Hops.ID - Menjamurnya mini market  seperti Alfamart dan Indomaret  memang menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat di Indonesia.

Selain memudahkan belanja, hadirnya  Alfamart dan Indomaret juga menginspirasi beberapa pihak untuk membuka mini market sejenis.

Ada banyak pihak yang mencoba cari peruntungan dengan membuka  Alfamart dan Indomaret, bahkan juga ada yang membuka mini market  dengan merek sendiri.

Setidaknya, 212 Mart adalah salah satu contoh mini market yang sempat hadir di Indonesia dan cukup fenomenal.

Hadir karena gerakan aksi damai Umat Islam pada 2 Desember 2017, 212 Mart kemudian hadir dengan berlandaskan prinsip ekonomi syariah.

Mengusung konsep Amanah,Berjamaah dan Izzah, mini market dengan corak biru merah itu sempat menggebrak di awal kelahirannya.

Berjamaah, patungan?

Beda dengan  Alfamart  dan  Indomaret  yang mengenakan biaya franchise bagi masyarakat yang ingin bermitra.

Kelompok yang menggerakan 212 Mart ini diduga mengusung konsep patungan atau investasi dengan sistem bagi hasil.

Melansir dari Suara, besaran  investasi  bervariasi dari Rp500 Ribu hingga Rp20 Juta yang berarti tidak ada kepemilikan peribadi dari mini market itu.

Investasi bodong

Lancar di awal, tak lebih dari 2 Tahun niat untuk besar layaknya  Alfamart  dan Indomaret harus pupus

Satu per satu berita dugaan  investasi  bodong pada 212 Mart mulai terkuak ke permukaan dengan nominal yang fantastis.

Misalnya saja yang terjadi di Samarinda dan dilansir Suara, beberapa toko 212 Mart tumbang menyisakan tunggakan gaji, tagihan supplier dan tentu bagi hasil jamaah yang sudah berinvestasi.

Kini banyak dari toko 212 Mart yang sudah tutup dan kosong, bahkan beberapa digunakan untuk  Alfamart  dan Indomaret.

hops.id