- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Terpengaruh Medsos, Ribuan WNI Gabung ISIS, Pengamat: Teroris Sebenarnya OPM Papua


TS
Novena.Lizi
Terpengaruh Medsos, Ribuan WNI Gabung ISIS, Pengamat: Teroris Sebenarnya OPM Papua
Terpengaruh Medsos, Ribuan WNI Gabung ISIS, Pengamat: Teroris Sebenarnya OPM Papua yang Makin Sadis
Jumat, 25 Agustus 2023 | 12:25 WIB

Ilustrasi, Densus 88 Antiteror menangkap seorang terduga teroris. (Polri)
HARIANTERBIT.com - Pengamat Terorisme dan Intelijen dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengkritisi pernyataan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror (AT) Polri Irjen Marthinus Hukom menyebut ribuan warga itu terpengaruh dari media sosial (medsos).
Sementara itu, diluar isu ISIS, yang masih menjadi ancaman aktual dan serius adalah kelompok teroris OPM yang saat ini aktivitasnya semakin membabi-buta dan sadis dengan melakukan pembunuhan terhadap wwrga sipil dan aparat di Papua.
“Energi kontra terorisme perlu digerakkan secara maksimal untuk segera menuntaskan kelompok separatis teroris OPM,” ujar Harits Abu Ulya kepada Harian Terbit, Kamis (24/8/2023).
Harist menegaskan, saat ini sebenarnya masyarakat sudah bosan atas narasi terorisme yang disematkan ke kelompok Islam.
Oleh karena itu narasi yang selalu ditujukan ke kelompok Islam sudah menjadi perkara basi di telinga publik. Karena masyarakat merasa pada posisi tidak sebagai obyek yang jadi ancaman dari "teroris" yang diberitakan selama ini.
“Lain dan kebalikan dengan masyarakat sipil di Papua, mereka terancam aksi terorisme OPM,” tandasnya.
“Jadi ISIS sudah tidak populer, kehilangan panggung. OPM adalah real teroris yang lebih berbahaya,” imbuhnya.
Harist mengungkapkan, selama ini data dari medsos itu yang selalu mereka ungkap. Sementara 1000-an orang tersebut siapa jati dirinya. Apakah hantu atau apa juga tidak jelas.
Propaganda
Terpisah, Senior Researcher di Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta mengatakan, dalam penelitian dan data yang dimiliki juga menyebutkan hal yang sama, yakni jumlah masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri menjadi simpatisan ISIS mencapai 1.000 orang.
“ISIS melakukan propaganda dan rekrutment menggunakan media sosial, sehingga narasi-narasi yang disebarkan oleh ISIS bisa menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia,” jelasnya.
Stanislaus menegaskan, tidak bisa pemerintah bekerja sendirian untuk mencegah penyebaran ISIS di Indonesia.
Oleh karena itu, walaupun tugas utama mencegah penyebaran ISIS adalah tetap pemerintah karena yang melaksanakan regulasi dan mempunyai kewenangan dalam pengawasan media sosial, tapi pemerintah juga harus mengajak masyarakat untuk bersama-sama melawan narasi-narasi dari kelompok teror ini.
Diketahui dalam dialog Strategi Pencegahan Terorisme dan Radikalisme, Kamis (24/8/2023). Kepala Densus 88 AT Polri Irjen Marthinus Hukom menyatakan jumlah masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri menjadi simpatisan ISIS mencapai 1.000 orang. Ia menyebut ribuan warga itu terpengaruh dari media sosial.
"Ketika media sosial mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, hanya dalam kurun waktu kurang lebih 3 sampai 5 tahun, lebih dari 1.000 orang warga kita yang pergi ke ISIS," ucap Marthinus.
https://www.harianterbit.com/megapol...sadis?page=all
Kebiasaan "pengamat" K-drone, bandingin isis ama opm
Jumat, 25 Agustus 2023 | 12:25 WIB

Ilustrasi, Densus 88 Antiteror menangkap seorang terduga teroris. (Polri)
HARIANTERBIT.com - Pengamat Terorisme dan Intelijen dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengkritisi pernyataan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror (AT) Polri Irjen Marthinus Hukom menyebut ribuan warga itu terpengaruh dari media sosial (medsos).
Sementara itu, diluar isu ISIS, yang masih menjadi ancaman aktual dan serius adalah kelompok teroris OPM yang saat ini aktivitasnya semakin membabi-buta dan sadis dengan melakukan pembunuhan terhadap wwrga sipil dan aparat di Papua.
“Energi kontra terorisme perlu digerakkan secara maksimal untuk segera menuntaskan kelompok separatis teroris OPM,” ujar Harits Abu Ulya kepada Harian Terbit, Kamis (24/8/2023).
Harist menegaskan, saat ini sebenarnya masyarakat sudah bosan atas narasi terorisme yang disematkan ke kelompok Islam.
Oleh karena itu narasi yang selalu ditujukan ke kelompok Islam sudah menjadi perkara basi di telinga publik. Karena masyarakat merasa pada posisi tidak sebagai obyek yang jadi ancaman dari "teroris" yang diberitakan selama ini.
“Lain dan kebalikan dengan masyarakat sipil di Papua, mereka terancam aksi terorisme OPM,” tandasnya.
“Jadi ISIS sudah tidak populer, kehilangan panggung. OPM adalah real teroris yang lebih berbahaya,” imbuhnya.
Harist mengungkapkan, selama ini data dari medsos itu yang selalu mereka ungkap. Sementara 1000-an orang tersebut siapa jati dirinya. Apakah hantu atau apa juga tidak jelas.
Propaganda
Terpisah, Senior Researcher di Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta mengatakan, dalam penelitian dan data yang dimiliki juga menyebutkan hal yang sama, yakni jumlah masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri menjadi simpatisan ISIS mencapai 1.000 orang.
“ISIS melakukan propaganda dan rekrutment menggunakan media sosial, sehingga narasi-narasi yang disebarkan oleh ISIS bisa menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia,” jelasnya.
Stanislaus menegaskan, tidak bisa pemerintah bekerja sendirian untuk mencegah penyebaran ISIS di Indonesia.
Oleh karena itu, walaupun tugas utama mencegah penyebaran ISIS adalah tetap pemerintah karena yang melaksanakan regulasi dan mempunyai kewenangan dalam pengawasan media sosial, tapi pemerintah juga harus mengajak masyarakat untuk bersama-sama melawan narasi-narasi dari kelompok teror ini.
Diketahui dalam dialog Strategi Pencegahan Terorisme dan Radikalisme, Kamis (24/8/2023). Kepala Densus 88 AT Polri Irjen Marthinus Hukom menyatakan jumlah masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri menjadi simpatisan ISIS mencapai 1.000 orang. Ia menyebut ribuan warga itu terpengaruh dari media sosial.
"Ketika media sosial mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, hanya dalam kurun waktu kurang lebih 3 sampai 5 tahun, lebih dari 1.000 orang warga kita yang pergi ke ISIS," ucap Marthinus.
https://www.harianterbit.com/megapol...sadis?page=all
Kebiasaan "pengamat" K-drone, bandingin isis ama opm






aldonistic dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.1K
59


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan