Hi sobat kaskus,

Tidak jauh dari Pantai Air Manis, tempat dimana batu (buatan) Malin Kundang bersemayam, ada sebuah pulau bernama Pasumpahan. Masuk ke dalam Kenagarian/Kelurahan Sungai Pisang.

Cerita dibalik itu kurang lebih sama dengan tokoh yang sama pula. Malin Kundang. Padahal, masih berada dalam satu wilayah Kota Padang. Warga di dekat Pulau tersebut bahkan sangat meyakini, bahwa kejadian Malin Kundang, persis terjadi di pulau tersebut. Apa sebab? Karena pulau itu, sejak dulu sudah dinamakan "Pasumpahan" yang bisa diartikan sebagai "disumpahi".

Di Kalimantan Barat, terdapat cerita Batu Menangis. Plotnya kurang lebih sama. Hanya karakternya (yang disumpahi jadi batu) adalah seorang gadis.



Dan kalau mau dirunut satu persatu, mulai dari pantai paling Barat Indonesia, hingga ke Timur Indonesia, cerita-cerita seperti ini akan sangat banyak kita temukan. Termasuk yang ada di negeri jiran sekalipun karena sejatinya kita memang serumpun dengan ciri khas pola masyarakat yang tidak jauh berbeda.

Sekarang kita telisik agak ilmiah. Dalam ruang ilmiah, sebuah cerita rakyat digolongkan ke dalam Folklor. James Danandjaja, seorang ahli Folklor dalam bukunya yang termasyur "Folklor Indonesia: ilmu gosip, dongeng dan lain-lain" yang sering dijadikan pedoman untuk penelitian Folklor di Indonesia mengatakan:



Folklor sebagai salah satu seni sastra merupakan bagian kebudayaan suatu kolektif yang terbesar dan diwariskan secara turun temurun, di antara kolektif apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device)

Lalu bagaimana apabila ternyata Malin Kundang adalah tokoh yang nyata?

Saya pikir bisa jadi. Tetapi bukan berarti sekonyong-konyong Malin Kundang menjadi tokoh sejarah seperti Sitti Nurbaya dan kita kenang dengan monumen pembuatan patungnya.



Namun kalau ditanya Apa buktinya? Pulau? Batu? Gunung? Kuburan?? hehehe… Yang jelas, ketika cerita tersebut sudah menjadi anonim, apalagi sudah memiliki varian yang banyak tersebar, maka akan kecil (bahkan) tertutup kemungkinan untuk menelusurinya dan merubahnya dari cerita rakyat menjadi catatan sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Seperti kita tahu Batu Malin Kundang adalah cerita tentang seorang pemuda yang durhaka terhadap ibunya. Dalam cerita tersebut, Malin Kundang dikutuk oleh ibunya menjadi batu setelah ia menjadi seorang yang kaya dan sombong. Batu tersebut kemudian menjadi salah satu objek wisata yang populer di daerah tersebut.



Dan ternyata batu Malin Kundang tersebut dibuat oleh Dasril Bayras dan Ibenzani Usman pada tahun 1980-an. Nah, saat ini banyak yang belom tau kalau batu tersebut adalah buatan tangan manusia, namun kita akan kulik tentang Prof. Dr. Ibenzani Usman siapakah dia?

Dia adalah seorang ahli seni rupa, pendidik, dan juga komponis Indonesia. Dirinya juga guru besar seni rupa Universitas Negeri Padang (UNP) dan memiliki andil dalam pengembangan institusi seni rupa di Padang, dirinya telah banyak berkarya dalam hal seni rupa.

Karya-karyanya yang terkenal diantaranya:



Untuk musik ada beberapa lagu minang yang ia buat seperti "Lintuah", "Pulanglah Yuang", Sadiah", "Pasan Bundo", "Molah Manari", "Lambok Malam", dan lagu khusus berjudul "Minang Rhapsody". Lagu "Lintuah" dibawakan oleh Elly Kasim dan Oslan Husein. Dan masih dinyanyikan hingga hari ini.

Untuk karya seni yang lain dan terkenal ada Tugu Padang Area atau banyak yang menyebut Tugu Simpang Haru yang terletak di Jalan Dokter Soetomo, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang – Sumbar, ini juga karya dari Ibenzani Usman.



Jadi, setelah mengetahui hal ini apakah masih menganak tirikan kesenian? Karya dunia seni itu cukup luas, dan bisa menghasilkan karya hebat di masa depan.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2023
referensi : 1, 2, 3
Pic : google