- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pakai Energi Baru, Biaya Listrik Bisa Ikutan Naik!


TS
4574587568
Pakai Energi Baru, Biaya Listrik Bisa Ikutan Naik!

Jakarta, CNBC Indonesia - Reforminer Institute mencatat, biaya listrik dari pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) lebih mahal ketimbang biaya listrik yang dihasilkan dari energi fosil atau batu bara.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengungkapkan bahwa biaya listrik yang diproduksi dengan batu bara masih berada di bawah Rp 1.000 per KWh. Sedangkan, bila menggunakan EBT maka biaya listrik akan lebih mahal mencapai di atas Rp 1.000 per KWh.
"Jadi EBT kan sekarang mungkin kalau listrik, batu bara katakanlah di kisaran Rp 700-Rp 800, tetapi kalau yang energi baru terbarukan kan di atas Rp 1.000," beber Komaidi kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (3/10/2023).
Komaidi menilai, ada tiga skema pembiayaan yang bisa dilakukan jika menggunakan EBT sebagai sumber energi di Indonesia. Dia mengatakan bahwa bisa saja pembiayaan tersebut dibebankan kepada perusahaan listrik, kepada konsumen, ataupun disubsidi oleh pemerintah.
"Jadi cuma ada tiga pilihan itu. Dan semuanya sebetulnya menjadi beban of economic," tambahnya.
Oleh karena itu, transisi energi menuju energi yang lebih bersih diperlukan waktu yang panjang. Hal itu berarti transisi energi tidak serta merta terjadi begitu saja. "Begitu EBT-nya tetap jalan, tetapi fosilnya ketika masih diperlukan sebagai supporting, tetapi kita punya komitmen ke arah sana. Ke EBT-nya akan masuk semakin banyak," pungkasnya.
Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, mayoritas bauran energi primer pembangkit listrik di Indonesia masih berasal dari batu bara. Persentasenya tercatat sebesar 67,21% pada 2022.
Bauran energi primer pembangkit listrik dari batu bara terpantau mengalami kenaikan pada tahun lalu. Hal itu seiring dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap yang naik menjadi 42,1 Giga Watt (GW).
Bauran energi primer pembangkit listrik terbesar kedua berasal dari gas. Proporsinya tercatat sebesar 15,96% pada tahun lalu.
Kemudian, bauran EBT baru mencapai 14,11% pada 2022. Persentasenya mengalami kenaikan dibandingkan pada 2021 yang sebesar 13,65%.
Meski ada komitmen mengakselerasi pemanfaatan energi terbarukan, masih ada perbedaan persepsi dan prioritas berbagai pembuat kebijakan tentang bagaimana proses transisi dilakukan.
Meski demikian, di sisi lain batu bara disebut bisa berperan dalam transisi energi dan meningkatkan energi ramah lingkungan.
sumber




muhamad.hanif.2 dan bukan.bomat memberi reputasi
2
435
49


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan