- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kata Hati Mata Jiwa


TS
RifanNazhif
Kata Hati Mata Jiwa

ilustrasi : pixabay
Kenangan Kabur
Lebam bilur, kenangan kabur, hati terkabur lamur, mengelupas masa tersangkut umur terkubur, di mana lagi asa serupa kepundan barbar
letup jiwa liar, imaji jinak tanpa makar, pada pagar kata, seharusnya kuasa mengasah lupa dari lebam luka, mimpi purba, detak- detak lagi samar, semakin samar, tak bersuara
2022
Tersesat
Tersesat derai hujan memuai, memalu jalanan ketika berangkat melipat riuh, tapi masih ada suara mengapung dari kedai kopi di sudut kota, bertahan dalam gigil seolah merayu dalam bercangkir kopi, mengurai kenangan di antara jarum hujan tak bersahabat, lampu jalan terlihat kelelahan serupa pemilik cahaya, mencoba mengurai ilmu kebal menahan dingin, tapi itu masa sulit untuknya dari gemerincing senda yang menipu kantuk dalam letup kopi dan teriakan gol dari gamang menikmati hidup, sementara lusinan orang dengan puluhan obat tidur, mencoba menanti kantuk, dan mereka hapal setiap jengkal dentang penjaga malam yang memacari kekasihnya si tiang telepon yang belum pernah menerima panggilan darurat, sebab malam sepertinya tak perlu dijaga, tapi kantuk yang perlu dikawal menjadi nyenyak seperti harapan lusinan orang yang lupa berapa ratus domba yang mereka hitung, selain palu hujan makin deras dan malam telah menimbun tidur, ketika lampu akhirnya padam memaksa kedai kopi tak lagi begadang, kecuali suara gol menjelma ceracau fitnah terhadap dingin, padahal mereka sangat ragu membaca geliat gigil yang lincah menari bumi
2022
Liar Rawa
Kecipak lintah adalah liar rawa dalam liur kenangan, ketika ladang lalang dibakar, aku menemukan payau bara, dan derit tangis, purun asap, saat membelah awan, tak lagi ada hujan tawa, selain pedas pedih sawit-sawit berjajar, buah mimpi begundal meramu lesap lambai nyiur, ketika kami semakin lihay bercandau maut, kata dokter, pembuluh hanya comberan, tatkala hidup serupa mimpi, berbulan benalu, liar kenangan sesal, bilik sungguh tak berpintu
2022
Riuh Lelap
Libur bicara, sebab suara tak lagi pemilik bisa, kata hanya dusta serta kopi lupa pada pahit luka, ketika gula menyamarkan lupa pada pedih menganga, Kota-kota menjadi desa, petani kata-kata membiarkan pena tanpa tinta, laut magma adalah panas kendali
Satu pesan pendek pagi itu, dalam diang dingin, tiang serupa es lilin, aku melarut kabut, kantuk tak tersingkap, meski azan mengapung di pucuk sajadah, pucuk-pucuk daun kopi berembun, tak ada kafein menguar, pada pelupuk cangkir seng yang berdebu malam, gelap tetap menutup jalannya, pagi ini tetap tersesat gigil, oh, sengat pagi begitu menyiksa, aku terpukau rayuan mata, sementara deru telah meninggalkanku, seperti kemarin, istri meneriakkan kokok ayam yang ingin mencakar hari, mencari makan, pada tembolok harap, padat
Terminal waktu membuat terjaga, kafein ingat seakan detik lambat melaju, hujan masih gugup memalu atap peron, merasa kedinginan, kabut malam genapkan gelap, memanggul lelap, adakah dendam hitam membuat terjaga dan memuat menyala akal, sayang kereta dinanti, hanya gaung lokomotif mengapung, mengasap kabut, aku tetap tersesat dalam dekapan labirin pekat, mimpiku tidak dapat melaju, semua serba tiarap, mungkin masanya memanggul dendam, akan sesalnya silam, yang kejam dan curam
2022
Kata Hati Mata Jiwa
Kata hati mata jiwa, ada kelindan gelap tutup senja, remang kelam, sebentar lagi mungkin hujan, entah di halaman atau rinai pelupuk mata, atau aku yang lupa membaca kata hati mata jiwa, sebab suara mendusta kata, pada labirin waktu meluka, akulah serdadu yang lupa menyimpan peluru, entah di mana melesat pada suatu tempat tak berpintu
2022
Sudut Malam
Urat letih sudut malam, rampung kidung dingin kafe, kepul latte, kita melihat urat waktu menjerit, tangan-tangan rapuh mengurai langit, akankah embun mengantarkan tetes minyak, duhai menakar asap kepalsuan, upah bara yang menjadi tumbal janin anak-anak kita, ketika api menggeram di tangan mereka, arah mereka jelaga baru, kita semakin tersesat mencari arah pulang di tengah kepul teriak berminyak. Dan air mata kita api.
Masih kau lihat rasa percaya, ketika benang kusut semakin lapuk, kota-kota terbakar, makar, desa-desa menakar, lapar, menahan geram
2022





User telah dihapus dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
40


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan