Kaskus

News

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Anak Korban Penculikan '97 Ajukan Surat ke Setneg, Minta Bertemu Jokowi

Anak Korban Penculikan '97 Ajukan Surat ke Setneg, Minta Bertemu Jokowi
Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews
Senin, 31 Jul 2023 14:27 WIB

Keluarga Deddy Hamdun (Foto: Marlinda/detikcom)
Jakarta - Abdul Hakim Hamdun, putra Deddy Hamdun, yang merupakan salah satu aktivis yang hilang pada 1997, menyambangi Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) siang ini. Hakim datang mengirimkan surat untuk meminta bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Sebenarnya ini langkah jemput bola kami karena kan waktu itu Pak Menko ngomongin kalau Tim PPHAM itu sudah berkoordinasi dan mendengarkan aspirasi keluarga korban. Cuman kami salah satu korban yang 26 tahun ini terputus komunikasinya dengan pemerintah. Jadi salah satu langkah kami, kami mengajukan kepada Presiden. Kami berharap untuk diundang audiensi untuk mendengarkan aspirasi kami, seperti itu," kata Hakim di Kantor Kemensetneg, Jakarta Pusat, Senin (31/7/2023).

Dalam surat yang dikirimkan tersebut, Hakim juga meminta bertemu dengan Menko Polhukam Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly.

Hakim mengungkapkan, selama ini belum ada pihak pemerintah atau Tim Penyelesaian Non-yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat Masa Lalu (PPHAM) yang meminta aspirasi dari keluarganya ataupun membicarakan perihal pemulihan hak korban pelanggaran HAM berat.

Sebagai informasi, Jokowi telah memutuskan untuk memulihkan hak-hak korban pelanggaran HAM berat, termasuk korban penculikan tahun 1997-1998.

"Kan ada pemulihan hak-hak korban. Hak-hak korban itu kan kami belum pernah ditanya apa kira-kira, audiensi untuk berbicara tentang itu dan ada beberapa hal rahasia yang ingin kami sampaikan," tuturnya.

Hakim menyebut hal serupa juga dialami korban penculikan paksa tahun 1997-1998 lainnya. Mereka disebutnya juga belum dipulihkan hak-haknya oleh pemerintah. Dia pun berharap audiensinya dengan Jokowi nanti menjadi pintu bagi korban-korban penculikan lainnya.

"Memang belum ada kan (yang dipulihkan haknya). Belum ada yang saya tahu sih. Tapi kalau dari kami, kami belum pernah ada pemerintah datang dari zaman itu sampai sekarang belum pernah ada, baru karena ini kami sedikit optimisme kami melakukan jemput bola lah," kata dia.

Hakim mengungkapkan selama ini dampak yang dirasakan keluarganya akibat hilangnya sang ayah sangatlah besar. Ibu dan adiknya mengalami depresi, rumahnya dirampok, bahkan usai penculikan tersebut Hakim beberapa kali mendapatkan ancaman dari orang tak dikenal (OTK). Padahal, saat itu Hakim masih berusia 12 tahun. Karena itu, dia pun berharap bisa bertemu dengan Jokowi.

"Awal-awal itu memang hancur ya. Seperti aset, semua sebenarnya sih, bukan lebih ke aset ya. Kayak ibu saya itu sampai sekarang masih ada tekanan, masih tekanan gangguan jiwanya itu karena dia masih berharap suaminya pulang. Jadi depresi berat. Adik saya juga masih harus minum obat, Ibu saya juga seperti itu. Jadi untuk seperti itu makanya kami ingin bertemu untuk menyampaikan aspirasi kami lah," paparnya.

Apa saja yang ingin disampaikan kepada Jokowi?

Keponakan Deddy Hamdun, Hasan Alhabsyi mengungkapkan setidaknya ada tiga hal yang akan dibicarakan keluarganya kepada Jokowi. Salah satunya adalah kejelasan mengenai status Deddy Hamdun.

"Yang pengin ditanyakan oleh keluarga adalah status kejelasan korban. Apakah meninggal? Apakah masih hidup? Itu yang pengen ditegaskan oleh keluarga korban. Ayolah pemerintah ngomong apa statusnya. Bagaimana, apa yang mereka alami, penjelasannya apa? Supaya ini akan berkaitan dengan hak-hak waris mereka yang pasti akan bermasalah gitu ketika tidak ada kejelasan itu," papar Hasan.

Keluarga, kata Hasan, juga ingin mendiskusikan perihal hak-hak yang akan diterima para ahli waris korban. Salah satunya perihal pertanggungan yang akan diberikan pemerintah.

"Lalu ada beberapa beberapa hal yang terkait Inpres yang mereka ingin berdiskusi dengan presiden. Kayak contohnya soal beasiswa, mereka ini kan udah tua secara umur sudah nggak butuh lagi, mereka punya harapan bahwa beasiswa ini bisa dialihkan ke anaknya dia. Lebih relevan, karena kan udah hampir 40 tahun gitu, udah nggak ini lagi. Nah lalu pertanggungan, pertanggungan yang dijanjikan oleh pemerintah ini seperti apa? Apakah pertanggungan ini sedari mulai awal kejadian atau dari mulai saat ini aja? Itu yang mau ditanyakan," bebernya.

Lebih lanjut, Hasan juga menegaskan bahwa ahli waris Deddy Hamdun yang sah adalah anak dari istri sahnya. Karena itu, dia meminta agar segala komunikasi perihal Deddy Hamdun dilakukan dengan mereka, bukan dengan Eva Arnaz yang disebutnya sebagai istri siri.

"Mereka ini salah satu korban yang terputus dengan pemerintah selama 26 tahun tidak pernah menerima bantuan apapun dan selama ini yang diketahui oleh pemerintah pihak keluarga adalah Eva Arnaz. Sedangkan Eva Arnaz itu adalah istri sirinya yang ini adalah anak kandung dari istri pertamanya begitu. Jadi secara waris sebenarnya pemerintah harusnya berkomunikasi dengan mereka," papar Hasan.

Sebagai informasi, Deddy Hamdun merupakan pengusaha yang juga aktivis PPP. Dia menjadi salah satu korban penculikan pada 29 Mei 1997 saat Pemilu 1997. Nasib Deddy Hamdun hingga saat ini pun belum diketahui. Deddy diduga diculik karena aktivitasnya mendukung kampanye PPP dalam Pemilu 1997 di masa kepemimpinan Presiden Soeharto.

Selain Deddy Hamdun, ada 13 aktivis lainnya yang menjadi korban penculikan pada tahun 1997-1998. Berikut daftar 14 korban:

1. Yani Afri (Rian): sopir, pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997, sempat ditahan di Makodim Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta pada 26 april 1997.
2. Sonny: sopir, teman Yani Afri, pendukung PDI Megawati. Hilang di Jakarta pada 26 April 1997
3. Deddy Hamdun: pengusaha, aktif di PPP dan dalam kampanye 1997 Mega-Bintang. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997
4. Noval Alkatiri: pengusaha, teman Deddy Hamdun, aktivis PPP. Dia hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997
5. Ismail: sopir Deddy Hamdun. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997
6. Wiji Thukul: penyair, aktivis JAKER, afiliasi PRD. Dia hilang di Jakarta pada 10 Januari 1998
7. Suyat: aktivis SMID. Dia hilang di Solo pada 12 Februari 1998
8. Herman Hendrawan: Mahasiswa Unair, hilang setelah konferensi pers KNPD di YLBH, Jakarta, 12 Maret 1998
9. Petrus Bima Anugerah: aktivis SMID. Hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998
10. M Yusuf: guru, diculik di depan rumahnya di Jakarta pada 7 Mei 1998
11. Ucok Munandar Siahaan: Mahasiswa Perbanas, diculik saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta
12. Yadin Muhidin: alumnus Sekolah Pelayaran, sempat ditahan Polres Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta pada 14 Mei 1998
13. Hendra Hambali: siswa SMU, raib saat kerusuhan di Glodok, Jakarta, 15 Mei 1998
14. Abdun Nasser: kontraktor, hilang saat kerusuhan 14 Mei 1998, Jakarta

https://news.detik.com/berita/d-6850...ertemu-jokowi.

Beberapa orang pendukung PDI Megawati yang hilang
belum termasuk yang tewas dan hilang ada perisitwa 27 Juli 1996 yang tidak termasuk pelanggaran HAM berat oleh pemerintah
bukan.bomatAvatar border
jonggolisasiAvatar border
nomoreliesAvatar border
nomorelies dan 4 lainnya memberi reputasi
5
891
35
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan