Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

.barbarian.Avatar border
TS
.barbarian.
Terindikasi Nepotisme, Ternyata Ganjar Libatkan Anaknya jadi Juru Kampanye!
Jumat, 17 November 2023 | 07:00 WIB

JAKARTA, POJOKBACA.ID - Kontroversi terkait nepotisme kembali menghampiri panggung politik, kali ini melibatkan putra calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo.

Muhammad Zinedine Alam Ganjar, anak Ganjar, tampil sebagai juru kampanye dan memunculkan kritik tajam terkait praktik nepotisme dalam dunia politik.

Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, secara tajam menilai bahwa keterlibatan Alam dalam kampanye bertolak belakangan dengan pidato Ganjar saat pengambilan nomor urut capres-cawapres di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (14/11/2023).

"Saya rasa sayangnya Ganjar lupa, bahwa dirinya juga tidak berani benar-benar menunjukkan perilaku diri bebas dari nepotisme. Anaknya Ganjar, ikut membantu memenangkan Ganjar, dengan alasan membantu bapaknya," ujar Efriza, Kamis 16 November 2023.

Menurut Efriza, keterlibatan Alam dalam tim sukses pemenangan dianggap sebagai bentuk nepotisme, terlebih karena Alam sendiri mengaku akan terjun ke dunia politik.

Ini adalah awal bibit nepotisme dalam politik, meski Ganjar berjanji tidak akan memberikan keistimewaan kepada anak ketika sudah terpilih dan menjabat sebagai capres," tambahnya.

Sebagai seorang pengamat politik, Efriza mengkritik pidato Ganjar di pengambilan nomor urut capres-cawapres di KPU. Dalam pidatonya, Ganjar menyebut bahwa demokrasi saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"Artinya, apa yang diungkapkan masih narasi besar, tapi kesadaran dirinya minim untuk memberikan contoh nyata, yang menunjukkan dirinya punya komitmen besar di awal, yakni bebas dari perilaku nepotisme," ungkap Efriza.

Kritik Efriza terhadap Ganjar mencerminkan kekhawatiran terhadap praktek politik yang dapat merusak esensi demokrasi.

Nepotisme, sebagai bentuk pemberian keistimewaan kepada keluarga, dianggap dapat merongrong fondasi keadilan dan kesetaraan dalam sistem politik.

Dalam menjelang pemilihan presiden, Ganjar Pranowo dihadapkan pada tugas berat untuk meyakinkan masyarakat bahwa dirinya benar-benar mengutamakan prinsip demokrasi dan keadilan.

Kontroversi ini menjadi ujian bagi integritas dan komitmen politiknya, terutama setelah keterlibatan aktif Muhammad Zinedine Alam Ganjar dalam tim sukses.

Pendapat Efriza bukanlah tanpa dasar. Pengamat politik seringkali menyoroti praktik nepotisme dalam politik sebagai langkah yang merugikan.

Dalam hal ini, Efriza menilai bahwa Ganjar belum sepenuhnya memahami dampak negatif dari keterlibatan keluarga dalam dunia politik, terutama dalam menciptakan citra yang bersih dan bebas dari praktik-praktik yang dapat merusak demokrasi.

Saat ini, citra politisi bukan hanya ditentukan oleh retorika yang disampaikan dalam pidato, tetapi juga oleh tindakan nyata yang mencerminkan integritas dan komitmen terhadap prinsip-prinsip demokrasi.

Dalam kasus Ganjar Pranowo, keputusan untuk melibatkan anaknya dalam kampanye menciptakan keraguan mengenai kesungguhan Ganjar dalam mempraktikkan demokrasi yang sejati.

Tantangan besar bagi Ganjar adalah membuktikan bahwa dirinya dapat berdiri teguh tanpa harus merugikan prinsip-prinsip demokrasi yang diyakininya.

Melibatkan keluarga dalam kampanye, tanpa memperhatikan kemungkinan terjadinya nepotisme, dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam persaingan politik.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah Ganjar Pranowo dapat mengelola kontroversi ini dengan bijak dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap integritasnya.

Sebagai seorang calon presiden, integritas dan kesanggupan untuk mempraktikkan nilai-nilai demokrasi merupakan modal utama dalam merebut hati pemilih.

Masyarakat pun memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban dari para pemimpinnya, terutama terkait dengan isu-isu yang berkaitan dengan prinsip-prinsip moral dan etika politik.

Nepotisme, sebagai bentuk ketidaksetaraan, menjadi fokus perhatian publik dan membutuhkan penjelasan yang jelas dari pihak terkait.***

https://www.pojokbaca.id/politik/223...-juru-kampanye

Gak masalah sih anak muda terjun ke politik apalagi terinspirasi sama gibran.

Cuma masalahnya nih anak gak punya karakter sendiri. Contohnya waktu di komen negatif dari bahasa yg kurang baik dia bilang SENYUMIN AJA. itu kan gibran banget. Gak bisa begitu lah lawan donk yg komen negatif anak muda itu harus banyak cakap bukan BANYAK SENYUM. Apalagi dia jadi jadi JURKAM ayahnya.

Ya kali... Jadi jurkam cuma BANYAK SENYUM.

emoticon-Leh Uga

Quote:



Ayahnya GAK JELAS..
Anaknya GAK JELAS..

emoticon-Wakaka

SENYUMIN AJA APAAN

Quote:
Diubah oleh .barbarian. 18-11-2023 10:17
adolfsbasthian
Reikouki
peluk.aku.say
peluk.aku.say dan 3 lainnya memberi reputasi
4
686
57
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan