Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

softkeyAvatar border
TS
softkey
Wanita Sebagai Madrasah Pertama
Dewasa ini, masih banyak anggapan bahwa wanita tidak memiliki peran yang begitu penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Ungkapan seperti "Buat apa sekolah tinggi, buat apa jadi sarjana, kalo ujung2nya kedapur juga".

Kita lupa, perkataan Al Imam Syafi'i RA

الام مدرسة العلى اذا اعدتها اعدت شعبا طيب الاعراق

"Ibu adalah madrasah pertama. Apabila kalian menyiapkan generasi kaum ibu. Maka sesengguhnya kalian tengah menyiapkan generasi yang berkarakter mulia."

Seperti yang disebutkan beliau tadi, bahwa ibu adalah madrasah pertama. Guru pertama.Tidak bisa dibayangkan bagaimana rancunya kehidupan anak apabila memiliki ibu yang tidak peka terhadap pendidikan. Kalau seorang ibu tidak bisa menjadi pendidik yang baik untuk anaknya. Bagaimana bisa anaknya nanti akan tumbuh menjadi generasi emas di masa selanjutnya? Inilah pentingnya pendidikan. Anak2 kita tidak bisa memilih dilahirkan dari rahim seorang ibu yang seperti apa. Tapi kita, bisa mengarahkan anak2 kita akan tumbuh dengan pendidikan yang seperti apa.

Kita sebagai kaum perempuan, baik yang telah menjadi ibu atau calon ibu untuk anak2nya , wajib hukumnya memiliki kepekaan terhadap pendidikan anak. Mau sehebat apapun gurunya , semahal apapun sekolahnya, tapi jika dirumahnya tidak ada sosok ibu yang memberi pondasi2 nilai kehidupan untuk anak, maka, hal ini masih perlu menjadi hal yang patut kita pikirkan lebih dalam lagi.

Masih sangat lekat dalam ingatan kita, kisah beribu abad lalu. Seorang anak bernama Ibrahim. Memilik ayah bernama Azar. Tukang pahat patung sekaligus penyembahnya. Namun, si Anak dilahirkan dari rahim seorang perempuan yang terjaga kesuciannya. Terjaga kebaikannya. Terjaga nilai2 luhurnya. Maka anaknya, Ibrahim, tumbuh dengan baiknya. Menjadi pemimpin orang2 baik. Memiliki keturunan2 yang baik.

Namun, kita juga diingatkan dengan kisah nabi Nuh. Beliau telah terbukti kredibilitasnya sebagai orang baik. Bahkan beliau adalah seorang Nabi. Sayangnya, memiliki istri yang tidak baik. Apa yang terjadi kemudian? Anaknya, Kan'aan terseret menjadi tidak baik. Dan na'asnya ia ikut tenggelam bersama orang2 yang tidak baik.

Dari 2 kisah diatas, sejarah membuktikan bahwa ibulah yang dapat mencetak kepribadian anaknya. Ibulah yang membentuk karakter anak-anaknya.

Oleh karena itu, mari kita didik diri kita terlebih dahulu. Kita jadikan diri kita wanita2 yang terdidik baik dari segi ilmu ataupun akhlaknya. Agar kemudian kita bisa mendidik anak2 kita,mendidik orang2 disekitar kita dengan pendidikan yang lebih baik lagi. Seperti ungkapan jawa. Wanita. Wani tapa. Demi kemaslahatan generasi di masa selanjutnya. Sekian
danisetiawan27
bukhorigan
mr_satanz
mr_satanz dan 2 lainnya memberi reputasi
3
40
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan