ahokgarislurusAvatar border
TS
ahokgarislurus
MENERKA HASIL AKHIR DRAMA PRABOWO - GIBRAN

Prabowo dan Gibran Sedang Naik Kuda

Drama Prabowo - Gibran semakin menjadi-jadi. Seakan hampir pasti. Seolah keputusan MK sudah bocor sejak jauh hari. Namun tidak ada kata 'Ancaman Pidana' seperti yang dialami Denny Indrayana ketika hembuskan gosip putusan MK soal Sistem Pemilu 2024 sebelum waktunya. Lebih asyik lagi, kemarin Denny Indrayana pun ikut 'bocorkan' putusan MK akan ubah batas bawah usia Capres - Cawapres. Kali ini tanpa ancaman pidana.

 
Dasco Sufmi keluarkan dana dan perintah agar elemen-elemen Gerindra canangkan Deklarasi Prabowo - Gibran, sejak seminggu sebelum keputusan MK. Budhi Arie, ketum Ormas Projo yang menjabat Menkominfo, siapkan Deklarasi Projo Dukung Capres Inisial 'P' pada 14 Oktober 2023.

Sumber :

https://www.inilah.com/perintah-dasco-ke-kader-lekas-dirikan-posko-juang-prabowo-presiden
https://nasional.kompas.com/read/2023/10/10/20084851/projo-akan-dukung-capres-inisial-p-gerindra-ya-prabowo-subianto
https://politik.rmol.id/read/2023/10/12/592862/sufmi-dasco-lempar-sinyal-kuat-gibran-jadi-cawapres-prabowo

 
Meski kubu Ganjar Pranowo masih halusinasi Capres Inisial 'P' itu sebagai 'Pranowo', namun jelas Capres Inisial 'P' itu adalah Prabowo. Sebab, hanya Prabowo yang diundang dalam Deklarasi yang direncanakan digelar di Indonesia Arena itu. Sebab, Luki (Gerindra Sulawesi Utara) sahabatnya Budhi Arie diminta bantuan langsung oleh Menkominfo untuk galang Deklarasi Projo untuk Inisial 'P'. Dananya dari Budhi Arie langsung. Bahkan santer dana ini diberikan langsung oleh Presiden, buntut Menteri Segala Urusan LBP tengah dirawat karena sakit keras.
 
PSI, partai setengah mitos karena eksistensinya belum ada di Senayan, melainkan sekedar kasak-kusuk bahwa ada Partai bernama PSI, kini dipimpin Kaesang Sang Pewaris Tahta Kedua Jokowi setelah Gibran, pun dipastikan hadir dalam Deklarasi Projo. Bersama Gibran dan Jokowi. Kabarnya begitu panas bahwa PSI juga akan deklarasi dukung Capres Inisial 'P'-nya Projo pada 15 Oktober 2023.

Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20231009180238-617-1009078/projo-akan-deklarasi-dukung-capres-p-di-rakernas-jokowi-disebut-hadir
 
Semuanya menghasilkan kesan 'Gibran Cawapres Prabowo' sebagai situasi 'hampir pasti' di benak setiap WNI yang memerhatikan dan berpartisipasi dalam wacana politik nasional terkini.
 
Apalagi, Ketua MK yang notabene ipar-nya Presiden memastikan akan umumkan putusan batas usia Capres - Cawapres pada 16 Oktober 2023. Situasi makin dipanaskan dengan aksi 'Presiden dan Menteri BUMN Tandang ke Luar Negeri' pada 16 s/d 20 Oktober 2023, sehingga tercipta kesan 'Presiden Tak Ada Di Kandang Kala MK Muluskan Gibran Jadi Cawapres Prabowo'.
 
Sumber :
https://www.bolasport.com/read/313916153/harus-dampingi-presiden-jokowi-erick-thohir-tidak-bisa-kawal-timnas-indonesia-saat-tandang-ke-brunei-darussalam
 
Rangkaian peristiwa dan kabar hangat tersebut semakin menjadi 'situasi hampir pasti' dalam benak pemirsa Indonesia. Bahkan membuat pesaing-pesaing Prabowo Subianto tak berkutik. Poros Anies - Amin, disingkat Amin, yang mengandalkan chanting 'Aaaamiiiin' setelah Al Fatihah di setiap shalat jamaah sebagai sarana kampanye terselubung, tidak bersuara sama sekali sepekan kemarin. Kalau pun bersuara, tidak masuk peta nasional sama sekali.
 
Poros Ganjar Pranowo masih terlihat aktivitas. Namun terkubur habis. Tak ada satu pun yang masuk peta wacana nasional. Bahkan, bergabungnya Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto dalam TPN Ganjar, yang berupaya dijadikan Polemik oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, melalui isu 'Menhan Rangkap Capres Saja Boleh, Masak Gubernur Lemhanas Tak Boleh Gabung TPN Ganjar', agar viral, gagal total. Semua mata lebih menyoroti 'Alasan Gibran Tak Jua Gabung TPN Ganjar'. Alasannya remeh sekali, 'Ogah Cuti Panjang'. Padahal, jika Gibran menjadi Cawapres Prabowo, auto Cuti Panjang, toh? Terkuak. Gibran lebih rela cuti panjang jika jadi Cawapres Prabowo, ketimbang cuti panjang untuk sekedar jadi TPN Ganjar. Upaya Hasto dan Andi pun gagal rebut headline. Gibran dan keengganannya gabung TPN Ganjar headline nasional.
 
Poros Ganjar Pranowo pun tak punya jalan lain, selain ikut arus baru Jokowi - Gibran - Kaesang yang dipanasi oleh Prabowo - Dasco - Budhi Arie. Arus bawah Ganjar Pranowo kerahkan perang parit di Media Sosial hantam Politik Jahat Keluarga Jokowi. Menyulut resistensi dari kalangan Ahokers yang berposisi menghantam Ganjaris untuk membela Keluarga Jokowi. Arus atas Ganjar Pranowo memainkan para surveyor pendukung Ganjar Pranowo. Burhanuddin Muhtadi berupaya meyakinkan Prabowo soal 'Beban Prabowo - Gibran'. Bahasanya, memajukan Anak Jokowi hari ini, sama saja menyiram bensin pada isu 'Prabowo Muluskan Dinasti Politik Jokowi', sehingga akan gerus posisi juara Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
 
Masuk akal. Dan tampaknya sikap itu memang sudah menjadi pegangan Teuku Umar sejak menghadapi 'Pemberontakan Mawar Kaesang'. Cara PDIP tidak konfrontasi Kaesang dan lebih memilih 'Beri Selamat pada Kaesang' tampak konsisten dengan pola 'Jangan Beri Panggung Politik Keluarga Jokowi', karena akan membesarkan PSI sekaligus merugikan PDIP. Namun sikap itu jelas tidak bisa dimainkan dalam drama 'Prabowo - Gibran'. Sebab, drama ini telah memanaskan begitu hebat 'Konfrontasi Jokowi kepada Megawati' ke ubun-ubun, sampai tak ada lagi yang bisa membantah. Hingga poros Ganjar Pranowo pun akhirnya tenggelam dalam arus Gibran yang dimainkan Jokowi - Prabowo.
 
Bahkan orang dekat Megawati bercerita soal 'Megawati sudah pertimbangkan dukung Prabowo - Gibran dengan catatan Gibran tetap PDIP', dimana kalkulasi ini turut memasukkan variabel 'Kemungkinan Batalkan Pencapresan Ganjar'. Agaknya ini akurat, meninjau Poros Ganjar Pranowo kerahkan arus atas dan arus bawah untuk menyudutkan Politik Keluarga Jokowi di Media Massa dan Media Sosial. Menunjukkan kekhawatiran besar Blok Prananda - Hasto sebagai pengendali Ganjar Pranowo terhadap Ancaman Prabowo - Gibran yang dimainkan Solo - Hambalang, sudah berdampak pada 'Gejala Megawati Mengalah'.
 
Tapi pertanyaan kritisnya, apa betul arah yang sedang diincar Solo - Hambalang memang mengusung Prabowo - Gibran? Sebab, apa yang diutarakan Burhanuddin Muhtadi masuk akal, bahwa duet Prabowo - Gibran akan menghidupkan isu 'Prabowo Muluskan Dinasti Politik Jokowi' yang akan menggerus kedigdayaan Prabowo Subianto di peta Pilpres 2024.
 
Perhatikan beberapa faktor ini :
 
1. Apa betul MK akan putuskan ubah batas usia Capres - Cawapres pada 16 Oktober 2023?
 
2. Apa betul Jokowi restui Gibran dan Gibran sendiri mau melakukan lompatan kodok dari Walikota ke Wakil Presiden dengan risiko 'Selamanya Dituding Dinasti Politik'?
 
3. Apa betul Prabowo Subianto siap menerima risiko dituding 'Muluskan Dinasti Politik Jokowi' yang akan gerus posisi unggulnya selama ini?
 
Penulis memiliki beberapa pandangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertama, gaya politik Jokowi selama ini memperlihatkan kerap menggunakan pola 'Hidupkan Tudingan-Tudingan kepada Jokowi' agar kemudian 'Jokowi dapat memutarbalik tudingan tersebut dengan jawaban sederhana'. Karenanya, untuk menegaskan 'Jokowi Tidak Restui Dinasti Politik' harus tercipta kesan kuat bahwa 'Jokowi Ambisius Langgengkan Dinasti Politik' terlebih dahulu.
 
Situasi saat ini, apalagi jika MK betul ubah batas usia Capres - Cawapres pada 16 Oktober 2023, kemudian dijawab 'Jokowi Tak Restui Gibran Pacu Lompatan Kodok Walkot ke Wapres', terlebih jika ditambah dengan penegasan 'Gibran Tolak Tawaran Cawapres Prabowo', kesan 'Dinasti Politik Jokowi dan Keluarga' runtuh seketika. Itulah gaya yang lumrah dilakukan pak lurah.
 
Lantas kenapa Prabowo membantu misi Blok Solo (Jokowi - Gibran - Kaesang) memainkan drama ini? Penulis melihat beberapa faktor pemicunya.
 
Wapres Maruf Amin pada dua pekan lalu berupaya memusatkan seluruh pusat perhatian perebutan Cawapres Prabowo dan Ganjar pada aspek 'Kader NU'. Poros Ganjar pun terlihat ikut memainkan panggung ini, lantaran posisi Ganjar yang terus merosot hingga selisih dengan Prabowo sudah di atas 10%. Bahkan aksi Ganjar lari-lari hingga nabrak pentungan, berharap jadi sorotan Media Massa pun gagal total, sehingga memainkan Bursa Cawapres Ganjar : Khofifah vs Mahfud, tampak menjadi solusi.
 
Perdamaian Jokowi - Prabowo usai Pilpres 2019 menyingkap rahasia tersendiri soal 'Kelakuan Said Aqil Jual Suara NU ke Dua Paslon dari Basis yang Sama', yang berdampak turunnya kepercayaan Jokowi - Prabowo kepada Poros NU di peta politik.  Said Aqil teriak-teriak KUR untuk Pesantren batal diturunkan. Menkeu merespons Anggaran Negara tidak bisa dicairkan pada Koperasi Pesantren yang tidak GCG. Dan rupanya 95% Koperasi Pesantren NU tidak GCG. Dana abadi pesantren pun disahkan, dimana penggunaan anggaran negara menuntut adanya Audit Keuangan atas Pesantren penerima Dana Abadi Pesantren dengan ancaman 'Pasal Korupsi bisa dikenakan pada Pimpinan Pesantren' dari sini.
 
Said Aqil dilengserkan. Yahya Staquf figur modernisasi NU dan mengutamakan depolitisasi NU didapuk pimpin arah baru NU, guna mencegah NU dijadikan dagangan politik praktis. Bahkan, Yahya Staquf pun menantang aliansi Cak Imin - Said Aqil di Poros Anies dengan memboyong Mahfud MD dan Erick Thohir, keduanya kader NU Naturalisasi (bukan Kader NU Tulen seperti Khofifah dan Cak Imin) ke hadapan massa NU. Mahfud MD yang disebut Said Aqil sebagai 'Bukan Kader NU' dijagokan menjadi Cawapres Ganjar, sedangkan Erick Thohir dijagokan sebagai Cawapres Prabowo.

Sumber :
https://www.jpnn.com/news/gus-yahya-jengkel-pbnu-sering-ditarik-tarik-ke-politik
 
Waktu itu, arah wacana perebutan Cawapres Ganjar dan Prabowo sedang menuju rivalitas 'Sing Penting NU Tulen Meski Tanpa Prestasi (Khofifah, Cak Imin) vs NU Naturalisasi Berprestasi (Mahfud MD, Erick Thohir)'.
 
Permainan Wapres Maruf Amin berupaya menjadikan Khofifah yang notabene Kader NU Tulen untuk menjadi Kembang yang diperebutkan Prabowo dan Ganjar, langsung digeser total dengan drama Prabowo - Gibran.
 
Dari internal Gerindra, ada faktor rivalitas Muzani vs Dasco yang turut memanaskan drama Prabowo - Gibran. Muzani sedang kalah angin sejak membawa Prabowo dalam jurang label Radikal saat Muzani boyong PKS ke barisan Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019, kemudian Muzani memboyong Cak Imin namun Cak Imin ngacir ke Anies, sehingga permainan Wapres Maruf Amin boyong Khofifah langsung menjadi harapan Muzani dorong Khofifah jadi Cawapres Prabowo, dengan harapan Muzani bisa menjabat Ketum Gerindra pasca Prabowo.
 
Dasco tidak mengincar Ketum Gerindra. Itu sebab Prabowo senang dengan Dasco. Dasco lebih mengincar Kepala BIN atau Jaksa Agung, dan Dasco pun setuju dengan misi Prabowo rebut Gibran dari PDIP untuk dijadikan Ketum Gerindra pada 2025 / 2026. Prabowo sendiri sudah perintahkan persiapkan pemilihan Ketum Gerindra Baru pada 2025 / 2026, jika Prabowo menang Pilpres 2024.
 
Gibran dan Kaesang sendiri sudah memiliki kesepakatan tersendiri dengan Prabowo untuk meraih dukungan Gerindra pada Pilkada Depok (Kaesang) dan Pilgub DKI (Gibran). Memperlihatkan alasan di balik Kaesang ikut bermain promosi 'Prabowo - Gibran' di tengah PSI dan Kaesang akan deklarasi dukung Capres Inisial 'P', kemudian disusul Gibran sebut dukungannya di Pilpres sama dengan Kaesang.
 
Ada faktor setali tiga uang dari gerakan bersama Solo - Hambalang untuk kepentingan Pilpres 2024 (Prabowo) dengan kepentingan Pilkada 2024 (Gibran - Kaesang) dari drama Prabowo - Gibran ini. Kesulitan Ganjar Pranowo kuasai Headline, bahkan sampai repot-repot aksi lari nabrak pentungan (tak viral juga), membuat Ganjar Pranowo semakin jauh dari headline dengan dominasi Drama Prabowo - Gibran di panggung utama nasional. Selisih 11% dua pekan lalu, bertahan hingga pekan ini, berkat drama Prabowo - Gibran.
 
Gibran dan Kaesang yang turut menjadi Obyek Utama Headline Nasional, akan terus menjadi Headline hingga akhir pekan mendatang. Jangan lupa, MK putuskan usia Capres - Cawapres pada 16 Oktober 2023, saat 'Jokowi Tandang ke Luar Negeri' hingga 20 Oktober 2023. Sinyalemen kuat, Drama Prabowo - Gibran masih akan kuasai Headline Nasional hingga Jokowi Kembali ke Kandang (20 Oktober 2023).
 
Singkat kata, Ganjar Pranowo tetap harus terjebak dan tenggelam dalam drama Prabowo - Gibran hingga 20 Oktober 2023, Sampai datang waktunya Jokowi respons soal 'Restui atau Tidaknya Gibran Jadi Cawapres Prabowo'.
 
Alhasil, Gibran dan Kaesang akan tetap kuasai Headline Nasional bersama Prabowo hingga Pemilu 2024 hampir dimulai. Betapa suatu posisi menguntungkan bagi kepentingan Pilpres Prabowo dan Pilkada Gibran - Kaesang. Ketiganya akan kuasai posisi 'Media Darling' dan 'Media Sosial Darling'. Tak ada ruang bagi Ganjar dan Anies untuk kejar selisih dengan Prabowo di Media Massa dan Media Sosial. Tak ada ruang bagi kompetitor Gibran di Pilkada DKI dan kompetitor Kaesang di Pilkada Depok untuk kejar Popularitas Blok Solo.
 
Jokowi, jika hasil akhirnya berkata 'Tak Restui Gibran Jadi Cawapres Prabowo' sembari serukan 'Gibran harus mulai sendiri jalur politiknya tanpa bantuan Jokowi', akan selamat dari tudingan 'Dinasti Politik'. Apalagi, jika Gibran jabat Ketum Gerindra di 2025 / 2026. Bukan atas bantuan ayahnya, tetapi atas bantuan Prabowo. Bukan Dinasti Politik.
 
Jokowi tetap PDIP. Gibran ketum Gerindra. Kaesang ketum PSI. Ketiganya bukan Dinasti Politik. Hillary Clinton di Partai Demokrat AS, Ayahnya Pentolan Republican. Tak pernah ada kata Dinasti Politik. Bush Senior dan Junior satu partai di Republik AS, lumrah disebut Dinasti Politik.
 
Itulah perkiraan penulis soal hasil akhir dari drama Prabowo - Gibran yang dimainkan Solo - Hambalang. Mudah-mudahan benar. Sebab, penulis masih yakin Jokowi dan Keluarga bukanlah politikus yang ambisius ingin membangun Dinasti Politik.


Diubah oleh ahokgarislurus 13-10-2023 05:21
auliabernadetha
dayoldchick
sontoloyo81
sontoloyo81 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
10.7K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan