Budaya Makan DAGING KUCING di Sulawesi Utara, Bagaimana Rasanya?

Beranda
Komunitas
Food & Travel
Cooking & Resto Guide
Budaya Makan DAGING KUCING di Sulawesi Utara, Bagaimana Rasanya?

harrywjyy

01-01-2024 22:46

Budaya Makan DAGING KUCING di Sulawesi Utara, Bagaimana Rasanya?

Sumber Gambar

Selama ini kucing mungkin menjadi hewan peliharaan. Tapi bagaimana jika kucing diolah menjadi makanan? Ya, di Sulawesi Utara kucing menjadi salah satu kuliner. Budaya makan daging kucing masih ada di Sulawesi Utara. Meskipun kontroversial, praktik ini tetap dilestarikan oleh sebagian masyarakat setempat. Daging kucing, yang dikenal dengan sebutan "ikang tusa", dapat ditemukan di pasar dan rumah makan tertentu di daerah ini.

Pasar Beriman Kota Tomohon, Sulawesi Utara, terkenal sebagai tempat di mana daging kucing dijual secara terbuka. Dalam pasar ini, daging kucing dihargai sekitar Rp 100 ribu per ekor untuk ukuran besar. Meskipun dianggap ekstrem oleh sebagian orang, daging kucing ternyata cukup populer sebagai hidangan lauk.

Bagi warga Minahasa, mengonsumsi daging kucing adalah bagian dari tradisi dan kebiasaan mereka. Menurut mereka, daging kucing memiliki rasa yang enak dan lezat. Beberapa bahkan mempercayai bahwa daging kucing memiliki khasiat untuk mengobati penyakit asma. Oleh karena itu, beberapa orang masih mengonsumsi ikang tusa dengan harapan bisa menghindari penyakit tersebut. Namun, mitos ini tidak dapat dipastikan kebenarannya secara ilmiah.

Konten Sensitif

Sumber Gambar

Ikang tusa dikenal dengan rasanya yang lezat dan unik. Beberapa orang yang telah mencobanya menyatakan bahwa dagingnya memiliki tekstur yang lembut dan enak. Rasanya pun dikatakan memiliki sentuhan manis yang sedikit berbeda dari daging lainnya. Bagi sebagian orang, rasanya bahkan dianggap mirip dengan daging ikan.

Makanan ini masih tetap populer di Sulawesi Utara, terutama di kota Manado. Beberapa rumah makan dan pasar masih menjual daging kucing ini, bahkan ada juga yang memasaknya di rumah sebagai hidangan sehari-hari. Warga Minahasa, khususnya, menyebut daging kucing dengan nama ikang tusa.

Proses memasak daging kucing tidak jauh berbeda dengan memasak daging lainnya. Bumbu-bumbu seperti daun salam, daun jeruk, serai, gula jawa, garam, dan air kaldu digunakan untuk meramu daging kucing menjadi hidangan yang nikmat. Dalam memasaknya, warga Sulawesi Utara memiliki kecenderungan untuk menambahkan banyak cabe rawit agar hidangannya terasa lebih pedas.

Sumber Gambar

Meskipun masih ada orang yang menyukai budaya makan daging kucing ini, tidak ada alasan khusus mengapa hal ini dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Utara. Bagi sebagian warga Kristen di daerah ini, makan daging kucing dianggap sebagai hidangan lezat yang biasa mereka santap.

Bagi penggemar hewan peliharaan, kucing juga menjadi salah satu hewan yang sering dipelihara. Mereka memiliki kepribadian yang menggemaskan dan bisa menjadi teman yang setia. Banyak orang yang memberikan nama-nama unik kepada kucing kesayangan mereka seperti Sube, Naruto, Sakura, dan lainnya. Kucing, atau disebut juga sebagai Tusa oleh orang Manado, adalah hewan peliharaan yang paling digemari setelah Badak Bercula Satu dan Pok-pok Aer.

Kuliner daging kucing di Sulawesi Utara tetap menjadi topik yang kontroversial. Meskipun banyak yang mempertanyakan etika dari praktik ini, masyarakat setempat masih menjalankannya sebagai bagian dari tradisi dan kebiasaan mereka. Bagi mereka, daging kucing adalah hidangan yang lezat dan memiliki nilai historis yang kuat.

Sumber Gambar

Makanan tradisional seperti ikang tusa adalah warisan budaya yang harus dihargai. Meskipun kontroversial, namun hal ini juga perlu dipahami sebagai bagian dari keanekaragaman kuliner Indonesia. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan etika dan keberlanjutan dalam memilih dan mengonsumsi makanan, termasuk ikang tusa. Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda dalam hal ini, dan yang terpenting adalah menghormati pilihan dan kepercayaan masing-masing.

Sumber: Link Referensi

emoticon-Cendol Gan