- Beranda
- Komunitas
- LG ThinQ Community
25 Tahun bersahabat dengan Si Penjual Tepung, penuh pengalaman berharga!


TS
bukhorigan
25 Tahun bersahabat dengan Si Penjual Tepung, penuh pengalaman berharga!
Quote:
Halo Gan!
Selamat datang,
Jadi sebenarnya saya ingin menulis Thread ini di forum H2H, namun forum LG ThinQmengadakan event bertemakan Cerita dari Dapur yang kebetulan satu tema dengan kisah yang hendak saya tulis. Oleh karenanya saya berterimakasih pada Admin @lgeindonesia yang mengadakan event ini, seolah-olah apa yang saya ceritakan diberi kesempatan lebar untuk dibaca khalayak ramai.
Terlepas dari event kompetisi, satu yang pasti kisah ini saya persembahkan untuk sahabat saya. Sampai di detik ini-pun ia dan keluarganya banyak membantu hidup saya tanpa pamrih.
Jadi, Jangan lupa cendol dan jejaknya di kolom komentar, sembari share pengalaman tentang sahabat kalian di bawah ya gan!
Because
Sharing is Caring

Selamat datang,
Jadi sebenarnya saya ingin menulis Thread ini di forum H2H, namun forum LG ThinQmengadakan event bertemakan Cerita dari Dapur yang kebetulan satu tema dengan kisah yang hendak saya tulis. Oleh karenanya saya berterimakasih pada Admin @lgeindonesia yang mengadakan event ini, seolah-olah apa yang saya ceritakan diberi kesempatan lebar untuk dibaca khalayak ramai.
Terlepas dari event kompetisi, satu yang pasti kisah ini saya persembahkan untuk sahabat saya. Sampai di detik ini-pun ia dan keluarganya banyak membantu hidup saya tanpa pamrih.
Jadi, Jangan lupa cendol dan jejaknya di kolom komentar, sembari share pengalaman tentang sahabat kalian di bawah ya gan!
Because
Sharing is Caring



Quote:
Sebuah Permulaan
Konten Sensitif

Gan, apa kalian punya sahabat yang menemani sejak kecil?Sahabat yang kalian anggap selayaknya keluarga sendiri. Sahabat yang selalu ada saat suka maupun duka. Sahabat yang selalu menerima bagaimana 'bentuk dan rupa' kita. Mungkin kalimat tadi terasa berlebihan, namun cerita itu benar adanya, setiap Individu di dunia ini pasti mempunyai satu atau dua teman yang selalu dekat dengan kita.
Ini cerita tentang sahabat saya, Yudi namanya.
Kami saling mengenal sejak duduk di bangku taman kanak-kanak, bahkan duduk di bangku sekolah dasar yang sama. Ia mudah bergaul dan supel terhadap sesama. Sampai-sampai ada quotes dari dia yang selalu saya ingat, dan mungkin saja jadi prinsip hidup saya sampai sekarang.
"Gua mau rakyat Indonesia apalagi teman-teman gua bebas dari rasa lapar, kalau semua orang kenyang, kita semua bisa tersenyum bersama tanpa permusuhan,"
Sebuah moto yang dirasa terlalu dewasa untuk anak seusianya. Namun dari sanalah saya banyak belajar. Jikalau manusia memang terlahir untuk saling membantu satu sama lain.

Yudi lahir dari keluarga sederhana, Ibunya pegawai di Puskesmas, sedangkan Ayahnya adalah pedagang di pasar. Sepulang sekolah, Yudi biasa membantu Ayahnya berjualan bahan-bahan makanan untuk membuat kue. Mulai dari Tepung Terigu, Tepung Tapioka, Gula, Cengkeh, Selai, Kopi Bubuk, sampai Buah Ceri dalam toples. Tak tertinggal alat cetak kue sampai botol-botol perasa makanan semua tertumpuk bersama kardus Mentega di Toko itu.
Ayah Yudi teramat tekun menjalani usahanya sampai-sampai diturunkan ke anaknya. Tak jarang saat berpapasan di pasar, saya menemukan Yudi sedang menakar Tepung Terigu dari karung ke bungkusan plastik. Ia takar Terigu itu dari ukuran seperempat sampai berkilo-kilo. Setiap hari tanpa jeda dan tanpa kata menyerah, sampai-sampai sekujur tubuhnya memutih dari Terigu yang berterbangan.
Karena ukuran Toko Ayahnya yang terbilang kecil, banyak barang-barang yang disimpan di rumahnya yang justru sama-sama terbilang kecil. Oleh karenanya banyak barang yang tertumpuk di setiap sudut rumah. Khususnya di dapur.
Di dapur rumah Yudi-lah banyak hal yang saya temukan, banyak cerita yang tertuang, dan banyak kisah sebaik rasa-rasa kue.
Ini cerita tentang sahabat saya, Yudi namanya.
Kami saling mengenal sejak duduk di bangku taman kanak-kanak, bahkan duduk di bangku sekolah dasar yang sama. Ia mudah bergaul dan supel terhadap sesama. Sampai-sampai ada quotes dari dia yang selalu saya ingat, dan mungkin saja jadi prinsip hidup saya sampai sekarang.
"Gua mau rakyat Indonesia apalagi teman-teman gua bebas dari rasa lapar, kalau semua orang kenyang, kita semua bisa tersenyum bersama tanpa permusuhan,"
Sebuah moto yang dirasa terlalu dewasa untuk anak seusianya. Namun dari sanalah saya banyak belajar. Jikalau manusia memang terlahir untuk saling membantu satu sama lain.

Yudi lahir dari keluarga sederhana, Ibunya pegawai di Puskesmas, sedangkan Ayahnya adalah pedagang di pasar. Sepulang sekolah, Yudi biasa membantu Ayahnya berjualan bahan-bahan makanan untuk membuat kue. Mulai dari Tepung Terigu, Tepung Tapioka, Gula, Cengkeh, Selai, Kopi Bubuk, sampai Buah Ceri dalam toples. Tak tertinggal alat cetak kue sampai botol-botol perasa makanan semua tertumpuk bersama kardus Mentega di Toko itu.
Ayah Yudi teramat tekun menjalani usahanya sampai-sampai diturunkan ke anaknya. Tak jarang saat berpapasan di pasar, saya menemukan Yudi sedang menakar Tepung Terigu dari karung ke bungkusan plastik. Ia takar Terigu itu dari ukuran seperempat sampai berkilo-kilo. Setiap hari tanpa jeda dan tanpa kata menyerah, sampai-sampai sekujur tubuhnya memutih dari Terigu yang berterbangan.
Karena ukuran Toko Ayahnya yang terbilang kecil, banyak barang-barang yang disimpan di rumahnya yang justru sama-sama terbilang kecil. Oleh karenanya banyak barang yang tertumpuk di setiap sudut rumah. Khususnya di dapur.
Di dapur rumah Yudi-lah banyak hal yang saya temukan, banyak cerita yang tertuang, dan banyak kisah sebaik rasa-rasa kue.

Quote:
Sebuah Cerita dari Dapur

Apa kalian pernah merasa saat kita memasuki Rumah orang, namun vibesnya mengingatkan kita bagaimana hangatnya keluarga?
Dapur Yudi adalah tempat dimana saya dan dia selalu mengerjakan PR dari sekolah, tentu bersama teman yang lain. Ibu dan Ayahnya sering kali membantu kami, lalu kami-pun sama-sama ikut membantu memasukan barang-barang pasar ke dapur. Tak jarang buku punya saya ternoda dengan mentega yang tercucur.
Jujur sangat menyenangkan, siapa yang tak girang mencium wangi kue setiap saat. Sialnya aroma itu terkadang membuat saya lapar.

Sampai saat ini, saya selalu ingat kala mengerjakan PR berdampingan dengan tumpukan daun pisang, yang mana daun itu akan dibuat pepes Ikan oleh Ibunya.Rasa pepes ikan yang gurih dengan aroma kemanggi kerap kali menggoda saya untuk lepas dari penatnya buku, hanya untuk segera menjamah daging ikan itu.

Kalian tahu? Saat pertama kali membuat agar-agar adalah saat berada di dapur Yudi, yang mana ini jadi ilmu berharga untuk saya sendiri di masa depan.
"Agar-agar seharusnya dibuat polos saja, biar nanti kita campur menggunakan bahan lain. Semisal beli rasa Vanila, namun untuk rasa kita bisa kasih sirup Cocopandan, Melon, atau Buah-buahan,"
Saya tak tahu dimana ia mendapatkan ilmu itu, mungkin terbiasa saat berdiskusi dengan para pelanggannya di pasar.
Hal yang paling memorable untuk saya adalah bagaimana enaknya Ibu Yudi membuat Kolak Tape untuk kami, betul dari namanya pun saya ikut heran, apakah bisa Tape Singkong dibuat Kolak?
Setelah mengetahui rasanya, saya berani berdebat dengan siapapun jikalau Kolak Tape adalah Kolak terbaik dari seluruh varian Kolak yang ada. Aroma fermentasi Tape bercampur dengan manisnya Ubi jalar berikut dengan kolang-kaling. Tak lupa gula merah yang memaniskan sirupnya hingga membuat segalanya seimbang dan berpadu sempurna. Saya sangat menyarankan jika Kolak Tape adalah desert opsional bagi orang-orang yang tak terlalu suka rasa kolak.
Ingatan utama dari semua kisah di dapur Yudi adalah saat keluarga saya mengalami perpecahan di bulan Ramadhan bertahun-tahun lalu, khususnya datang dari orang tua saya sendiri. Saya kelaparan dan tak tahu kemana untuk pulang, Yudi menyuruh saya menuju rumahnya untuk sementara.
Di pojokan dapur rumahnya, saya menangis tersedu-sedu sambil makan nasi dengan pepes ikan itu. Tentu kekuarga Yudi memberi masukan yang berharga untuk saya.
"Tak apa, jikalau keluarga kita sendiri membuat kita trauma setidaknya masih ada orang di sekitar kita untuk dijadikan keluarga. Termasuk Abah,"Ayah Yudi menepuk pundak saya untuk menegarkan.
Di bulan Ramadhan itu, saya dan keluarga Yudi banyak membuat kolak untuk dibagikan ke warga sekitar, jalanan, dan mesjid-mesjid di kota kami.
"Sebuah rasa seharusnya dibagikan, jangan sampai dipendam, sebuah rasa yang bermanfaat apalagi untuk sesama,"
Kata-kata itu terngiang, membuat saya berpikir jika sepahit apapun hidup, masih ada rasa manis yang selalu ada bagi orang-orang yang percaya.
Yudi dan keluarganya adalah inspirasi utama untuk saya dalam membangun keluarga kelak. Membangun kehangatan, membangun suka bersama, membangun hidup semanis kolak.
Dapur Yudi adalah tempat dimana saya dan dia selalu mengerjakan PR dari sekolah, tentu bersama teman yang lain. Ibu dan Ayahnya sering kali membantu kami, lalu kami-pun sama-sama ikut membantu memasukan barang-barang pasar ke dapur. Tak jarang buku punya saya ternoda dengan mentega yang tercucur.
Jujur sangat menyenangkan, siapa yang tak girang mencium wangi kue setiap saat. Sialnya aroma itu terkadang membuat saya lapar.

Sampai saat ini, saya selalu ingat kala mengerjakan PR berdampingan dengan tumpukan daun pisang, yang mana daun itu akan dibuat pepes Ikan oleh Ibunya.Rasa pepes ikan yang gurih dengan aroma kemanggi kerap kali menggoda saya untuk lepas dari penatnya buku, hanya untuk segera menjamah daging ikan itu.

Kalian tahu? Saat pertama kali membuat agar-agar adalah saat berada di dapur Yudi, yang mana ini jadi ilmu berharga untuk saya sendiri di masa depan.
"Agar-agar seharusnya dibuat polos saja, biar nanti kita campur menggunakan bahan lain. Semisal beli rasa Vanila, namun untuk rasa kita bisa kasih sirup Cocopandan, Melon, atau Buah-buahan,"
Saya tak tahu dimana ia mendapatkan ilmu itu, mungkin terbiasa saat berdiskusi dengan para pelanggannya di pasar.
Konten Sensitif

Hal yang paling memorable untuk saya adalah bagaimana enaknya Ibu Yudi membuat Kolak Tape untuk kami, betul dari namanya pun saya ikut heran, apakah bisa Tape Singkong dibuat Kolak?
Setelah mengetahui rasanya, saya berani berdebat dengan siapapun jikalau Kolak Tape adalah Kolak terbaik dari seluruh varian Kolak yang ada. Aroma fermentasi Tape bercampur dengan manisnya Ubi jalar berikut dengan kolang-kaling. Tak lupa gula merah yang memaniskan sirupnya hingga membuat segalanya seimbang dan berpadu sempurna. Saya sangat menyarankan jika Kolak Tape adalah desert opsional bagi orang-orang yang tak terlalu suka rasa kolak.
Ingatan utama dari semua kisah di dapur Yudi adalah saat keluarga saya mengalami perpecahan di bulan Ramadhan bertahun-tahun lalu, khususnya datang dari orang tua saya sendiri. Saya kelaparan dan tak tahu kemana untuk pulang, Yudi menyuruh saya menuju rumahnya untuk sementara.
Di pojokan dapur rumahnya, saya menangis tersedu-sedu sambil makan nasi dengan pepes ikan itu. Tentu kekuarga Yudi memberi masukan yang berharga untuk saya.
"Tak apa, jikalau keluarga kita sendiri membuat kita trauma setidaknya masih ada orang di sekitar kita untuk dijadikan keluarga. Termasuk Abah,"Ayah Yudi menepuk pundak saya untuk menegarkan.
Di bulan Ramadhan itu, saya dan keluarga Yudi banyak membuat kolak untuk dibagikan ke warga sekitar, jalanan, dan mesjid-mesjid di kota kami.
"Sebuah rasa seharusnya dibagikan, jangan sampai dipendam, sebuah rasa yang bermanfaat apalagi untuk sesama,"
Kata-kata itu terngiang, membuat saya berpikir jika sepahit apapun hidup, masih ada rasa manis yang selalu ada bagi orang-orang yang percaya.
Yudi dan keluarganya adalah inspirasi utama untuk saya dalam membangun keluarga kelak. Membangun kehangatan, membangun suka bersama, membangun hidup semanis kolak.

Quote:
Sebuah Hikmah untuk Sekarang

Dari berbagai pengalaman bareng Yudi dan di rumahnya, akhirnya di detik ini saya masih menggeluti hobi di bidang kuliner. Mungkin berpenghasilan dari sana pula.
Pria harus bisa masak, dan engga boleh ngeluh soal itu!
Itu kata-katanya yang selalu saya ingat kala lelah dalam pekerjaan ini.

Lewat dapur Yudi-pun saya terinspirasi untuk membuat Cafe sendiri, betul suatu saat nanti, dimana semua orang bisa bercerita dan membaca selayaknya di rumah sendiri.
Sebuah Cafe sederhana dimana orang-orang akan saya tanya sebelum memesan;
"Selamat siang, apa ada sesuatu yang ingin diceritakan?"
Karena saya sadar jika saat ini, sangat jarang ada orang yang mau mendengarkan cerita satu sama lain.
Cafe itu akan saya beri nama;
"Cerita Hari Ini"

Saat ini saya masih mentah untuk menjadi Barista seutuhnya, dan ini Espresso pertama buatan saya menggunakan grinder otomatis. Ada yang mau nyoba?
Saya baru inget, kapan LG memproduksi mesin Espresso sendiri.
Gimana @lgeindonesia?

Ini Boba Thai Tea pertama buatan saya, betul lewat ilmu dari Yudi, saya jadi tahu bagaimana takaran membuat Boba agar selalu kenyal dan tidak mengendap keras.
Saya terbuka banget buat kalian yang ingin bertanya soal Kopi dan minuman kekinian lainnya, jejak aja di kolom komentar ya gan.



Yudi menikah di 12 Nov 2022. Dia bertemu istrinya di Bandung. Saat ini mereka sedang menunggu buah hati lahir di bulan Desember sekarang, mohon doanya gan.

Salah satu alasan kenapa saya membuat Thread ini adalah, karena Yudi pindah domisili, benar, setelah 25 tahun lamanya ia tinggal sekota akhirnya Yudi memilih tinggal di Bandung. Saya ikut membantu pindahan rumahnya, tentu sebagai salam perpisahan. Ia-pun membawa Ibunya ke kota untuk dirawat dalam masa pensiun dari petugas Puskesmas.
Foto di atas adalah saat ikut membersihkan halaman belakang rumahnya. Saya masih inget saat Ibu Yudi berteriak lantang,
"Kok Pohon pisangnya ditebang? Nanti gimana Ibu bikin Pepes Ikan?"
"Maaf Bu Haji, ini jenis pohon pisang buat tanaman hias,"
"Haduh, tetap aja sayang,"
Saya hanya tersenyum kecil mendengar kepanikan beliau.

Foto di atas adalah saat saya ikut membantu membereskan barang-barang di dapur, memang masih berantakan, namun Saya tersadar jika mesin cuci punya Yudi adalah merk LG. Setelah saya lihat bagaimana cara ia menggunakannya, jujur mesin cuci ini sangat praktis dengan peforma luar biasa.
Sepadan dengan harganya. Bahkan lebih murah untuk ukuran di kelasnya.

Saya mengangkut mesin ini untuk disesuaikan posisinya di dapur, jujur mesin cuci ini demikian berat, LG bukan sekedar mesin kaleng-kaleng. Mana Bandung sedang panas-panasnya.
Terimakasih LG, gua kehausan!


Sampai di detik ini, Yudi masih berjuang dalam prinsipnya untuk berdaya bagi masyarakat sekitar, ia menjadi CPNS di tahun lalu di salah satu Dinas yang mengurus Pengembangan Desa di Jabar.
Kami masih berkumpul, foto di atas terpampang Wibi, yang sama-sama 25 tahun bersahabat. Saat ini Wibi menjadi wartawan di CNN dan Bisnis.com--ia tinggal dengan istrinya di Jakarta.

Jika ada yang ingin bertanya soal pengembangan desa di Jawa Barat, kalian bisa berkunjung ke profilnya di atas. Btw, Yudi merupakan salah satu ajudan Ridwan Kamil, betul ia salah satu Circle RK dalam membangun Jawa Barat. Berawal dari Penjual Tepung, memasak bersama di dapur, dan sekarang ia salah satu orang kepercayaan Gubernur. Sebagai sahabatnya saya turut bangga atas pencapaian Yudi.

Dari berbagai pengalaman bareng Yudi dan di rumahnya, akhirnya di detik ini saya masih menggeluti hobi di bidang kuliner. Mungkin berpenghasilan dari sana pula.
Pria harus bisa masak, dan engga boleh ngeluh soal itu!
Itu kata-katanya yang selalu saya ingat kala lelah dalam pekerjaan ini.

Lewat dapur Yudi-pun saya terinspirasi untuk membuat Cafe sendiri, betul suatu saat nanti, dimana semua orang bisa bercerita dan membaca selayaknya di rumah sendiri.
Sebuah Cafe sederhana dimana orang-orang akan saya tanya sebelum memesan;
"Selamat siang, apa ada sesuatu yang ingin diceritakan?"
Karena saya sadar jika saat ini, sangat jarang ada orang yang mau mendengarkan cerita satu sama lain.
Cafe itu akan saya beri nama;
"Cerita Hari Ini"

Saat ini saya masih mentah untuk menjadi Barista seutuhnya, dan ini Espresso pertama buatan saya menggunakan grinder otomatis. Ada yang mau nyoba?
Saya baru inget, kapan LG memproduksi mesin Espresso sendiri.
Gimana @lgeindonesia?

Ini Boba Thai Tea pertama buatan saya, betul lewat ilmu dari Yudi, saya jadi tahu bagaimana takaran membuat Boba agar selalu kenyal dan tidak mengendap keras.
Saya terbuka banget buat kalian yang ingin bertanya soal Kopi dan minuman kekinian lainnya, jejak aja di kolom komentar ya gan.


Lalu bagaimana kabar Yudi sekarang?

Yudi menikah di 12 Nov 2022. Dia bertemu istrinya di Bandung. Saat ini mereka sedang menunggu buah hati lahir di bulan Desember sekarang, mohon doanya gan.

Salah satu alasan kenapa saya membuat Thread ini adalah, karena Yudi pindah domisili, benar, setelah 25 tahun lamanya ia tinggal sekota akhirnya Yudi memilih tinggal di Bandung. Saya ikut membantu pindahan rumahnya, tentu sebagai salam perpisahan. Ia-pun membawa Ibunya ke kota untuk dirawat dalam masa pensiun dari petugas Puskesmas.
Foto di atas adalah saat ikut membersihkan halaman belakang rumahnya. Saya masih inget saat Ibu Yudi berteriak lantang,
"Kok Pohon pisangnya ditebang? Nanti gimana Ibu bikin Pepes Ikan?"
"Maaf Bu Haji, ini jenis pohon pisang buat tanaman hias,"
"Haduh, tetap aja sayang,"
Saya hanya tersenyum kecil mendengar kepanikan beliau.

Foto di atas adalah saat saya ikut membantu membereskan barang-barang di dapur, memang masih berantakan, namun Saya tersadar jika mesin cuci punya Yudi adalah merk LG. Setelah saya lihat bagaimana cara ia menggunakannya, jujur mesin cuci ini sangat praktis dengan peforma luar biasa.
Sepadan dengan harganya. Bahkan lebih murah untuk ukuran di kelasnya.

Saya mengangkut mesin ini untuk disesuaikan posisinya di dapur, jujur mesin cuci ini demikian berat, LG bukan sekedar mesin kaleng-kaleng. Mana Bandung sedang panas-panasnya.
Terimakasih LG, gua kehausan!


Sampai di detik ini, Yudi masih berjuang dalam prinsipnya untuk berdaya bagi masyarakat sekitar, ia menjadi CPNS di tahun lalu di salah satu Dinas yang mengurus Pengembangan Desa di Jabar.
Kami masih berkumpul, foto di atas terpampang Wibi, yang sama-sama 25 tahun bersahabat. Saat ini Wibi menjadi wartawan di CNN dan Bisnis.com--ia tinggal dengan istrinya di Jakarta.

Jika ada yang ingin bertanya soal pengembangan desa di Jawa Barat, kalian bisa berkunjung ke profilnya di atas. Btw, Yudi merupakan salah satu ajudan Ridwan Kamil, betul ia salah satu Circle RK dalam membangun Jawa Barat. Berawal dari Penjual Tepung, memasak bersama di dapur, dan sekarang ia salah satu orang kepercayaan Gubernur. Sebagai sahabatnya saya turut bangga atas pencapaian Yudi.

Quote:
Sebuah Surat untuk Sahabat

Yud, jika Lo baca Thread ini, gua cuma mau bilang
"Bangke Lo malah dapet jodoh orang Bandung, akhirnya bikin Lo harus pindah rumah dan ninggalin gua sendiri di sini. Entar gua ngopi sama siapa? Cangkir pun ada temen makannya. Main game bola sama siapa? Dimana-mana main game bola itu 1 vs 1 dodol, masa gua harus main sama komputer.
Tapi Yud, gua cuma mau bilang terimakasih, sejak jaman taman kanak-kanak, Lo belain gua dari bully orang-orang. Sejak jaman SD Lo selalu ngebagi uang saku Lo buat jajan bareng. Sejak SMP-SMA Lo selalu support gua soal belajar dan pacar. Mau masuk kuliah pun, Lo ongkosin gua buat testing masuk universitas impian gua.
Yud, terimakasih, saat orang tua gua cerai, saat pacar gua selingkuh, saat gua ga tau harus kemana pulang. Elu dan keluarga Lo selalu menerima kehadiran gua bahkan saat tak punya uang sepeser pun di saku celana.
Yud, terimakasih, semua hal yang kita bagi bersama bakal selalu gua kenang.
Yud, maaf gua banyak repotin Elu selama ini, gua yakin segala kebaikan Lo bakal diganti oleh takdir yang digariskan Tuhan.
Gua tau, jika Elu sebaik-baiknya sahabat terbaik buat gua.
Sehat terus dan baik-baik saja di sana.
-Bukhorigan
"Bangke Lo malah dapet jodoh orang Bandung, akhirnya bikin Lo harus pindah rumah dan ninggalin gua sendiri di sini. Entar gua ngopi sama siapa? Cangkir pun ada temen makannya. Main game bola sama siapa? Dimana-mana main game bola itu 1 vs 1 dodol, masa gua harus main sama komputer.
Tapi Yud, gua cuma mau bilang terimakasih, sejak jaman taman kanak-kanak, Lo belain gua dari bully orang-orang. Sejak jaman SD Lo selalu ngebagi uang saku Lo buat jajan bareng. Sejak SMP-SMA Lo selalu support gua soal belajar dan pacar. Mau masuk kuliah pun, Lo ongkosin gua buat testing masuk universitas impian gua.
Yud, terimakasih, saat orang tua gua cerai, saat pacar gua selingkuh, saat gua ga tau harus kemana pulang. Elu dan keluarga Lo selalu menerima kehadiran gua bahkan saat tak punya uang sepeser pun di saku celana.
Yud, terimakasih, semua hal yang kita bagi bersama bakal selalu gua kenang.
Yud, maaf gua banyak repotin Elu selama ini, gua yakin segala kebaikan Lo bakal diganti oleh takdir yang digariskan Tuhan.
Gua tau, jika Elu sebaik-baiknya sahabat terbaik buat gua.
Sehat terus dan baik-baik saja di sana.
-Bukhorigan


Gimana gan kisah ini sedikitnya mampu memberi gambaran jika Dapur adalah jantungnya kehidupan keluarga untuk saling memberi kehangatan dalam kebersamaan
Seperti makanan,
rupanya mungkin samar
namun rasanya hangat dalam ingatan
Seperti dapur,
bentuknya tradisional
namun kisahnya terbadikan
Seperti Sahabat
ia mungkin lebur
namun jabatannya takan sirna
Tahun ke tahun
Dapur berubah rupa
Merevolusi cara manusia memasak
Namun bersama kenangan itu
Cerita dari Dapur takan lekang.

Seperti makanan,
rupanya mungkin samar
namun rasanya hangat dalam ingatan
Seperti dapur,
bentuknya tradisional
namun kisahnya terbadikan
Seperti Sahabat
ia mungkin lebur
namun jabatannya takan sirna
Tahun ke tahun
Dapur berubah rupa
Merevolusi cara manusia memasak
Namun bersama kenangan itu
Cerita dari Dapur takan lekang.








lgeindonesia dan 20 lainnya memberi reputasi
19
1.3K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan