- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
RITUAL TARIK JANIN - KUNCEN


TS
jurigciwidey
RITUAL TARIK JANIN - KUNCEN
Quote:
Ini adalah sebuah cerita yang pernah aku dengar dari almarhum Ibu, Bapak serta kakak - kakakku.
Ibuku dulu bercerita tentang kisah ini, ketika dia menyuruh Kakak untuk menjaga istrinya yang sedang hamil agar tidak terjadi hal yang sama.
Aku akan menggunakan sudut pandang keluargaku agar kalian bisa merasakan apa yang sebenarnya terjadi di sana versi kami sebagai tetangga depan rumahnya, yang mengetahui persis dari awal sampai akhir cerita ini.

Spoiler for PROLOG:
Nampak seseorang berjalan di tengah hujan dengan kondisi yang basah, dia hanya terdiam disana, meskipun beberapa kali petir menyambar di tengah hujan deras yang mengguyur dirinya pada malam itu.
Beberapa kali dia terjatuh di jalanan yang licin akibat hujan yang lebat pada malam itu, namun dia kembali bangkit dan berjalan menyusuri jalanan yang gelap gulita tanpa perduli tubuhnya basah dan kotor akibat lumpur yang ada di sekitarnya.
Entah apa yang dia cari, namun dia seperti menyusuri tempat yang akan dia tuju di tengah-tengah kegelapan malam.
Dengan senter yang dia bawa, beberapa kali dia melihat jam tangan berwarna perak yang menunjukan jam 12 malam kurang.
“Aku harus segera menemukannya, karena kalau tidak, semuanya akan gagal,” Katanya dengan nada yang tergesa-gesa.
Dia terus berjalan di tengah petir yang menyambar pada malam itu, tubuhnya tertatih-tatih dan menggigil kedinginan sehingga senter yang dia bawa pun bergetar hebat.
Rupanya, dia berjalan ke salah satu kebun yang ada di salah satu rumah warga yang ada disana.
Disana ada gundukan tanah besar yang ditandai dengan sebuah batu dan empat bambu warna kuning yang tertancap di setiap sudut.
“Akhirnya,”
Perempuan itu menghela nafas panjang, seperti tidak ada rasa takut setelah melihat gundukan tanah itu, malah dia merasa senang karena langkah kakinya semakin cepat ketika dia melihat kuburan itu dari jauh.
Dirinya langsung duduk setibanya disana, dia menoleh ke arah kiri dan ke kanan untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain selain dirinya yang ada di sana.
“Bu, Akhirnya imas bisa mengabulkan keinginanmu.”
Imas, memandangi kuburan itu selama beberapa detik.
Ada perasaan ragu atas apa yang akan dia lakukan disana.
Dia terdiam, lalu mengambil napas panjang.
Tak lama, dengan kedua tangannya, dia langsung menggali tanah kuburan yang kotor dan becek tersebut.
Petir terus-terusan menggelegar, seperti sedang menemani Imas yang sedang terus menggali kuburan itu dengan kedua tangannya.
Dia tidak peduli tangannya kotor, karena dia seperti mempunyai sebuah tujuan yang harus dia capai pada saat itu.
Beberapa kali dia melihat jam tangannya lagi, waktu terus berdetak menuju tengah malam.
Imas nampak seperti kebingungan, dia seperti sedang di kejar waktu.
Sehingga, dia kembali mencari cara agar dia bisa menggali gundukan tanah itu dengan lebih cepat.
Dia akhirnya kembali berdiri, mencabut salah satu bambu yang ada di tancapkan disana, dan menancapkannya lagi di tengah-tengah gundukan tanah itu.
Dia juga mencabut batu yang menjadi penanda disana, dan dengan bantuan batu itu dia menggali tanah itu dengan cara dikeruk agar tanahnya cepat keluar dari sana.
Tubuhnya nampak menggigil, terdengar bunyi dari giginya yang gemeretak saking dinginnya udara pada malam itu.
Namun, dia sadar, dia tidak boleh berhenti, dia harus terus menggali lagi sampai dia menemukan sesuatu yang dia inginkan di dalam sana.
Seperti ada sesuatu yang dia pertaruhkan disana, dia harus berhasil melakukan hal ini meskipun apapun yang akan terjadi, ini adalah tentang hidup atau mati.
Arggghhh
Tiba-tiba, dia terlihat seperti mengerang, menggali gundukan tanah itu nampak tidak mudah, beberapa kali ada batu di dalam tanah yang harus dia buang.
Rasa sesal di wajahnya terlihat sekarang, mulutnya terbuka dan menggerutu atas apa yang dia lakukan.
Imas yang hidup dalam kemewahan dan kekayaan, mau tidak mau harus melakukan hal seperti ini atas sebuah ketidak sempurnaan dalam hidupnya.
Sudah hampir lima tahun dia menikah, namun dia masih belum diberi kepercayaan untuk mendapatkan keturunan.
Uang yang banyak, juga kemewahan yang mengelilingi hidupnya, tampaknya tidak bisa membuat dirinya bahagia.
Imas teringat apa yang dikatakan Ibu mertuanya, “Seorang perempuan yang tidak bisa melahirkan anak dari rahimnya sendiri adalah seperti benalu, dan benalu itu harus dibuang jauh-jauh.”
Imas merasa tidak adil atas apa yang tuhan lakukan kepadanya, sehingga dia harus melakukan hal ini, hal yang menentang takdir tuhan.
Namun, karena keinginannya, dia harus memaksakan hal tersebut agar dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
Waktu terus bergerak menuju tengah malam, tinggal sepuluh menit lagi hingga tepat jam dua belas malam.
Dengan nafas yang kini terengah-engah, Imas masih berusaha menggali tumpukan tanah itu dengan benda yang ada di sekitarnya.
Hingga akhirnya, tepat lima menit sebelum jam dua belas malam. dia menemukan sesuatu di bawah gundukan tanah itu.
Sebuah benda yang membuat Imas tersenyum lebar di tengah hujan.
Wajahnya menunduk secara perlahan, terlihat tetesan air hujan yang menetes dari rambutnya ke arah benda tersebut.
Dengan nafas yang terengah-engah, dia akhirnya mengambil benda itu secara perlahan dari dalam sana.
Benda itu adalah kunci dari hal yang dia impikan yang sebentar lagi hal itu akan terwujud.
Dia langsung mengambilnya dan mendekatkannya ke arah dada untuk dia peluk pada malam itu, di mana semuanya berawal yang akan mengubah kehidupannya untuk selamanya.
Terlihat dengan jelas, senyumannya yang kini mulai menyeringai, ditambah dengan petir yang menyambar sehingga wajahnya nampak jelas terlihat secara sekilas.
“Akhirnya, impianku akan terwujud,” katanya sambil tersenyum.
Dia kembali memandangi yang yang seperti guci kecil itu, lalu dia mengangkatnya tinggi-tinggi hingga ke atas kepalanya.
Tak lama kemudian.
Prakk
Dia melemparkannya ke arah batu yang tadi dia pakai untuk menggali gundukan tanah itu sehingga guci tersebut pecah.
Terlihat, dua buah benda berwarna putih ada di dalam pecahan benda tersebut.
Seketika, Imas kembali mendekat untuk melihat dari dekat kedua benda itu. Kedua benda yang akan menjadi penyempurna bagi apa yang akan dia lakukan.
Dia langsung kembali menoleh, tepatnya ke arah sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari kebun tersebut.
Sebuah rumah yang merupakan pemilik asli dari benda yang ada di depannya ini.
Dia akhirnya memegang kedua benda itu, dan membukanya secara perlahan.
Terlihat dengan jelas, dua buah ari-ari dari bayi kembar yang masih dibungkus oleh kain berwarna putih yang kini basah akibat hujan.
Senyuman yang ada di wajahnya semakin terlihat dengan jelas.
Dia memegang kedua ari-ari itu, lalu mengangkat keduanya hingga ke atas kepalanya.
Hingga, tak lama kemudian.
Keukkk
Kedua ari-ari itu dia masukan ke dalam mulutnya, ada perasaan jijik ketika dia memasukan dua benda itu.
Beberapa kali dia seperti terlihat ingin muntah namun dia tahan.
Jederrr
Petir terus-terusan menyambar, seperti menyamarkan apa yang dia lakukan disana.
Kulitnya yang kenyal, lengket, bahkan bau kini terasa olehnya.
Ini adalah hal yang terakhir yang harus dia lakukan sebelum akhirnya dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dia mengunyah ari-ari itu secara perlahan, karena dia tidak bisa untuk menelannya secara langsung.
Wajahnya yang awalnya tersenyum pun seketika berubah menjadi pucat.
Namun, dia harus tetap melakukan hal itu hingga kedua ari-ari itu masuk ke dalam tubuhnya.
“Kamu harus mencari ari-ari baru untuk kamu makan, karena itu sebagai penanda bahwa kamulah tempat dari bayi yang akan aku cari.”
“Aku akan menandainya dengan ini, sebuah ari-ari yang dibalut dengan kain putih yang sudah aku mantrai.”
“Ini adalah sebuah media agar ritual tarik janin itu berhasil, dan kamu harus melakukan hal itu agar bayi yang aku incar bisa dipindahkan dengan sempurna.”
Seketika, Imas ingat dari perkataan dukun itu.
Seorang dukun yang membantunya untuk mendapatkan sebuah keturunan yang dia idam-idamkan.
Sehingga, dia harus melakukan hal ini, memakan ari-ari bayi yang baru lahir agar ritualnya berjalan sempurna.
Hoo, hoeeek
Imas benar-benar tidak kuat, beberapa kali dia ingin muntah, namun dia menahannya dengan kedua tangannya.
Dia harus tetap mengunyah ari-ari kecil itu agar menjadi potongan-potongan kecil yang bisa dia telan.
Meskipun nampak alot, namun dia harus tetap mengunyahnya.
Bahkan salah satu tangannya sengaja dia masukan ke dalam mulut agar membantunya menggigit ari-ari itu hingga terpecah menjadi beberapa bagian.
Imas menelan ludah, dia merasa bahwa ari-ari itu sudah bisa dia telan sekarang.
Sambil menghela napas pa njang, Imas secara perlahan menelannya. dia bahkan memukul-mukul kerongkongannya secara perlahan agar ari-ari itu bisa masuk ke dalam tubuhnya.
Perasaan mual dan ingin muntah semakin terasa, namun dia terus menahannya.
Bahkan ketika ada potongan yang secara tidak sengaja keluar dari dalam mulutnya dan jatuh ke tanah.
Dia mengambilnya lagi dan memakannya bersamaan lumpur yang menempel di dalam ari-ari tersebut.
Imas benar-benar sudah kehilangan akal atas apa yang dia lakukan.
Namun, dia sepertinya tidak terlalu memperdulikan hal itu, dia hanya ingin semuanya segera berakhir secara bahagia atas apa yang sedang dia lakukan.
Glup
Dia akhirnya menelan semua ari-ari itu tanpa sisa, hujan yang terus mengguyur dirinya pun masih begitu deras ditemani dengan petir yang terus menerus menyambar.
Tak lama kemudian, tepatnya beberapa menit setelah ari-ari itu ditelan olehnya.
Tiba-tiba.
Arggghhh
Wajah Imas tiba-tiba mengerang kesakitan, seperti ada sesuatu yang terjadi di dalam perutnya.
Ketika, dia langsung duduk dengan kedua tangannya yang reflek memegang perutnya.
Dia benar-benar merasakan sebuah rasa sakit, seperti ada sesuatu yang menusuk-nusuk dari dalam tubuhnya.
Rasa sakitnya begitu kuat sehingga dia nampak sedikit meneteskan air mata. di tengah-tengah petir yang terus menggelegar dengan cahaya kilatnya yang menerangi Imas yang basah di guyur hujan pada malam itu.
Namun, secara perlahan.
Tangisannya secara perlahan berubah, menjadi sebuah kebahagiaan, senyumannya yang menyeringai terlihat dengan jelas di tengah petir yang menyala sepanjang malam.
Rambutnya yang basah terlihat menutupi setengah wajahnya, sambil memegang perutnya.
Dia akhirnya berhasil.
Berhasil melakukan ritual tarik janin yang bisa membuat dirinya mendapatkan seorang keturunan.
Seorang keturunan dari seorang rahim yang berbeda, yang sengaja dipindahkan kepadanya secara paksa.
Lanjutannya ada di post selanjutnya ya
Terima kasih sudah membaca cerita saya
saya membuat cerita ini untuk kompetisi KUNCEN yang ada disini
KUNCEN
Mohon vote dan baca cerita saya yang lainnya ya di SFTH ini
saya membuat cerita ini untuk kompetisi KUNCEN yang ada disini
KUNCEN
Mohon vote dan baca cerita saya yang lainnya ya di SFTH ini
Diubah oleh jurigciwidey 02-09-2023 05:53






redbaron dan 23 lainnya memberi reputasi
24
4.7K
Kutip
77
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan