing hitam itu pembawa sial,” ucap Mama saat aku menceritakan tentang kucing itu. “Dulu pamanmu Agung pernah lihat kucing hitam, besoknya dia langsung meninggal. Bibimu Susan juga pernah lihat kucing hitam, malam itu rumahnya dirampok. Mulai sekarang kamu hati-hati ya Nak, hati-hati.”

Ibuku yang memang paranoid langsung ketakutan. Mau tak mau aku juga jadi takut. Kemunculan kucing itu jelas tak normal. Sebaiknya aku berhati-hati.

Dan benar saja. Baru beberapa jam sejak aku menelpon Mama aku kembali melihat kucing hitam itu. Nyaris saja aku tertabrak motor yang naik ke trotoar. Apakah kucing itu perwujudan kesialan yang bisa melemparkan kesialan pada siapa pun yang melihatnya? Tapi kenapa kucing itu terus mengikutiku?

Perjalanan hari itu menjadi perjalanan paling tidak menyenangkan dalam hidupku. Aku tak bisa mengistirahatkan pandanganku barang sedetik, mataku terus saja mencari jejak si kucing hitam dan si kucing hitam pun terus mengikutiku. Dengan kedua matanya yang bercahaya dia menatapku seolah ingin menyeretku ke dalam api neraka.

Rasanya seperti diikuti oleh malaikat maut. Dalam ketakutan dan keputusasaan aku memilih mengurung diri di dalam kamar. Jika kucing itu membawa maut di luar sana maka aku lebih memilih berdiam di dalam rumah demi keselamatan nyawaku.

Hari berganti hari, aku masih menolak meninggalkan rumah. Teman-temanku mulai bertanya-tanya, tapi aku enggan memberitahu alasannya. Mereka mungkin akan menertawakanku jika tahu. Mereka tak akan mengerti dan hanya menganggapku paranoid, tapi aku yang sudah mengalami sendiri tahu kenyataannya.

Hari pun mulai berganti minggu. Tanpa sadar semua bahan masakan di rumah sudah habis. Aku harus minta tolong seseorang, tapi apa yang akan kukatakan sebagai alasan? Aku masih takut dengan keberadaan si kucing hitam dan tak mau ambil resiko untuk keluar dan berbelanja.

Di saat aku mengecek daftar kontak untuk meminta tolong, tiba-tiba saja Ando menelpon. Ando adalah teman sekelasku di kampus. Sebenarnya aku tak yakin menyebutnya teman, kami nyaris tak pernah bicara.

“Halo?”

”Ada kucing hitam di luar rumahmu.”

Apa yang dia katakan membuatku merinding. Ternyata benar, kucing hitam itu memang mengincar nyawaku.

“Ka-kamu bisa usir kucing itu nggak?”

”Nggak bisa. Ini bukan kucing biasa. Ini kucing keberuntungan.”

Hening sejenak. Aku merasa salah mendengarkan kata terakhirnya, tapi sepertinya bukan begitu.

“Keberuntungan? Bukannya kucing hitam itu bawa sial ya?”

”Orang-orang memang nganggap begitu, tapi yang namanya sial pasti selalu ada di mana-mana. Justru kucing ini memperingatkan kita dari kesialan yang akan datang.”

Aku tertegun. Kalau diingat-ingat, aku bisa menghindari motor yang hampir menabrakku minggu lalu karena aku melihat kucing hitam itu.

”Ini cuma masalah perspektif. Kalau kamu nganggap kucing hitam pembawa sial maka kamu akan takut, tapi kalau kamu nganggap kucing hitam itu pembawa keberuntungan maka kamu jadi lebih waspada. Kalau kita ketakutan otak jadi mikir yang nggak-nggak. Cobalah berpikir lebih positif.”

Aku termenung dan memikirkan semua yang dia katakan. Aku takut jadi aku tak mau keluar rumah, tapi kalau terus seperti ini aku mungkin akan mati kelaparan. Sedangkan di luar sana kucing hitam itu menjadi pertanda bahaya dan yang namanya bahaya seharusnya bisa dihindari.

Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk bangkit dan membuka pintu. Di sana Ando berdiri memandangi kucing hitam yang melihat dari kejauhan.

“Kau tahu dari mana tentang ini?” tanyaku ke Ando.

“Orangtuaku itu dukun,” jawabnya agak berat. “Malu sih, tapi kadang-kadang ajaran mereka berguna.”

Aku menatap kucing hitam itu dan kucing itu balas menatapku. Tak lama kemudian kucing itu pun melangkah pergi. Dengan masih sedikit takut aku pun mulai melangkah dan berbelanja ke toko terdekat.

Sejak hari itu kucing hitam itu pun menjadi bagian dari hidupku. Setiap kali dia muncul aku akan menajamkan mata dan telinga untuk menghindari apa saja yang mungkin akan datang. Benar kata Ando, selama aku waspada semua kesialan itu tak akan pernah sampai padaku.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun terus berganti. Kucing hitam itu tak lagi terlihat menakutkan, justru aku terus menantikan kedatangannya. Apa yang semula kuanggap musibah kini merupakan berkah yang sudah membuat hidupku begitu menakjubkan.

Dan akhirnya aku pun tiba di penghujung hidupku. Hidupku luar biasa, nyaris tak ada yang salah. aku berbaring di tempat tidur dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang menyayangiku. Aku tak bisa mengharapkan lebih.

Dan tentu saja, kucing hitam itu juga ada di sana. Mungkin cuma aku yang bisa melihatnya tapi dia jelas-jelas melihatku. Dialah sang malaikat maut dan kali ini tak lagi ada jalan untuk menghindar. Aku tak takut. Aku menerima uluran tangannya sebagai teman lama dan pergi menuju matahari terbenam yang indah.

***TAMAT***
viensi
kubelti3
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 9 lainnya memberi reputasi
10
980
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan