novalakbar12Avatar border
TS
novalakbar12
Dorr ! Peluru Coklat Slepet Loreng di Madura, Demi Super Power Polisi
Penyalahgunaan Kewenangan Kapolri semakin membabi buta, demi cipta kondisi pemenangan Pilpres. Extraordinary operation mulai dijalankan kepolisian, agar tidak kehilangan peran dan pamor pada potensi menguatnya posisi tawar pensiunan TNI AD pada pemerintahan Prabowo - Gibran 2024 s/d 2029. Dan ini bukan kata-kata penulis, tetapi diungkap tersurat maupun tersirat oleh salah satu inisiator Polri Di Bawah Presiden (Independensi Polri) pada diskusi yang digelar LP3ES beberapa hari lalu.

Sebesar itulah kuasa itukah Kapolri dalam menjalankan operasi-operasi sistematis, sejak kriminalisasi Aiman Witjaksono musuhnya gerombolan Sambo, intimidasi Butet Kertarajasa, kriminalisasi Agus Raharjo yang membuat Novel Baswedan (kini anak buah Kapolri) gerah pada kelakuan Jenderal Bintang 4 Kepolisian, hingga peristiwa terbaru, polisi mulai ancang-ancang mengobarkan perang dengan TNI dari glorifikasi 'Pria Bertubuh Kekar' seolah OTK Binaan Tentara, pada peristiwa penembakan Relawan Prabowo - Gibran di Sampang, Madura.

Kini semuanya telah terkuak. Kapolri tak hanya ingin membawa Polri sebagai alat politik praktis, tetapi juga ingin memastikan status quo Supremasi Negara Kepolisian Republik Indonesia di rezim 2024 s/d 2029. Itu sebab, polisi mulai investasi singkirkan tentara sejak hari ini.

***

Door! Door! Suara letupan senjata terdengar bak petir di siang bolong. Muarah (49) seorang tokoh Masyarakat asal Sampang Madura langsung tersungkur. Dua butir timah panas bersarang di badan Muarah yang awalnya sedang menikmati obrolan hangat di depan sebuah toko. Kejadian berlangsung sangat cepat menurut kesaksian teman dan adik korban. Pelaku tidak sempat dikenali karena begitu rapat mampu menyembunyikan identitas, dan langsung bergegas kabur.

Terkesan hasil operasi pelaku yang sangat terlatih, namun dua timah panas bersarang di tubuh korban tanpa merenggut nyawa. Mungkin supaya penggambaran 'Tubuh Kekar' pelaku bisa mengudara.

"Pelaku langsung berhenti di dekat Korban yang lagi ngopi di depan toko itu, dan dengan cepat mengeluarkan pistol yang langsung diarahkan ke korban," terang Muhlis. Menurut Muhlis, tidak ada yang bisa mengenali pelaku karena menggunakan penutup wajah dan helm. Kejadian juga berlangsung sangat singkat Usai menembak korban, pelaku langsung kabur.

https://www.detik.com/jatim/hukum-da...ran-di-sampang

Sontak kabar penembakan relawan Prabowo - Gibran oleh diduga OTK Pria Bertubuh Kekar, membuat geger Sampang. TKN Prabowo - Gibran pun gerak cepat terjunkan Letjen Purn Sjafrie Sjamsoeddin yang menjabat Penasihat TKN, jenguk korban dan mengurai keterangan secara langsung dari korban di RSUD Soetomo, Surabaya, lantaran Polres Sampang diam seribu bahasa.

Dari kunjungan ini, Sjafrie menyebut ada dua logam di dalam tubuh relawan yang ditembak di Madura, Jawa Timur itu tapi alhamdulillah kondisnya sudah membaik dan stabil. Sjafrie mengungkap kejadian yang menimpa Muarah adalah kejadian yang sangat brutal, dimana sikap TKN Prabowo - Gibran kemudian mendesak kepolisian usut tuntas.

https://www.publica-news.com/berita/...di-madura.html

Langkah TKN terjunkan Letjen Purn Sjafrie Sjamsoeddin turun tangan langsung yang diikuti sikap TKN tekan polisi, agaknya membuat polisi gerah. Dalam siaran pers tandingan yang diterbitkan polisi, dikeluarkan dua pernyataan yang terlihat adanya unsur permainan, yakni Pelaku Diduga OTK Pria Bertubuh Kekar dan Peristiwa Penembakan Diduga Tak Terkait Politik.

https://www.detik.com/jatim/hukum-da...bertubuh-kekar

https://www.cnnindonesia.com/nasiona...elawan-prabowo

Dua sikap ogah-ogahan yang dipajang polisi ini yang kemudian mendorong TKN Prabowo - Gibran memutuskan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk mengawal dan mengimbangi pengusutan ogah-ogahan dari kepolisian.Apalagi, Prabowo Subianto sendiri sampai turun tangan meminta kepolisian segera mengungkap motif di balik penembakan relawannya. Tak tanggung-tanggung, Mahfud MD sebagai pasangan dari rival Prabowo pun turut bersuara mendesak agar polisi tidak main-main dalam mengusut kasus ini.

https://radarbangkalan.jawapos.com/n...awan-di-madura

https://tirto.id/prabowo-harap-motif...ditemukan-gTLE

https://video.okezone.com/play/2023/...n-diselesaikan

Rangkaian peristiwa di atas menggambarkan betul betapa mudahnya polisi menyepelekan kasus jika kasus tersebut tidak viral dan tidak mengundang tekanan politik tingkat tinggi. Menggambarkan betapa bobroknya institusi polri yang sudah terlanjur nyaman dengan Supremasi Polri Di Bawah Presiden tanpa pengawasan siapa pun oleh lembaga yang lebih tinggi, sehingga kerap menggampangkan masalah. Kasus penembakan Madura memperlihatkan jelas bagaimana polisi tersinggung egonya, lantaran TKN Prabowo - Gibran terjunkan Letjen Purn Sjafrie Sjamsoeddin, seorang purnawirawan TNI AD kelas kakap, sehingga kepolisian melontarkan 'Pelaku Diduga OTK Pria Bertubuh Kekar' yang lekat dengan citra tentara.

Seolah polisi sedang mengatakan, 'Halah, permainan tentara sendiri kok suruh kita yang repot?'.

Langkah TKN Prabowo-Gibran terjunkan Letjen Purn Sjafrie Sjamsoeddin jelas bukan tanpa alasan. Sangat wajar jika TKN Prabowo - Gibran mulai gerah melihat tindak tanduk polisi yang terlalu grasa-grusu dan jorok dalam membela Prabowo - Gibran secara membabi buta. Cara polisi kriminalisasi Aiman, Copot Baliho Ganjar - Mahfud, Intimidasi Butet, Kriminalisasi Agus Raharjo, dan segudang tindakan polisi lainnya terhadap kompetitor Prabowo - Gibran, telah membuat kesan 'Prabowo - Gibran Hanya Bisa Menang Berkat Kecurangan Polisi'. Padahal, fakta hasil survei, sejauh ini masih menempatkan Prabowo - Gibran di atas angin. Unggul jauh dari Ganjar - Mahfud dan Anies - Imin.

Adalah wajar jika akhirnya Prabowo - Gibran merasa gerah dengan permainan kotor polisi dan akhirnya mulai tidak percaya pada polisi, seperti yang kita lihat pada sikap TKN memutuskan bentuk TPF untuk mengimbangi Timsus yang dibentuk Polda Jatim. Ini kita apresiasi betul cara Prabowo - Gibran menyikapi gerak-gerik mencurigakan kepolisian di sepanjang Pilpres 2024, dengan mulai mengedepankan 'Rasa Tidak Percaya' kepada Polri.

Ini berarti, poros Teuku Umar (Ganjar - Mahfud) dan poros Hambalang (Prabowo - Gibran) sudah 'sepakat' menjauhi perpolitikan Kepolisian.

Tentu menjadi tanda tanya, kenapa Kapolri dan Polri bertindak sejauh dan sejorok ini di Pilpres 2024. Belum pernah ada sejarahnya, polisi digiring berpihak dengan sangat terbuka seperti hari ini yang diiringi segudang Kriminalisasi dan Intimidasi, kepada kompetitor, yang justru berdampak negatif bagi Paslon Prabowo - Gibran yang dibelanya.

Diskusi yang digelar LP3ES pekan lalu, dapat menjelaskan problematika tersebut. Salah satu inisiator Independensi Kepolisian (Polri Di Bawah Presiden), Sidratahta Mukhtar, mengurai bagaimana gagasannya yang direalisasi 20 tahunan lalu itu, telah memberi efek buruk berupa Supremasi Negara Kepolisian Republik Indonesia yang terlalu Super Power, tanpa ada satu pun lembaga yang bisa mengawasi, karena berada di bawah Presiden secara langsung. Berbeda dengan TNI yang dikelola di bawah Kementerian Pertahanan.

Sidratahta menjabarkan bahwa sistem sentralistik dalam garis komando Kepolisian telah memicu abuse of power yang dilakukan Kapolri. Sebab, dengan berposisi langsung di bawah Presiden, maka arah politik Presiden juga secara otomatis menjadi arah politik Kapolri dan Polri, sehingga membuka ruang keleluasaan bagi Kapolri untuk mencampur aduk antara Politik Pribadi Presiden dan Politik Keamanan Negara.

https://www.medcom.id/pemilu/news-pe...itas-di-pemilu

Memang sejumlah Kapolri sebelum Listyo Sigit Prabowo, dari sejak era pemerintahan Megawati dan SBY, tidak bertindak sejauh Kapolri saat ini. Lantas apa motif yang mendasari grasa-grusu Kapolri Listyo Sigit Prabowo hari ini? Sampai-sampai harus memainkan drama 'Bela Prabowo - Gibran secara terbuka dan jorok' sekaligus untuk 'gembosi Prabowo - Gibran dengan stigma Curang'. Ada motif apa?

Sekali lagi, diskusi LP3ES juga mengurai soal perlunya menempatkan Polri di bawah kementerian, agar memiliki lembaga pengawas yang kuat, yakni pemerintahan itu sendiri, sehingga akan meminimalisir Super Power Kapolri dan Polri. Uraian Sidratahta Mukhtar dalam diskusi LP3ES dan persaingan Polisi vs Tentara dalam kasus Penembakan Madura, jelas menggambarkan betapa mudahnya polisi menyepelekan kasus, jika kasus tersebut tidak viral dan tidak mengundang tekanan politik tingkat tinggi. Menggambarkan betapa bobroknya institusi polri yang sudah terlanjur nyaman dengan Supremasi Polri Di Bawah Presiden tanpa pengawasan siapa pun oleh lembaga yang lebih tinggi.

Fakta terkini dimana poros Teuku Umar (Ganjar - Mahfud) dan poros Hambalang (Prabowo - Gibran) sudah 'sepakat' menjauhi perpolitikan Kepolisian, tentu sebuah langkah maju untuk mewujudkan 'Polri Di Bawah Kementerian' yang sempat diusulkan Mantan Kapolri Tito Karnavian yang kini menjabat Mendagri namun ditolak DPR RI, beberapa tahun lalu.

Carut marut politik kepolisian dinilai penulis perlu menjadi perhatian serius pada Debat Pilpres 3 yang mengambil tema 'Hankam, HI, Geopolitik' pada 7 Januari 2024 mendatang. Kesamaan arah Ganjar - Mahfud dan Prabowo - Gibran menjauhi Kapolri dan Polri dari kasus penembakan Madura, merupakan sinyalemen keruntuhan Supremasi Negara Kepolisian Republik Indonesia yang kerap menjadi plesetan yang diucap para Jenderal TNI, imbas ketimpangan antara Polisi dan Tentara, berpeluang diwujudkan pada rezim 2024 s/d 2029.

Boleh jadi, kekhawatiran Kapolri dan Polri pada 'pengerdilan Kepolisian' dalam implementasi 'Polri Di Bawah Kementerian' menjadi motif terselubung gerak-gerik mencurigakan Kapolri dalam mengorkestrasi 'Over-Acting Polri Bela Prabowo'. Semacam lobi politik Kapolri kepada Prabowo - Gibran kepada calon pemenang Pilpres, agar pertahankan status quo 'Polri Di Bawah Presiden'.

Jurus Mabuk Kapolri yang dari kasus Penembakan Madura bahkan sudah memasuki tahap dimana 'Peluru Coklat Bidik Loreng', jelas menunjukkan nuansa 'Ancaman Wereng Coklat' kepada 'Loreng Di Belakang Prabowo - Gibran'.

"Lo Jual, Gua Beli". Mungkin begitu alasan TKN Prabowo - Gibran akhirnya membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) Loreng untuk menyaingi Timsus Coklat, yang diikuti dengan langkah Prabowo Subianto sendiri turun tangan menghardik Kepolisian.

Keruntuhan Supremasi Negara Kepolisian Republik Indonesia di depan mata.

Bravo TNI !
araharah29
bagasfarisca
sorayamanaf
sorayamanaf dan 7 lainnya memberi reputasi
8
6.8K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan