- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Lagu Berbahasa Ibrani Selalu Dinyanyikan di Mahad Al Zaytun, Termasuk saat Pesta


TS
Novena.Lizi
Lagu Berbahasa Ibrani Selalu Dinyanyikan di Mahad Al Zaytun, Termasuk saat Pesta
Lagu Berbahasa Ibrani Selalu Dinyanyikan di Mahad Al Zaytun, Termasuk saat Pesta, Ada Hubungan dengan Israel?
Minggu 04-06-2023,18:38 WIB

Lagu Bahasa Ibrani kerap dinyanyikan di Mahad Al Zaytun pada kesempatan tertentu. -Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com
INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Bahasa Ibrani mungkin masih asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tetapi tidak dengan civitas Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu.
Bahasa Ibrani sehari-hari selalu dijumpai di pondok yang dipimpin oleh Syekh Panji Gumilang. Terutama di lingkukang pendidikan pondok yang berlokasi di Gantar, Indramayu ini.
Bahasa Ibrani adalah sebuah bahasa dari cabang rumpun bahasa Afro-Asia. Bahasa ini masuk dalam bahasa Semit dan menjadi bahasa resmi Israel. Bahasa Ibrani dituturkan oleh sebagian orang Yahudi di seluruh dunia.
Di Pondok Al Zaytun untuk memahami Bahasa Ibrani melalui banyak metode. Namun yang paling mudah dan banyak diminati adalah dengan cara bernyanyi.
Sebenarnya bukan hanya bahasa Ibrani saja yang dipelajari di pondok Al Zaytun. Hanya khusus pondok tersebut yang serius mempelajari bahasa tutur orang Yahudi di seluruh dunia ini.
Diakui civitasnya, di Al Zaytun, ada pelajaran mengenal bahasa antarbangsa. Salah satu di antaranya adalah bahasa Ibrani.
Maka tak heran kalau lagu berbahasa Ibrani itu sering dilantunkan oleh warga di pondok tersebut. Termasuk sering dinyanyikan oleh Syech Al Zaytun Panji Gumilang di berbagai kesempatan.
Biasanya lagu berbahasa Ibrani di Ponpes Al Zaytun dibalut dengan berbagai musik. Tetapi yang sangat terkenal dengan balutan musik keroncong yang syahdu.
Misalnya lagu Hava Nagila. Lagu itu diiringi oleh grup Keroncong Perdamaian, asuhan Syekh Al Zaytun, Panji Gumilang. Yang menarik, lagu berbasa Ibrani dibawakan dalam acara pernikahan, salah satu keluarga besar civitas Al Zaytun.
Syekh Panji Gumilang dalam berbagai kesempatan selalu menekankan untuk tidak alergi dengan bahasa Ibrani. Bahasa ini banyak kemiripan dengan bahasa Arab.
Karena, menurut Syekh Panji Gumilang antara bahasa Ibrani dengan bahasa Arab itu sangat erat. Ia pun mengistilahkan kedekatan dua bahasa itu seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Nah, soal perkembangan bahasa Ibrani di Indonesia, tak bisa melupakan nama Sapri Sale. Pria 52 tahun lebih itu telah menerbitkan kamus Ibrani-Indonesia pertama.
Sapri Sale pun melebarkan langkahnya. Yakni dengan membuka kursus bahasa Ibrani di Jakarta.
Ia mengatakan, peminat kursus bahasa Ibrani kebanyakan orang beragama Kristen. Namun ia berharap bahwa kedepannya umat Islam juga akan merasa tertarik untuk belajar bahasa Ibrani.
Memang, banyak warga Indonesia menganggap bahasa ibrani sebagai hal yang tabu. Tapi, bahasa ini sama pentingnya dengan bahasa-bahasa lain.
"Aktivitas saya tidak hanya mengajarkan bahasa Ibrani tapi juga upaya meminimalkan stigma negatif tentang Israel dan bahasa Ibrani di Indonesia," kata Sapri.
“Banyak orang Indonesia tidak mengerti keadaan sebenarnya tentang konflik Timur Tengah. Mereka melihatnya berdasarkan pandangan anti-Israel, semata-mata demi solidaritas mereka kepada warga Palestina," katanya.
Langkah untuk memperkenalkan Bahasa Ibrani di Jakarta yang digagas pria asal Sulawesi Tengah mendapat berbagai tanggapan yang beragam. Banyak pihak yang mengkritik upaya Sapri Sale ini. Namun dukungan juga ia terima dari berbagai pihak, termasuk beberapa tokoh agama.
Ia menegaskan, kritik atau bahkan ancaman dan intimidasi tidak akan menyurutkan niatnya ini. "Tujuan utama saya adalah membangun jembatan komunikasi antara dua negara, Indonesia dan Israel, untuk mempromosikan dialog dan saling pengertian," dikatakannya.
Kursus bahasa Ibrani sudah dimulai, bertempat di kantor Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kursus yang digelar selama satu setengah jam, setiap hari Senin dan Rabu ini diikuti sekitar 20 siswa belajar Senin dan Rabu.
Ia berharap, para siswa bisa memahami bahasa Ibrani dasar. “Murid-murid saya berasal dari berbagai latar belakang - Muslim, Kristen dan lainnya, tapi kebanyakan orang Kristen," katanya.
“Prediksi saya di masa depan adalah lebih banyak siswa Muslim yang akan bergabung dengan kelas saya, karena kesamaan bahasa Ibrani dan Arab. Dan juga karena Ibrani lebih mudah dipelajari,” harap Sapri.
Dikatakan Sapri Sale, sebagian besar siswanya tertarik untuk belajar budaya dan bahasa baru yang biasanya aksesnya hanya sedikit. Beberapa murid Kristennya mengikuti kursus karena mereka ingin bisa membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. Sapri Sale tertarik pada Israel dan bahasa Ibrani sejak awal 1990an saat ia menjadi mahasiswa Sastra Arab di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Pada tahun 2006, pria kelahiran kota Palu, Sulawesi Tengah, dan dibesarkan di Malang mulai menyusun kamus bahasa Ibrani-Indonesia pertama. Kamus ini baru diterbitkan pada tahun 2016. Penerbitan kamus yang disebut Milon Rishon ini disambut hangat oleh berbagai kalangan gereja, seminari, pelajar, dan empat universitas negeri Islam.
Ia menambahkan, beberapa ratus eksemplar telah dibagikan pada komunitas Muslim dan Kristen di Indonesia. Salah satu imam senior di Indonesia yang namanya untuk tidak diungkapkan, juga mendukung kamus tersebut.
Selain kamus, Sapri Sale sedang menulis buku lain dengan tujuan untuk mempromosikan bahasa Ibrani di Indonesia. Salah satunya adalah buku panduan percakapan dasar untuk wisata di Israel.
Di Indonesia, bahasa Ibrani masih dianggap tabu, terutama oleh mereka yang menolak pendekatan apapun dengan Israel. Israel dan Indonesia tidak pernah memiliki hubungan diplomatik resmi.
Sapri Sale, yang baru sekali berkunjung ke Israel, mengatakan bahwa sejauh ini pemerintah tidak pernah melakukan langkah apapun untuk mempromosikan bahasa Ibrani. Para pejabat, menurutnya, juga tidak berani mengambil risiko mendapat kecaman atau hujatan.
Sapri Sale sendiri kerap mengalami serangan dan juga hujatan. "Mereka menuduh saya sebagai antek atau mata-mata Israel,”katanya ungkapnya.
Sapri Sale mengatakan, bahasa Ibrani adalah bahasa yang penting dan tidak boleh disamakan dengan kebijakan negara tertentu.
"Saya mengajar bahasa Ibrani agar orang belajar tentang budaya dan teknologi Israel," katanya.
“Sama seperti kita belajar Bahasa Jepang atau bahasa dan negara lain - untuk mempelajari budaya dan teknologi mereka,” pungkasnya. (*)
https://radarcirebon.disway.id/read/...-dengan-israel
Tampil beda, yg lain mengutamakan bhs arab, yg ini mengutamakan bhs ibrani
Minggu 04-06-2023,18:38 WIB

Lagu Bahasa Ibrani kerap dinyanyikan di Mahad Al Zaytun pada kesempatan tertentu. -Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com
INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Bahasa Ibrani mungkin masih asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tetapi tidak dengan civitas Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu.
Bahasa Ibrani sehari-hari selalu dijumpai di pondok yang dipimpin oleh Syekh Panji Gumilang. Terutama di lingkukang pendidikan pondok yang berlokasi di Gantar, Indramayu ini.
Bahasa Ibrani adalah sebuah bahasa dari cabang rumpun bahasa Afro-Asia. Bahasa ini masuk dalam bahasa Semit dan menjadi bahasa resmi Israel. Bahasa Ibrani dituturkan oleh sebagian orang Yahudi di seluruh dunia.
Di Pondok Al Zaytun untuk memahami Bahasa Ibrani melalui banyak metode. Namun yang paling mudah dan banyak diminati adalah dengan cara bernyanyi.
Sebenarnya bukan hanya bahasa Ibrani saja yang dipelajari di pondok Al Zaytun. Hanya khusus pondok tersebut yang serius mempelajari bahasa tutur orang Yahudi di seluruh dunia ini.
Diakui civitasnya, di Al Zaytun, ada pelajaran mengenal bahasa antarbangsa. Salah satu di antaranya adalah bahasa Ibrani.
Maka tak heran kalau lagu berbahasa Ibrani itu sering dilantunkan oleh warga di pondok tersebut. Termasuk sering dinyanyikan oleh Syech Al Zaytun Panji Gumilang di berbagai kesempatan.
Biasanya lagu berbahasa Ibrani di Ponpes Al Zaytun dibalut dengan berbagai musik. Tetapi yang sangat terkenal dengan balutan musik keroncong yang syahdu.
Misalnya lagu Hava Nagila. Lagu itu diiringi oleh grup Keroncong Perdamaian, asuhan Syekh Al Zaytun, Panji Gumilang. Yang menarik, lagu berbasa Ibrani dibawakan dalam acara pernikahan, salah satu keluarga besar civitas Al Zaytun.
Syekh Panji Gumilang dalam berbagai kesempatan selalu menekankan untuk tidak alergi dengan bahasa Ibrani. Bahasa ini banyak kemiripan dengan bahasa Arab.
Karena, menurut Syekh Panji Gumilang antara bahasa Ibrani dengan bahasa Arab itu sangat erat. Ia pun mengistilahkan kedekatan dua bahasa itu seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Nah, soal perkembangan bahasa Ibrani di Indonesia, tak bisa melupakan nama Sapri Sale. Pria 52 tahun lebih itu telah menerbitkan kamus Ibrani-Indonesia pertama.
Sapri Sale pun melebarkan langkahnya. Yakni dengan membuka kursus bahasa Ibrani di Jakarta.
Ia mengatakan, peminat kursus bahasa Ibrani kebanyakan orang beragama Kristen. Namun ia berharap bahwa kedepannya umat Islam juga akan merasa tertarik untuk belajar bahasa Ibrani.
Memang, banyak warga Indonesia menganggap bahasa ibrani sebagai hal yang tabu. Tapi, bahasa ini sama pentingnya dengan bahasa-bahasa lain.
"Aktivitas saya tidak hanya mengajarkan bahasa Ibrani tapi juga upaya meminimalkan stigma negatif tentang Israel dan bahasa Ibrani di Indonesia," kata Sapri.
“Banyak orang Indonesia tidak mengerti keadaan sebenarnya tentang konflik Timur Tengah. Mereka melihatnya berdasarkan pandangan anti-Israel, semata-mata demi solidaritas mereka kepada warga Palestina," katanya.
Langkah untuk memperkenalkan Bahasa Ibrani di Jakarta yang digagas pria asal Sulawesi Tengah mendapat berbagai tanggapan yang beragam. Banyak pihak yang mengkritik upaya Sapri Sale ini. Namun dukungan juga ia terima dari berbagai pihak, termasuk beberapa tokoh agama.
Ia menegaskan, kritik atau bahkan ancaman dan intimidasi tidak akan menyurutkan niatnya ini. "Tujuan utama saya adalah membangun jembatan komunikasi antara dua negara, Indonesia dan Israel, untuk mempromosikan dialog dan saling pengertian," dikatakannya.
Kursus bahasa Ibrani sudah dimulai, bertempat di kantor Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kursus yang digelar selama satu setengah jam, setiap hari Senin dan Rabu ini diikuti sekitar 20 siswa belajar Senin dan Rabu.
Ia berharap, para siswa bisa memahami bahasa Ibrani dasar. “Murid-murid saya berasal dari berbagai latar belakang - Muslim, Kristen dan lainnya, tapi kebanyakan orang Kristen," katanya.
“Prediksi saya di masa depan adalah lebih banyak siswa Muslim yang akan bergabung dengan kelas saya, karena kesamaan bahasa Ibrani dan Arab. Dan juga karena Ibrani lebih mudah dipelajari,” harap Sapri.
Dikatakan Sapri Sale, sebagian besar siswanya tertarik untuk belajar budaya dan bahasa baru yang biasanya aksesnya hanya sedikit. Beberapa murid Kristennya mengikuti kursus karena mereka ingin bisa membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. Sapri Sale tertarik pada Israel dan bahasa Ibrani sejak awal 1990an saat ia menjadi mahasiswa Sastra Arab di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Pada tahun 2006, pria kelahiran kota Palu, Sulawesi Tengah, dan dibesarkan di Malang mulai menyusun kamus bahasa Ibrani-Indonesia pertama. Kamus ini baru diterbitkan pada tahun 2016. Penerbitan kamus yang disebut Milon Rishon ini disambut hangat oleh berbagai kalangan gereja, seminari, pelajar, dan empat universitas negeri Islam.
Ia menambahkan, beberapa ratus eksemplar telah dibagikan pada komunitas Muslim dan Kristen di Indonesia. Salah satu imam senior di Indonesia yang namanya untuk tidak diungkapkan, juga mendukung kamus tersebut.
Selain kamus, Sapri Sale sedang menulis buku lain dengan tujuan untuk mempromosikan bahasa Ibrani di Indonesia. Salah satunya adalah buku panduan percakapan dasar untuk wisata di Israel.
Di Indonesia, bahasa Ibrani masih dianggap tabu, terutama oleh mereka yang menolak pendekatan apapun dengan Israel. Israel dan Indonesia tidak pernah memiliki hubungan diplomatik resmi.
Sapri Sale, yang baru sekali berkunjung ke Israel, mengatakan bahwa sejauh ini pemerintah tidak pernah melakukan langkah apapun untuk mempromosikan bahasa Ibrani. Para pejabat, menurutnya, juga tidak berani mengambil risiko mendapat kecaman atau hujatan.
Sapri Sale sendiri kerap mengalami serangan dan juga hujatan. "Mereka menuduh saya sebagai antek atau mata-mata Israel,”katanya ungkapnya.
Sapri Sale mengatakan, bahasa Ibrani adalah bahasa yang penting dan tidak boleh disamakan dengan kebijakan negara tertentu.
"Saya mengajar bahasa Ibrani agar orang belajar tentang budaya dan teknologi Israel," katanya.
“Sama seperti kita belajar Bahasa Jepang atau bahasa dan negara lain - untuk mempelajari budaya dan teknologi mereka,” pungkasnya. (*)
https://radarcirebon.disway.id/read/...-dengan-israel
Tampil beda, yg lain mengutamakan bhs arab, yg ini mengutamakan bhs ibrani

Diubah oleh Novena.Lizi 04-06-2023 20:37






aldonistic dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.4K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan