- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
APA YANG KITA DAPAT DARI MEMBELA MATI-MATIAN PEJABAT PUBLIK? [KOMPETISI KGPT]


TS
achanyoe
APA YANG KITA DAPAT DARI MEMBELA MATI-MATIAN PEJABAT PUBLIK? [KOMPETISI KGPT]
Quote:
Siang agan-agan ane mau nulis ini sebenarnya keresahan ane aja sih gan, merasa gak si beberapa tahun kebelakang, kita kaya di obok-obok politisi? Persaudaraan kita sesama rakyat indonesia seperti di permainkan sama ambisi politisi untuk menjadi penguasa.
Polarisasi yang terjadi sekarang, bukan gak mungkin jadi bom waktu yang akhirnya menuju perang sipil, kalau gak segera dibenahi. Sebenarnya boleh gak sih kita muja-muja pejabat publik segitunya? ini ane nulis full opini ane ya. Agan - Sista boleh banget buat gak setuju.
Polarisasi yang terjadi sekarang, bukan gak mungkin jadi bom waktu yang akhirnya menuju perang sipil, kalau gak segera dibenahi. Sebenarnya boleh gak sih kita muja-muja pejabat publik segitunya? ini ane nulis full opini ane ya. Agan - Sista boleh banget buat gak setuju.
Quote:
ANE MAU NANYA KITA DAPET APA DARI PUJA PUJA PEJABAT PUBLIK?
Fakta sejarah setelah 98 mengatakan bahwa Indonesia sudah melewati masa orba. Masa dimana presiden lebih mirip seperti raja. Berkuasa puluhan tahun tanpa pernah tergantikan. Walaupun kala itu negara kita sudah berlandaskan demokrasi sebagai sistem pemerintahan. Tapi siapapun itu tidak bisa membantahnya, bahwa orba sama sekali tidak mencerminkan demokrasi. Kebebasan berekspresi, mengutarakan pendapat, melempar kritik di bredel, coba tanya sama tempo dan rekan media sejawat yang melalui masa itu. Bagaimana ngerinya bersuara lantang di zaman suharto. Jika tidak hilang pasti berakhir di penjara.
![APA YANG KITA DAPAT DARI MEMBELA MATI-MATIAN PEJABAT PUBLIK? [KOMPETISI KGPT]](https://s.kaskus.id/images/2023/08/07/7312165_20230807015530.jpg)
Quote:
Tapi setelah 98 kita memasuki babak baru, reformasi katanya. Sebuah kata yang memiliki makna perubahan, bukan perubahan biasa tapi perubahan besar-besaran. Harusnya hari ini siapapun bebas berekspresi, bersuara lantang, mengkritik, dan mengungkapkan gagasannya. Katanya antithesis dari orba?
Semua hal yang tidak bisa dilakukan pada zaman orba harusnya bisa dilakukan setelah reformasi dong. Reformasi sesuai maknanya harusnya membawa perubahan, termasuk dalam penerapan demokrasi. Setelah melalui pengalaman gagal makna dan gagal praktik sistem demokrasi di era orba. Masa hari ini kita tidak belajar?
![APA YANG KITA DAPAT DARI MEMBELA MATI-MATIAN PEJABAT PUBLIK? [KOMPETISI KGPT]](https://s.kaskus.id/images/2023/08/07/7312165_20230807015838.jpg)
Semua hal yang tidak bisa dilakukan pada zaman orba harusnya bisa dilakukan setelah reformasi dong. Reformasi sesuai maknanya harusnya membawa perubahan, termasuk dalam penerapan demokrasi. Setelah melalui pengalaman gagal makna dan gagal praktik sistem demokrasi di era orba. Masa hari ini kita tidak belajar?
![APA YANG KITA DAPAT DARI MEMBELA MATI-MATIAN PEJABAT PUBLIK? [KOMPETISI KGPT]](https://s.kaskus.id/images/2023/08/07/7312165_20230807015838.jpg)
Quote:
Di zaman orba boleh saja kita jadi bodoh karena dipaksa bodoh. Memuja-muja pejabat publik, seakan-akan mereka adalah nabi dan tuhan yang terpaksa kita bela, jika kita tidak lakukan habislah kita. Tapi setelah reformasi, harusnya kita tidak punya alasan, dan tidak perlu repot-repot lagi memuji-muji mereka. Apalagi jika mereka masih duduk manis di kursi jabatannya, buat apa dipuja-puja. Kita baru bisa apresiasi kerjaannya kalau dia sudah pensiun dari jabatannya. Karena saat itu mereka sudah gak punya power apapun untuk mengendalikan nama baiknya supaya harum di mata rakyat. Betul apa betul ?
Sebagai rakyat yang hidup di negara demokrasi. Dimana kekuasaan tertinggi adalah milik rakyat. Artinya pejabat publiklah yang harusnya repot-repot membela kita. Siang malam kerja dengan baik supaya bisa mengesankan rakyat, karena tau kitalah bos mereka.
![APA YANG KITA DAPAT DARI MEMBELA MATI-MATIAN PEJABAT PUBLIK? [KOMPETISI KGPT]](https://s.kaskus.id/images/2023/08/07/7312165_20230807021732.jpg)
Bukan malah sebaliknya, habis waktu kita untuk memikirkan bagaimana cara membela mereka dari cercaan rakyat lainnya yang merasa tidak puas dengan kinerja mereka. Pejabat publik memang tidak akan bisa memuaskan semua rakyat, tapi bersungguh-sungguh untuk itu dengan segenap jiwa raga mereka adalah kewajiban mereka loh, dan adalah hak bagi rakyat yang tidak terpuaskan untuk marah, bersuara lantang meminta pertanggung jawaban kinerja pejabat publik.
Kalau yang disuarakan adalah kebaikan untuk negara, apapun bentuk kritiknya, sekeras apapun itu selama tidak melalui tindakan anarkis ya kita tidak perlu membela pemerintah dan melawan sesama rakyat.
Kita dapat apa dari membela pemerintah? Harusnya kita tidak dapat apa-apa jika kalian bukan buzzer bayaran.
Oh ia kita dapat berita harian, buronnya harun masiku, korupsi BTS triliunan, janji rumah DP 0% yang realisasinya tidak sesuai harapan, kriminalitas semakin tinggi, dan hal tidak mengenakan lainnya. Kalau hanya itu yang kita dapat, kenapa masih puja-puja pejabat publik, kita gak bodoh kan?
Sebagai rakyat yang hidup di negara demokrasi. Dimana kekuasaan tertinggi adalah milik rakyat. Artinya pejabat publiklah yang harusnya repot-repot membela kita. Siang malam kerja dengan baik supaya bisa mengesankan rakyat, karena tau kitalah bos mereka.
![APA YANG KITA DAPAT DARI MEMBELA MATI-MATIAN PEJABAT PUBLIK? [KOMPETISI KGPT]](https://s.kaskus.id/images/2023/08/07/7312165_20230807021732.jpg)
Bukan malah sebaliknya, habis waktu kita untuk memikirkan bagaimana cara membela mereka dari cercaan rakyat lainnya yang merasa tidak puas dengan kinerja mereka. Pejabat publik memang tidak akan bisa memuaskan semua rakyat, tapi bersungguh-sungguh untuk itu dengan segenap jiwa raga mereka adalah kewajiban mereka loh, dan adalah hak bagi rakyat yang tidak terpuaskan untuk marah, bersuara lantang meminta pertanggung jawaban kinerja pejabat publik.
Kalau yang disuarakan adalah kebaikan untuk negara, apapun bentuk kritiknya, sekeras apapun itu selama tidak melalui tindakan anarkis ya kita tidak perlu membela pemerintah dan melawan sesama rakyat.
Kita dapat apa dari membela pemerintah? Harusnya kita tidak dapat apa-apa jika kalian bukan buzzer bayaran.
Oh ia kita dapat berita harian, buronnya harun masiku, korupsi BTS triliunan, janji rumah DP 0% yang realisasinya tidak sesuai harapan, kriminalitas semakin tinggi, dan hal tidak mengenakan lainnya. Kalau hanya itu yang kita dapat, kenapa masih puja-puja pejabat publik, kita gak bodoh kan?
Quote:
Itu pendapat ane gan, seriusan kita gak dapet apa-apa dari puja-puji pejabat publik. Kalau gak percaya nih ane tambahin pendapat dari K-GPT dampak mengidolakan pejabat publik secara berlebihan.
Quote:
Ane mau cerita nih tentang dampak yang bisa terjadi kalau kita mengidolakan pejabat publik secara berlebihan. Nah, agan-agan dan sista-sista pasti sering liat kan ada orang-orang yang kayaknya terlalu tergila-gila sama pejabat publik favoritnya? Nah, itu nih yang disebut dengan hubungan parasosial.
Sebenernya, ngidolain pejabat publik itu nggak masalah, asal tetap dalam batas-batas yang wajar. Tapi masalahnya, kadang ada orang yang sampe lupa diri dan jadi kebablasan. Mereka bisa aja jadi buta sama kesalahan atau kekurangan yang dilakukan oleh pejabat favoritnya. Padahal, kita juga harus kritis dan objektif dalam melihat kinerja mereka.
Salah satu dampak negatifnya adalah kita jadi nggak bisa melihat kelemahan atau kesalahan dari pejabat publik tersebut. Kita jadi terlalu terpaku sama image yang mereka bangun di media sosial atau di televisi. Padahal, mereka juga manusia biasa yang pasti punya kekurangan.
Selain itu, mengidolakan pejabat publik secara berlebihan juga bisa menyebabkan kita jadi kurang kritis dalam memilih pemimpin. Kita jadi terlalu terpaku sama satu orang dan nggak mau melihat calon pemimpin lain yang mungkin lebih kompeten. Kita harusnya memilih pemimpin berdasarkan kapasitas dan kualitasnya, bukan hanya karena kita mengidolakannya.
Dampak lainnya adalah kita jadi nggak bisa melihat kebijakan atau keputusan yang kurang baik dari pejabat publik tersebut. Kita jadi terlalu percaya dan nggak mau mempertanyakan apa yang mereka lakukan. Padahal, sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap kritis dan mempertanyakan setiap kebijakan yang diambil.
Jadi, intinya adalah kita boleh mengidolakan pejabat publik, tapi jangan sampai kebablasan. Kita tetap harus kritis dan objektif dalam melihat kinerja mereka. Kita harus bisa memilih pemimpin berdasarkan kapasitas dan kualitasnya, bukan hanya karena kita mengidolakannya. Jangan sampai hubungan parasosial ini menggantikan kehidupan dan interaksi kita di dunia nyata.
Yuk, kita jadi warga negara yang cerdas dan kritis dalam melihat kinerja pejabat publik. Kita juga harus selalu mengingat bahwa mereka adalah manusia biasa yang pasti punya kelemahan. Jadi, jangan terlalu tergila-gila sama mereka ya, agan-agan dan sista-sista!
Sebenernya, ngidolain pejabat publik itu nggak masalah, asal tetap dalam batas-batas yang wajar. Tapi masalahnya, kadang ada orang yang sampe lupa diri dan jadi kebablasan. Mereka bisa aja jadi buta sama kesalahan atau kekurangan yang dilakukan oleh pejabat favoritnya. Padahal, kita juga harus kritis dan objektif dalam melihat kinerja mereka.
Salah satu dampak negatifnya adalah kita jadi nggak bisa melihat kelemahan atau kesalahan dari pejabat publik tersebut. Kita jadi terlalu terpaku sama image yang mereka bangun di media sosial atau di televisi. Padahal, mereka juga manusia biasa yang pasti punya kekurangan.
Selain itu, mengidolakan pejabat publik secara berlebihan juga bisa menyebabkan kita jadi kurang kritis dalam memilih pemimpin. Kita jadi terlalu terpaku sama satu orang dan nggak mau melihat calon pemimpin lain yang mungkin lebih kompeten. Kita harusnya memilih pemimpin berdasarkan kapasitas dan kualitasnya, bukan hanya karena kita mengidolakannya.
Dampak lainnya adalah kita jadi nggak bisa melihat kebijakan atau keputusan yang kurang baik dari pejabat publik tersebut. Kita jadi terlalu percaya dan nggak mau mempertanyakan apa yang mereka lakukan. Padahal, sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap kritis dan mempertanyakan setiap kebijakan yang diambil.
Jadi, intinya adalah kita boleh mengidolakan pejabat publik, tapi jangan sampai kebablasan. Kita tetap harus kritis dan objektif dalam melihat kinerja mereka. Kita harus bisa memilih pemimpin berdasarkan kapasitas dan kualitasnya, bukan hanya karena kita mengidolakannya. Jangan sampai hubungan parasosial ini menggantikan kehidupan dan interaksi kita di dunia nyata.
Yuk, kita jadi warga negara yang cerdas dan kritis dalam melihat kinerja pejabat publik. Kita juga harus selalu mengingat bahwa mereka adalah manusia biasa yang pasti punya kelemahan. Jadi, jangan terlalu tergila-gila sama mereka ya, agan-agan dan sista-sista!
Quote:






rinhsstw dan 3 lainnya memberi reputasi
4
762
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan