- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
Desember 2020


TS
luciferxglowing
Desember 2020
~~ Desember 2020 ~~
Hufftt.... lega rasanya setelah melalui perjalanan yang panjang.
Berawal dari tahun 2019, rasa sakit itu udah mulai dirasakan. Seperti kebanyakan orang, aku pun menganggap itu cuma sakit biasa yang bentar aja juga bakalan hilang. Tapi kok udah setahun rasa sakitnya terus menerus muncul ya. Memang selalu hilang timbul, namun semakin lama semakin sering dan rasa nyeri nya semakin bertambah.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk memeriksakan diri. Sendirian? Tentu saja.
Sepulang kerja aku pun mengarahkan motor ini ke fasilitas kesehatan. Sang dokter pun mulai melakukan tugasnya. Bertanya ini dan itu kemudian aku di arahkan untuk ke ranjang pasien. Pemeriksaan pun berlangsung. Kemudian dokter mengatakan, "kemungkinan batu empedu".
Kaget? Jelas lah 😄. Dan dokter pun memberikan rujukan ke RS ke dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Oke, kita berpindah tempat.
Tibalah hari aku datang ke RS tersebut untuk tau lebih jelas sebenarnya aku sakit apa. Setelah daftar dan mengantri, giliran ku untuk masuk ke ruangan dokter yang bertuliskan "Spesialis Penyakit Dalam".
Dokter dan nurse nya ramah, mereka bertanya "kamu sama siapa kesini".
Dengan santai ku menjawab "sendiri aja dok". Iya, aku sendiri. Selama beberapa bulan aku ke RS aku lakukan sendiri. Bisa? Tentu aja bisa, selagi masih bisa dilakukan sendiri ya gk perlu merepotkan orang lain kan. Andalkan diri sendiri dulu. Itu yang terus aku coba untuk terapkan.
Next, aku pun di periksa oleh dokter. Dokter menyarankan untuk di USG abdomen. Aku mengikuti arahan dari dokter. Dan aku pun pindah ke bagian Radiologi untuk USG.
Di kunjungan berikutnya, masih di Poli yang sama. Aku datang untuk tau apa hasil diagnosa setelah di USG. Hasilnya? Normal. Saat itu aku menahan sakit, udah coba disembunyikan tapi ternyata mata dokternya jeli. Tetap terlihat olehnya bahwa aku sedang menahan sakit. Beliau pun bertanya "coba kamu tunjukkan rasa sakitnya dimana". Aku pun mengikuti arahan beliau. Sang dokter mengatakan untuk USG ulang.
Hasil USG kedua menunjukkan bahwa aku terdiagnosa Apendisitis. Yaps, Radang Usus Buntu.
Dokter langsung mengalihkan pengobatan ku ke Spesialis Bedah.
Deg degan melihat suratnya tertera Spesialis Bedah 😄
Minggu berikutnya, masih tetap dengan diri sendiri aku melangkah ke ruangan dokter bedah.
Beliau menyapa dengan ramah dan hangat yang kemudian berubah serius. Tanpa bertele-tele lagi beliau langsung mengarahkan ku ke ranjang pasien dan memeriksa kondisi ku. Setelah selesai periksa dokter pun bertanya "kamu sama siapa kesini".
Seperti sebelumnya aku jawab "sendiri dok".
Dan yahhh dokter mengatakan bahwa harus operasi. Kaget? Nggak. Aku mendengarnya biasa aja. Dan saat itu juga langsung diskusi dengan beliau jadwal untuk operasi.
Tibalah hari operasi, saat di ruang operasi dan operasi berlangsung aku masih tetap sadar. Melihat prosesnya dari lampu yang ada di atas. Dokter pun bilang "tidur aja, nanti dibangunkan". Ku cuma senyum.
Tidak sampai satu menit setelah itu, aku diberi suntikan melalui infus (ntah lah apa itu, namun aku merasa lebih rileks dan mengantuk. Tp tetap gak tidur).
Operasi pun selesai. Setelah operasi selesai baru lah aku merasakan ngantuk yang luar biasa. Aku pun terlelap.
Saat bangun. Kaki belum bisa digerakkan karena masih ada efek bius. Hingga keesokan harinya di pagi hari. Nurse yang bertugas untuk memberi obat melalui suntikan bilang "coba belajar miringkan tubuh perlahan ya. Dan belum boleh duduk".
Aku langsung menoleh ke nurse yang bertugas "mba, saya td udh coba belajar duduk walaupun sakit banget dan butuh perjuangan utk bisa duduk, pegel mba baring terus kayak orang sekarat. Tp gk lama mba, cuma 5 detik baring lg"
Nurse nya pun kaget dan bilang jangan dulu. Tunggu 24 jam katanya.
Oke lah aku dengarkan perintahnya.
Satu jam lagi 24 jam dan aku kebelet pipis. Dengan perlahan dan memaksakan diri, aku pun berjalan ke toilet, sesak rasanya, berulang kali berhenti jalan mengatur napas dan berpegangan dinding kamar RS. Lemas, seperti akan pingsan 😁
Saat dokter berkunjung dan selesai memeriksa kondisi ku, dokter mengatakan "udah bisa coba belajar duduk ya".
Dengan senyum ku jawab "dok, saya udah dari toilet"
Dokter kaget dan beliau langsung periksa tempat aku di operasi 😄.
Kena omel sedikit oleh beliau. 😄
Beberapa bulan pasca OP, aku masih merasakan sakit. Aku kembali bertemu dengan dokter bedah tersebut. Saat ku bilang masih sakit, beliau langsung memeriksa ku dengan teliti. Aku pun diminta untuk CT-SCAN. Hasilnya? Membuat aku syok dan nangis selama perjalanan pulang dari RS. Aku masih sendiri selama berobat. Aku pun di alihkan pengobatan ke spesialis lainnya lagi. Dokter dan Nurse di Poli Bedah itu menatap ku dengan pandangan yang gak bisa di ungkapkan. Mereka memberikan semangat untukku. Di ruangan itu aku tetap senyum walaupun hati rasanya udah berteriak dan air mata ingin terjun bebas, namun aku tahan. Aku menumpahkan air mata itu saat sedang di motor perjalanan pulang.
Sesampainya di rumah, aku menangis, aku berdoa pada Tuhan. Selama satu minggu aku terus berdoa pada Tuhan. Hingga tiba hari untuk aku konsultasi dengan dokter spesialis yang di rujuk. Aku takut, khawatir, perasaan campur aduk. Hasilnya? Aku bersyukur karena dokter memberikan kabar bahagia, aku sampai gak percaya dan meminta dokter untuk periksa ulang dan hasilnya tetap sama. Sungguh saat itu aku sangat lega dan terharu, kekuatan doa.
Perjalanan panjang yang ku lalui selama tahun 2020, rasa sakit dan sepi bersamaan. Sungguh, Terimakasih wahai diri. Kamu sungguh luar biasa, terimakasih sudah bertahan 😊🙂
Hufftt.... lega rasanya setelah melalui perjalanan yang panjang.
Berawal dari tahun 2019, rasa sakit itu udah mulai dirasakan. Seperti kebanyakan orang, aku pun menganggap itu cuma sakit biasa yang bentar aja juga bakalan hilang. Tapi kok udah setahun rasa sakitnya terus menerus muncul ya. Memang selalu hilang timbul, namun semakin lama semakin sering dan rasa nyeri nya semakin bertambah.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk memeriksakan diri. Sendirian? Tentu saja.
Sepulang kerja aku pun mengarahkan motor ini ke fasilitas kesehatan. Sang dokter pun mulai melakukan tugasnya. Bertanya ini dan itu kemudian aku di arahkan untuk ke ranjang pasien. Pemeriksaan pun berlangsung. Kemudian dokter mengatakan, "kemungkinan batu empedu".
Kaget? Jelas lah 😄. Dan dokter pun memberikan rujukan ke RS ke dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Oke, kita berpindah tempat.
Tibalah hari aku datang ke RS tersebut untuk tau lebih jelas sebenarnya aku sakit apa. Setelah daftar dan mengantri, giliran ku untuk masuk ke ruangan dokter yang bertuliskan "Spesialis Penyakit Dalam".
Dokter dan nurse nya ramah, mereka bertanya "kamu sama siapa kesini".
Dengan santai ku menjawab "sendiri aja dok". Iya, aku sendiri. Selama beberapa bulan aku ke RS aku lakukan sendiri. Bisa? Tentu aja bisa, selagi masih bisa dilakukan sendiri ya gk perlu merepotkan orang lain kan. Andalkan diri sendiri dulu. Itu yang terus aku coba untuk terapkan.
Next, aku pun di periksa oleh dokter. Dokter menyarankan untuk di USG abdomen. Aku mengikuti arahan dari dokter. Dan aku pun pindah ke bagian Radiologi untuk USG.
Di kunjungan berikutnya, masih di Poli yang sama. Aku datang untuk tau apa hasil diagnosa setelah di USG. Hasilnya? Normal. Saat itu aku menahan sakit, udah coba disembunyikan tapi ternyata mata dokternya jeli. Tetap terlihat olehnya bahwa aku sedang menahan sakit. Beliau pun bertanya "coba kamu tunjukkan rasa sakitnya dimana". Aku pun mengikuti arahan beliau. Sang dokter mengatakan untuk USG ulang.
Hasil USG kedua menunjukkan bahwa aku terdiagnosa Apendisitis. Yaps, Radang Usus Buntu.
Dokter langsung mengalihkan pengobatan ku ke Spesialis Bedah.
Deg degan melihat suratnya tertera Spesialis Bedah 😄
Minggu berikutnya, masih tetap dengan diri sendiri aku melangkah ke ruangan dokter bedah.
Beliau menyapa dengan ramah dan hangat yang kemudian berubah serius. Tanpa bertele-tele lagi beliau langsung mengarahkan ku ke ranjang pasien dan memeriksa kondisi ku. Setelah selesai periksa dokter pun bertanya "kamu sama siapa kesini".
Seperti sebelumnya aku jawab "sendiri dok".
Dan yahhh dokter mengatakan bahwa harus operasi. Kaget? Nggak. Aku mendengarnya biasa aja. Dan saat itu juga langsung diskusi dengan beliau jadwal untuk operasi.
Tibalah hari operasi, saat di ruang operasi dan operasi berlangsung aku masih tetap sadar. Melihat prosesnya dari lampu yang ada di atas. Dokter pun bilang "tidur aja, nanti dibangunkan". Ku cuma senyum.
Tidak sampai satu menit setelah itu, aku diberi suntikan melalui infus (ntah lah apa itu, namun aku merasa lebih rileks dan mengantuk. Tp tetap gak tidur).
Operasi pun selesai. Setelah operasi selesai baru lah aku merasakan ngantuk yang luar biasa. Aku pun terlelap.
Saat bangun. Kaki belum bisa digerakkan karena masih ada efek bius. Hingga keesokan harinya di pagi hari. Nurse yang bertugas untuk memberi obat melalui suntikan bilang "coba belajar miringkan tubuh perlahan ya. Dan belum boleh duduk".
Aku langsung menoleh ke nurse yang bertugas "mba, saya td udh coba belajar duduk walaupun sakit banget dan butuh perjuangan utk bisa duduk, pegel mba baring terus kayak orang sekarat. Tp gk lama mba, cuma 5 detik baring lg"
Nurse nya pun kaget dan bilang jangan dulu. Tunggu 24 jam katanya.
Oke lah aku dengarkan perintahnya.
Satu jam lagi 24 jam dan aku kebelet pipis. Dengan perlahan dan memaksakan diri, aku pun berjalan ke toilet, sesak rasanya, berulang kali berhenti jalan mengatur napas dan berpegangan dinding kamar RS. Lemas, seperti akan pingsan 😁
Saat dokter berkunjung dan selesai memeriksa kondisi ku, dokter mengatakan "udah bisa coba belajar duduk ya".
Dengan senyum ku jawab "dok, saya udah dari toilet"
Dokter kaget dan beliau langsung periksa tempat aku di operasi 😄.
Kena omel sedikit oleh beliau. 😄
Beberapa bulan pasca OP, aku masih merasakan sakit. Aku kembali bertemu dengan dokter bedah tersebut. Saat ku bilang masih sakit, beliau langsung memeriksa ku dengan teliti. Aku pun diminta untuk CT-SCAN. Hasilnya? Membuat aku syok dan nangis selama perjalanan pulang dari RS. Aku masih sendiri selama berobat. Aku pun di alihkan pengobatan ke spesialis lainnya lagi. Dokter dan Nurse di Poli Bedah itu menatap ku dengan pandangan yang gak bisa di ungkapkan. Mereka memberikan semangat untukku. Di ruangan itu aku tetap senyum walaupun hati rasanya udah berteriak dan air mata ingin terjun bebas, namun aku tahan. Aku menumpahkan air mata itu saat sedang di motor perjalanan pulang.
Sesampainya di rumah, aku menangis, aku berdoa pada Tuhan. Selama satu minggu aku terus berdoa pada Tuhan. Hingga tiba hari untuk aku konsultasi dengan dokter spesialis yang di rujuk. Aku takut, khawatir, perasaan campur aduk. Hasilnya? Aku bersyukur karena dokter memberikan kabar bahagia, aku sampai gak percaya dan meminta dokter untuk periksa ulang dan hasilnya tetap sama. Sungguh saat itu aku sangat lega dan terharu, kekuatan doa.
Perjalanan panjang yang ku lalui selama tahun 2020, rasa sakit dan sepi bersamaan. Sungguh, Terimakasih wahai diri. Kamu sungguh luar biasa, terimakasih sudah bertahan 😊🙂



User telah dihapus dan vkry.fikri memberi reputasi
2
383
222


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan