Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Nenek Pulang Usai Dimakamkan - KUNCEN


Nenek Pulang Usai Dimakamkan - KUNCEN



Quote:



Hari itu aku menjadi hari terakhir nenek di rumah ini. Ya, setelah menderita selama satu minggu, akhirnya nenek menghembuskan napas terakhir. Selama seminggu ini, nenek sangat tersiksa. Wanita tua dengan badan kurus yang hanya menyisakan kulit dan tulang itu terbaring lemah di atas ranjang. Menghadapi sakaratul maut yang tak kunjung selesai. Semua sudah mendoakannya, tapi nenek tidak kunjung meninggal.


Seakan ada sesuatu yang menahan nenek untuk pergi dari dunia ini. Setiap hari aku mendengar bagaimana suara napas nenek yang terengah-engah seperti orang asma. Kadang matanya melotot. Dari informasi yang aku dapat, katanya nenek memiliki susuk sehingga membuatnya jadi kesulitan saat meninggal. Banyak orang pintar dan ahli klenik yang didatangkan untuk mencabut susuk nenek. Tapi semuanya gagal kecuali di hari terakhir, seorang dukun asal yang didatangkan dari suatu daerah di ujung barat pulau Jawa pun berhasil melepas susuk nenek.

Akhirnya, nenek bisa meninggal dengan tenang. Semasa hidupnya, nenek adalah seorang penyanyi dangdut panggilan. Hanya saja sejak menginjak usia 60 tahun, nenek berhenti. Lalu jatuh sakit hingga akhirnya meninggal. Aku menyaksikan sendiri pemakaman nenekku. Semua berjalan lancar hingga tanah kuburan menimbun jasad nenek yang terbalut kain kafan. Kami sekeluarga sudah mengikhlaskannya jauh-jauh hari. Justru sekarang kami lega karena sekarang nenek bisa tenang dan tak lagi tersiksa.

Di malam pertama kematian nenek, semua kembali seperti biasa setelah pengajian selepas isya tadi. Jam 10 malam aku masuk ke kamar dan hendak tidur. Aku mengikat ikatan rambutku dan membiarkan rambut panjangku terurai. Sebagai anak gadis, Ayah memberikan aku kamar bagian depan. Dan di kamarku ada jendela yang langsung menghadap ke depan rumah. Posisi kasurku persis di samping jendela tersebut.

Aku naik ke kasur, memakai selimut dan mulai memejamkan mata. Suasana saat itu hening sekali, rumah benar-benar sepi. Semua lampu dimatikan. Orang tua dan adikku juga sudah tidur. Selama beberapa menit aku masih terjaga.

Tok, Tok, Tok

Tiba-tiba aku mendengar suara ketukan kaca jendela. Seketika aku membuka kembali mataku. Pandanganku mengarah ke jendela, aku hanya terdiam dan berpikir suara apa itu. Tidak mau ambil pusing, aku berganti posisi dan berbalik tidur membelakangi posisi jendela.

Tok, Tok, Tok

“Duh, apaan sih? Ganggu orang tidur,” gumamku.

“Ini Nenek, Put.” Terdengar suara lirih dari luar jendela menjawab ucapanku. Seketika aku terdiam.

Aku tidak sadar apa yang diucapkan suara itu. Yang jelas itu suara orang, aku mengenalinya. Aku berbalik badan dan menatap jendela. Rasanya penasaran sekaligus takut, siapa yang iseng malam-malam begini?

“Nenek pulang, Put. Bukain pintu,” ucap suara itu dengan lirih.

Aku baru sadar. Suara itu, suara nenek! Seketika aku ketakutan, keringat dingin mengucur di badanku. Itu jelas suara nenekku yang siang tadi baru dimakamkan. Aku menahan untuk tidak bersuara. Napasku mulai tak terkendali. Tanganku juga gemetar. Aku kembali berbalik badan, memejamkan mata dan berdoa. Berharap bisa segera tidur dan bertemu pagi.

“Puput, sayang. Nenek kedinginan, temenin, Nenek, Put.” Suara nenek masih terdengar di luar jendela.

Aku terus berdoa sambil menangis kecil. Mataku kupaksa terpejam, tapi sialnya aku sulit sekali tidur. Apapun doa yang aku tahu, aku baca dan aku ulangi terus. Berharap makhluk apapun yang ada di luar sana segera pergi. Hingga akhirnya, suara itu tidak terdengar lagi. Aku mulai menenangkan diri, sayangnya aku tidak bisa tidur.

Hal terbodoh yang aku lakukan malam itu adalah saat aku memutuskan untuk membuka sedikit gorden jendela dan melihat ke arah luar. Karena merasa suara itu sudah tidak ada, jadi sudah aman pikirku. Aku hanya ingin memastikan kalau tidak ada siapa-siapa di luar. Aku masih berbaring di kasur dan mengandalkan sebuah penggaris panjang untuk menggapai gorden jendela, kemudian membukanya sedikit sehingga aku bisa melihat ke luar jendela.

Ternyata aku salah. Benar-benar ada nenek di luar. Di depan jendela kamarku, nenek berdiri dengan wajah pucat kebiru-biruan, masih terbungkus kain kafan yang masih baru, lalu di kedua lubang hidungnya tertutup oleh kapas. Matanya kosong menatap ke arahku yang seketika membeku.

“Puput, temenin Nenek, yuk!” ajak Nenek sambil menatapku dengan wajah menyeramkannya. “Puput, nenek sendirian nih! Bukain pintu, nenek pulang!” ucapnya lagi.

“Aaaaaaa!!!” Aku tak kuasa menahan ketakutanku dan langsung melempar penggaris. Aku melompat dari kasur dan lari ke luar kamar sambil teriak histeris. Seketika lampu kamar orang tuaku menyala. Aku duduk di lantai sambil menangis. Ayahku buru-buru mendatangiku dengan wajah panik.

“Puput? Kenapa kamu?” tanya Ayah.

“Aaaa!!” Aku masih menangis histeris tapi di saat yang bersamaan, aku ingin bicara. 

“I-itu! Ada Nenek!” kataku sambil menunjuk ke arah kamar.

Yang aku sadari saat itu adalah, wajah ibuku langsung ketakutan. Sementara Ayah gerak cepat masuk ke kamar untuk mengecek. “Di jendela!” teriakku dari luar.

Ayah mengecek jendela bahkan sampai membukanya, tapi tidak ada siapa-siapa. Bahkan Ayah sampai ke luar rumah sambil membawa senter demi memastikan bahwa tidak ada orang iseng yang main-main di sekitar rumah kami. Tapi tidak ada siapa-siapa di luar. Akhirnya setelah dibujuk, akhirnya aku kembali ke kamar dan tidur. Kali ini aku ditemani oleh ibuku di kamar. Sementara Ayah tidur di kamarnya. Setelahnya, baru aku bisa tidur sampai pagi.

Keesokan paginya. Adikku mengejekku karena kejadian semalam. “Ah halu! Penakut! Mana mungkin Nenek pulang, Kakak aneh!”

Begitulah ucapan adikku yang masih SMP itu kepadaku. Ia tidak percaya dengan ceritaku semalam dan malam berbalik mengejekku. Yasudahlah, aku juga tidak peduli.

Lalu pada malam harinya, aku kembali tidur dan masih ditemani oleh Ibuku. Syukurlah malam kedua aku tidak diganggu hantu nenek dan bisa tidur dengan tenang. Tapi sekitar jam 1 tengah malam, aku dan ibu mendadak terbangun. Kami mendengar suara terakan adikku dari luar kamar. Sontak kami langsung menyalakan lampu dan keluar kamar.

Sesampainya di luar kamar, kami melihat adik kami teriak ketakutan sambil jongkok di ruang tamu. Ia juga menangis dan sulit sekali ditenangkannya. Ayah juga ikut bangun, kami menunggu adikku tenang sebelum akhirnya ia mau cerita.

“N-Nenek!” ucapnya terbata-bata.

Rupanya malam itu gantian, giliran adikku yang diganggu oleh Nenek. Berdasarkan keterangannya, adikku saat itu belum tidur karena diajak main game online dengan temannya. Tiba-tiba ada suara orang menangis dari luar. Karena asik main, adikku mengabaikannya. Sampai akhirnya ada suara yang memanggilnya dari luar jendela.

Adikku yang penasaran kemudian membuka gorden dan melihat sosok nenek dengan wujud yang sama persis denganku. Berwujud pocong dengan wajah pucat dan lubang hidung tersumbat kapas. Matanya menatap adikku dengan tatapan kosong.

“Kok belum tidur? Bukain Nenek pintu dong!” ucap sosok nenekku itu kepada adikku dengan suara lirihnya.

Awalnya kami sekeluarga masih menganggap itu sebagai gangguan kecil. Menurut ayah, mungkin memang Qorin nenek masih ada di rumah dan berkeliaran. Selama tujuh malam, aku dan adikku masih suka mendengar suara nenek dari luar jendela. Omongannya selalu sama, yaitu minta dibukakan pintu. Tapi karena aku tidur ditemani ibu dan adikku ditemani ayah, aku jadi tidak takut. Ibu memintaku untuk mengabaikannya dan membaca doa juga. Itu artinya, ibu juga mendengar.

Kadang ibu juga cerita, setiap pagi saat memasak sendirian di rumah, ibu kerap mendengar suara nenek memanggil-manggil dari halaman belakang. Lalu ayah yang kadang pulang malam kerap mencium aroma nenek di teras depan rumah. Sedangkan aku, kadang aku mendengar suara napas nenek yang terengah-engah seperti saat sakaratul maut. Pokoknya, bermacam-macam gangguan terjadi di rumah ini.

Gangguan mulai hilang di hari terakhir. Saat itu Ayah minta ke Pak Ustad supaya pengajiannya digelar sampai subuh. Pak Ustad dan beberapa jamaah masjid menyanggupi. Akhirnya di malam ketujuh, kami sekeluarga dan jamaah masjid melakukan pengajian sampai semalam suntuk khusus untuk mendoakan nenek kami. Sejak saat itu, gangguannya tidak pernah muncul lagi.

Hingga kini kami masih belum tahu, sosok apa yang menyerupai nenek itu. Ada yang bilang itu sosok Qorin nenek. Tapi dari informasi terbaru. Teman ayah yang paham urusan gaib menyebut bahwa sosok yang menyerupai nenek itu adalah jin peliharaan nenek yang semenjak nenek meninggal, dia kebingungan karena tidak memiliki tempat bernaung.

"Sosok itu kehilangan tuannya, sehingga berkeliaran di rumah dan menganggu kalian," ucap teman ayah yang saat itu datang ke rumah.

Tapi katanya, jin itu sudah pergi dengan sendirinya di malam ketujuh dan menjadi jin tanpa tuan. Kami sendiri baru tahu kalau nenek punya peliharaan gaib seperti itu. Karena masalahnya sudah selesai dan nenek pun sudah tenang di alamnya, kami memutuskan untuk tidak mencari tahu lebih lanjut. Kami anggap semuanya selesai.

Tamat

emoticon-Takut


Quote:


emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan


rachmanitara754
Araka
redbaron
redbaron dan 23 lainnya memberi reputasi
24
1.6K
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan