Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nikwigAvatar border
TS
nikwig
HELIOTROPE ; ZERO
Spoiler for PERINGATAN !!!:



HELIOTROPE ; ZERO

PROLOG


Naura adalah seorang penari balet yang terkenal. Namun, setahun yang lalu, dia mengalami sebuah kecelakaan yang menghancurkan hidupnya. Saat itu, usai latihan untuk pekan pentas di Ailesburg, mobil yang dia kendarai ditabrak oleh sebuah truk kontainer. Naura mengalami cedera serius dan koma selama 3 hari di rumah sakit. Akibat dari kecelakaan itu, karir baletnya hancur dan impiannya harus kandas.


Menjelang dia bangun dari koma, dia sempat mendengar suara yang seperti memanggilnya dengan nama yang terdengar asing.


“Claudine, bertahanlah.” Lalu suara itu perlahan memudar dan dia pun sadar dari komanya.

Sahabatnya sekaligus rekan se profesinya, Nadine dan Kiara, menyaksikan detik Naura yang sadar. Matanya melihat ke sekitar dan menemukan kedua sahabatnya itu sedang menungguinya.

“Nadine, Kiara? Dimana aku sekarang?” ucapnya dengan suara lirih.

“Kau sekarang berada di rumah sakit. Syukurlah akhirnya kau sadar,” ucap Nadine sambil membasuh air matanya dengan tisu.

“Kiara, tolong beritahu dokter kalau Naura sudah sadar,” ucapnya lagi. Saat itu juga Kiara segera pergi untuk menemui dokter. Sedangkan Nadine menjaga Naura sendirian di ruangan.

Naura memejamkan matanya dan mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Sebuah truk kontainer menabrak mobilnya, dan kejadian itu terjadi begitu cepat sehingga dia tidak ingat apa-apa lagi setelahnya. Matanya perlahan terbuka dan melihat ke arah Nadine.

“Apa yang terjadi setelah kecelakaan malam itu?” tanya Naura kepadanya.
Nadine pun dengan berat hati menjawab pertanyaan itu,

“Kau dilarikan ke rumah sakit, dan pihak rumah sakit menghubungiku, memberitahu bahwa kau dalam keadaan kritis.”

“Begitu ya. Aku kira aku sudah mati dalam kecelakaan itu.”
“Kau ini bicara apa? Baru saja kau bangun dari koma.”
“Berapa lama aku koma?”
“Sudah 3 hari sejak kecelakaan itu.”

“Benarkah? Berarti aku melewatkan acara itu. Rasanya seperti sia-sia saja berlatih selama ini.”

“Sudahlah, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas itu. Kau harus cepat pulih.”


Tak berselang lama dokter dan beberapa perawat masuk dan melihat keadaan Naura. Mereka memeriksa Naura untuk memastikan dia tidak mengalami cedera kepala. Setelah itu, dokter memeriksa jahitan di kedua kaki Naura dan berkata,

“Untuk sekarang, kau tidak boleh terlalu banyak bergerak. Jahitan ini belum sepenuhnya kering.”

Seketika Naura kaget mendengar ucapan dokter. Dia bergegas ingin bangkit untuk melihat kondisi kakinya. Perawat yang melihatnya membantunya mengambil posisi duduk.

Dengan jelas dia melihat kedua kakinya yang terbalut perban. Naura pun tanpa sadar meneteskan air mata.

“Apa yang sebenarnya terjadi, dokter? Kenapa kakiku diperban?” ucap Naura dengan suara terisak.

“Kau mengalami patah tulang saat kecelakaan. Dan upaya terbaik saat itu adalah memasang pen di kaki kananmu. Sementara kaki kirimu mengalami dislokasi.”

“Kami tahu kalau ini berat untukmu. Kami harap kau segera pulih dari cedera ini.”

Dia terus menangis sambil memukuli pahanya setelah mendengar penjelasan dokter. Nadine yang melihatnya pun segera menghampiri memeluk Naura untuk menenangkannya.

“Dengar aku, Naura. Kau akan segera sembuh dan berlatih lagi bersama kami. Tahan emosimu.”

“Bagaimana aku bisa terus menari kalau keadaanku seperti ini?”

“Percayalah, semua akan baik-baik saja,” ucap Nadine.

Naura hanya menangis di pelukan Nadine lalu dokter berpamitan untuk pergi. Tak lama berselang, Kiara datang dan melihat mereka berdua sedang menangis.

“Naura, kau tidak apa-apa kan?” ucapnya panik.
Tapi Naura terus saja menangis dan mengabaikan pertanyaan itu. Dia segera memegang tangan Naura dan ikut menangis melihat sahabatnya begitu terpukul dengan keadaan itu.

Mereka saling berpelukan dan menangis bersama sepanjang malam. Sementara di luar rumah sakit, salju turun mengiringi keadaan tragis yang dialami Naura hari itu setelah bangun dari koma.

===


Satu tahun pun berlalu sejak hari itu. Naura telah berdamai dengan kenyataan, menerima apa yang telah menimpanya. Setelah operasi pelepasan pen di kakinya, Nadine memutuskan untuk berhenti menari dan merawat Naura di rumahnya. Sementara itu, Kiara masih menari dan sering datang berkunjung untuk menemui kedua sahabatnya.

Persahabatan mereka semakin erat sejak hari Naura bangun dari koma. Sampai akhirnya Kiara mendapatkan beasiswa di luar negeri berkat prestasinya di bidang tari.

Nadine sekarang sudah bekerja kantoran dan Naura yang sedang menjalani terapi agar bisa berjalan normal.

Mereka pun mengadakan pesta perpisahan di rumah Nadine sambil merayakan pencapaian Kiara.

"Selamat ya, Kiara. Akhirnya kau mendapatkan apa yang selama ini kau impikan," ucap Naura. Mendengar itu, Kiara tampak sedih dan memeluk Naura.

"Aku akan berpisah dengan kalian berdua. Aku khawatir apakah aku bisa hidup di Shinburg sendirian."

Nadine yang datang sambil membawa sekotak pizza pun menanggapi ucapan barusan.

"Tentu saja kau bisa. Lagipula, kau sudah melangkah sejauh ini. Kalau sampai kau kembali ke sini sebelum kau sukses menaklukkan Shinburg, tentu kami akan sangat marah."

Dia lalu meletakkan pizza itu dan duduk di sofa. "Dengar ini baik-baik ya, Kiara. Teruslah menari untuk kami berdua. Jangan khawatir, kami akan sukses dengan cara kami sendiri lalu menyusulmu suatu hari nanti. Tunggu saja! Benarkan, Naura?"

Naura yang mendengar itu tersenyum dan melepas pelukan Kiara. "Ayo, kita mulai pesta ini. Aku sudah lapar."

"Jaga pola makanmu, Naura. Aku merasa kau belakangan ini kau semakin bertambah gemuk," ucap Kiara sambil mencubit pipi Naura.

"Benarkah aku jadi semakin gemuk?"

"Tanyakan saja pada kakakmu itu," ucapnya sambil menoleh ke arah Nadine yang sedang makan pizza.

Nadine pun tertawa mendengar candaan itu, sementara Naura cemberut dengan ledekan kedua sahabatnya.

Malam itu menjadi hari terakhir Kiara bertemu dengan Nadine dan Naura. Keesokan paginya, dia harus terbang ke Shinburg. Suasana penuh kehangatan memenuhi ruangan itu. Canda dan tawa membawa mereka melintasi malam. Tak terlihat aura kesedihan dari mereka bertiga. Sampai akhirnya Naura kelelahan dan tertidur di sofa.
Sementara Kiara dan Nadine pun mengakhiri pesta itu berdua.

"Kiara, kau tidak menginap di sini saja?" ucap Nadine menawarkan untuk menginap malam itu karena sudah terlalu larut.

"Aku sebenarnya mau, tapi aku belum selesai packing untuk besok pagi," ucap Kiara santai.

"Kau ini memang tidak pernah berubah, ya."

"Yah, begitulah. Kalau begitu aku pamit dulu ya, Nadine. Jaga Naura baik-baik di sini."

"Pasti. Hati-hati di jalan ya. Sampai jumpa."

"Selamat tinggal, Nadine..." ucapnya sambil melangkahkan kaki keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Mobil itu pun berjalan keluar halaman dan melaju ke pusat kota meninggalkan rumah Nadine.

Di dalam ruangan, Nadine membantu Naura dengan memapahnya duduk di kursi roda. Dia membawanya ke kamar lalu meletakkan Naura di tempat tidur. Sebelum dia keluar dari kamar untuk membereskan sisa pesta, dia melihat kearah Naura.

"Andai saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi. Pasti kaulah yang akan mendapatkan beasiswa itu, Naura," gumamnya lirih.

Kemudian dia keluar meninggalkan Naura yang tertidur untuk membereskan ruangan pesta. Sejenak, kembali dia teringat ucapan Kiara yang membuat hatinya risau.

"Selamat tinggal, ya... Aneh sekali, tidak biasanya dia mengucapkan kata-kata itu."

"Akh, sudahlah, Nadine. Tidak ada waktu untuk curiga. Sekarang aku harus membereskan ini dan segera tidur," ucapnya sendiri sambil menepuk wajahnya.

Di tempat lain, Kiara terlihat berbicara dengan seseorang melalui telepon sambil terus menyetir. Beruntung malam itu jalanan kota relatif sepi. Dia bisa menyetir sambil menelpon seseorang tanpa kawatir ditilang.

"Halo,kau dimana?”
"Besok pagi, kau bisa mengambil mobil ini. Setelah sampai di apartemen, aku akan mentransfer uangnya. Tidak usah khawatir," ucap Kiara kepada orang itu.

Lalu orang itu melanjutkan bicara dan Kiara mendengarnya dengan seksama.

"Baiklah, sudah dulu ya. Aku sedang menyetir. Jangan lupa kirim nomor rekeningmu.”

Kemudian dia menutup telepon itu dan bergegas pulang dengan mempercepat laju mobilnya.

Sesampainya di apartemen, Kiara buru-buru masuk dan mengumpulkan beberapa koper yang sudah selesai dipacking. Dia lalu melepas jaket yang dia kenakan dan memasukkannya ke dalam kantung plastik, lalu menaruhnya di samping mejanya. Pandangannya tertuju ke arah foto dirinya bersama Nadine dan Naura 3 tahun yang lalu saat masih berada di sekolah balet.

Dia berjalan menghampiri foto lalu mengambilnya. Tampak dari wajahnya terukir sebuah senyuman.

"Dengan ini, semuanya berakhir. Akulah pemenangnya dan selamat tinggal para pecundang," ucapnya dengan nada puas sambil memasukkan foto itu ke dalam tempat sampah yang berada tepat di samping meja belajarnya yang telah kosong.

Segera dia berganti baju dan membawa semua barangnya menuju ke bandara untuk segera terbang ke Shinburg malam itu.


===


Note:
Heliotrope  berasal dari bahasa Yunani helios (berarti 'matahari) dan tropos (berarti 'berputar'). Bunga yang mengikuti peredaran matahati. Waktu mekar dimusim panas dan gugur.

Beberapa orang mendeksripsikan aroma bunga ini seperti bau vanilla. Main BGM di cerita ini adalah sebuah lagu berjudul Vanilla ; Instrumental version milik Tomori Kusunoki.
===

emoticon-Lempar Bata BATA ONLY emoticon-Lempar Bata
(ts sedang membutuhkan banyak bata untuk pembangunan padepokan)
Terima Kasih

Diubah oleh nikwig 28-10-2023 05:11
provocator3301
bonek.kamar
bukhorigan
bukhorigan dan 2 lainnya memberi reputasi
-1
292
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan