Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 mampu tumbuh 5,17% secara tahunan (yoy). Namun, tingkat pertumbuhan itu lebih didorong faktor musiman, seperti adanya libur hari raya hingga pemberian tunjangan hari raya dan gaji ke-13 bagi PNS, sedangkan ekspor kontraksi akibat kondisi perekonomian global yang melambat dan investasi yang masih tumbuh di bawah 5%.

Di tengah kondisi itu, pemerintahan Presiden Joko Widodo masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2023 masih akan terjaga sesuai target 5,3%. Terutama didukung oleh konsumsi pemerintah yang didorong maksimal di dua kuartal terakhir 2023, adanya faktor musiman akhir tahun yang bisa mendongkrak konsumsi masyarakat, hingga perbaikan regulasi untuk mendorong investasi dan ekspor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Plt. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan mengatakan, dari sisi konsumsi pemerintah pada sisa kuartal 2023 ini, akan didorong dengan memanfaatkan belanja negara semaksimal mungkin, terutama sesuai target defisit APBN hingga akhir 2023 sebesar 2,28%.

"Outlook APBN semester II itu defisitnya kita harap bisa lebih tinggi dari semester I, sekitar 2,7-2,8% sehingga overall tahun 2,2% pada 2023," kata Ferry dalam program Squawk Box, CNBC Indonesia, dikutip Kamis (10/8/2023).

Melalui belanja ini, ia menargetkan, tingkat keyakinan masyarakat untuk belanja atau konsumsi akan bisa terus terjaga, terutama dari sisi daya belinya. Di sisi lain, dukungan ini akan diberikan melalui pengendalian inflasi sesuai sasarannya, yaitu 3% plus minus 1% melalui penguatan koordinasi dan respons tim pengendalian inflasi terhadap pergerakan harga-harga di tanah air.

"Kami di tim pengendalian inflasi akan monitoring ketat angka inflasi semester II ini yang kita harap sekitar 3% dari penguatan stok pangan, monitoring harga secara lebih frequent, kemudian peningkatan koordinasi antar kementerian lembaga, pusat dan daerah," tuturnya.

Selain itu, masyarakat kata dia juga masih dihadapkan dengan beberapa kegiatan hingga akhir tahun. Di antaranya adalah kegiatan Pemilu 2024 yang bisa mulai mendukung konsumsi masyarakat, khususnya Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), rangkaian agenda KTT ASEAN 2023 Keketuaan Indonesia pada September 2023, serta Libu Natal dan Tahun Baru pada Desember.

"Yang lain ada event juga misal kegiatan Pemilu 2024, kemudian juga ada event akhir tahun seperti Natal termasuk juga MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) ya dari perhelatan event internasional seperti rangkaian KTT ASEAN 2023 itu tentu bagian modal yang kita optimalkan," tegasnya.

Adapun strategi untuk mendorong investasi supaya bisa tumbuh tinggi pada sisa akhir tahun, tak seperti kuartal II-2023 yang hanya tumbuh 4,63% yoy, adalah dengan mengawal implementasi Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Di antaranya dengan memastikan proses perizinan terus sederhana, lebih cepat dengan memanfaatkan digitalisasi yang terintegrasi, hingga optimalisasi kawasan ekonomi khusus (KEK).

"KEK ini jadi menarik karena disamping untuk menginvite more investment ke domestik, kita harap juga menjaga kualitas pertumbuhan tadi terutama untuk keseimbangan pertumbuhan antar daerah dengan adanya berbagai KEK yang tersebar di seluruh Indonesia," ucap Ferry.

Dari sisi ekspor, ia mengutarakan bahwa pemerintah akan mendorongnya dengan terus konsisten menjalankan program hilirisasi. Sebab, ia memastikan, tanpa adanya hilirisasi, kinerja ekspor Indonesia akan terus ditentukan oleh harga-harga komoditas yang bergejolak, sehingga dari sisi volumenya tidak akan berpengaruh banyak ketika harganya anjlok.

"Hilirisasii juga tetap menjadi kunci karena leveragenya besar. Kita bisa mendorong growth di sektor industri, bisa lebih double, triple, bahkan untuk sektor-sektor yang kita dorong lebih ke hilirnya. Ini menjadi satu leverage," ungkap Ferry.

Sumber



Makin cinta dengan Indonesia