- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kasus Pangkalan Gas Oplosan Meledak, Ketua Pemuda Pancasila Pengelola Belum Diproses


TS
republik.fakter
Kasus Pangkalan Gas Oplosan Meledak, Ketua Pemuda Pancasila Pengelola Belum Diproses
Kasus Pangkalan Gas Diduga Oplosan Meledak, Ketua Pemuda Pancasila Selaku Pengelola Belum Diproses



TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Imran Surbakti, Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai yang mengelola pangkalan gas diduga oplosan belum diproses hukum.
Sejak pangkalan gas diduga oplosan itu meledak dan melukai enam pekerjanya, Imran Surbakti yang dikenal dekat dengan sejumlah pejabat Polda Sumut belum ditangkap.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Teuku Fathir Mustafa menegaskan, pihaknya akan terus memproses kasus ini.
"Semua yang berkaitan dengan kasus itu masih kami proses. Sekarang masih berjalan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada," kata Fathir, Selasa (2/5/2023).
Fathir menerangkan, Imran Surbakti sudah sempat diperiksa penyidik pada Jumat, 28 April 2023 lalu.
Dari hasil pemeriksaan, pemilik pangkalan gas diduga oplosan itu atas nama istri Imran Surbakri.
"Kalau pemiliknya itu atas nama istrinya. Sudah kami periksa," kata Fathir.
Namun, Fathir tidak menjabarkan lebih lanjut mengenai status Imran Surbakti dan istrinya.
Apakah sudah dijadikan tersangka atau belum.
Sebab, patut diduga Imran Surbakti dan istrinya melanggar undang-undang minyak dan gas.
PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut mendorong aparat penegak hukum (APH) untuk mengusut dugaan pengoplosan gas elpiji subsidi yang diduga dilakukan Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai, Imran Surbakti.
Pihak Pertamina curiga, ada sesuatu yang tidak wajar di gudang atau tempat usaha gas milik Imran Surbakti.
Sehingga, Pertamina berharap kasus ini bisa didalami dan diinvestigasi.
"Kami lebih mendorong aparat penegak hukum untuk melakukan investigasi lebih dalam, karena yang bisa menelusuri (dugaan pengoplosan gas elpiji subsidi) itu ya aparat penegak hukum," kata Area Manager Communication, Relation dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria, Selasa (18/4/2023).
Susanto mengatakan, pihaknya memang sudah turun ke lokasi usaha milik Imran Surbakti di Jalan Panglima Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan pada Selasa (18/4/2023).
Saat mereka mendatangi usaha Ketua Ranting Pemuda Pancasila itu, alat-alat pengoplosan gas sudah tidak ditemukan.
Namun, petugas Pertamina menemukan adanya kondisi hancur pada plafon tempat usaha milik pria yang katanya dekat dengan sejumlah pejabat Polda Sumut itu.
"Plafon hancur dan lain-lain. Kelihatan memang ada terjadi insiden," kata Susanto.
Ia pun curiga, karena tidak biasanya gas bisa meledak seperti itu.
"Kami tentu ada kecurigaan, cuma kecurigaannya harus didalami dengan fakta-fakta valid, bagaimana bisa gas yang biasanya ditaruh di gerai masih aman, bahkan ketika dibawa kurir untuk diantar walaupun sedang merokok aman juga, ini kan jadi aneh ketika ada satu pangkalan yang meleduk tiba-tiba," katanya.
Pascakejadian ledakan di gudang milik Imran Surbakti, Pertamina tengah melakukan pengecekan mengenai sistem pengalaman yang dilakukan di sub penyalur milik Imran dan mengecek pendataan penyaluran gas subsidi 3 kilogram.
"Kami akan liat juga bagaimana sistem pengamanan dia, karena kita lihat tabung ini sudah tertutup ya tidak mungkin tiba-tiba meleduk kalau tidak ada pemicu. Kami juga mau melihat data atau pencatatan penyalurannya kemana, seharusnya ada aktivitas jual beli sesuai dengan harga HET. Kalau ada yang tidak sesuai SOP, tentunya kita akan berikan skorsing," jelasnya.
Susanto mengatakan, jika memang benar ditemukan adanya pengoplosan gas elpiji subsidi, maka pihak berwajib harus melakukan peruraian, karena gas elpiji merupakan subsidi dari pemerintah.
"Kalau misalnya yang diduga oplos ternyata memang melakukan oplos, ini yang harus diurai oleh penegak hukum, karena itu barang subsidi. Ketika diotak-atik baik ditimbun ataupun dioplos, itukan masuk tindak pidana," tutupnya.
Ruko diduga tempat mengoplos gas elpiji meledak di Jalan Panglima Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan pada Minggu (9/4/2023) lalu.
Dalam tragedi nahas ini, enam orang pekerja yang tengah diduga megoplos gas terluka dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Belakangan diketahui, bahwa ruko diduga tempat mengoplos gas elpiji ini milik Imran Surbakti.
Imran Surbakti adalah Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai.
Saat dikonfirmasi, Imran Surbakti tak menampik ruko diduga tempat mengoplos subsidi adalah miliknya.
Dia juga mengakui, bahwa dirinya adalah Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai.
"Iya, Ketua Pemuda Pancasila Kelurahan Medan Binjai," katanya, Sabtu (15/4/2023).
Disinggung mengenai pengakuan anak buahnya soal pengoplosan gas elpiji ukuran 3 kilogram ke LPG 12 kilogram, Imran membantah dan tidak mengakuinya.
Dia berdalih yang dilakukan anak buahnya hanya mengecek apakah ada kebocoran atau tidak.
Padahal, anak buahnya yang nyaris tewas saat bekerja mengaku telah tiga tahun mengoplos gas di tempat usaha bernama Surbakti Gas itu.
Bahkan, dugaan pengoplosan ini disinyalir telah berlangsung selama belasan tahun.
"Itu kan kita suka mengecek, karena kita ruko padat. Jadi kita istilahnya ngecek biar enggak bocor. Aku sudah 14 tahun buka usaha ini. Pekerja pun orang-orang Pemuda Pancasila, daripada berbuat yang enggak-enggak," katanya.
Soal kabar anak buahnya terluka akibat ledakan tabung gas usai diduga mengoplos gas elpiji, Imran kembali berkilah.
Dia berdalih luka yang dialami anak buahnya cuma pada bagian kaki, meski faktanya hampir 80 persen.
Dari foto yang diterima Tribun Medan, sekujur tubuh anak buahnya itu dibalut kain kasa.
Kulit wajahnya pun nampak mengelupas.
"Cuma kaki saja. Dia merokok waktu kejadian. Jadi gak ada udara, merokok di situ. Cuma letupan, bukan ledakan," kilah Imran.
Sementara itu, apa yang disampaikan Imran Surbakti berbanding terbalik dengan keterangan anak buahnya.
Sumber yang merupakan anak buah Imran Surbakti mengatakan dia sudah tiga tahun mengoplos gas elpiji subsidi 3 kilogram yang dipindahkan ke tabung 12 Kilogram.
Menurut J, bukan inisial asli mengaku, dalam sehari mereka bisa mengoplos gas sebanyak 200 hingga 300 tabung.
Kemudian gas-gas oplosan tadi dikirim ke Provinsi Aceh dan dijual secara eceran di Kecamatan Medan Area.
Untuk mengisi tabung gas 12 kilogram memerlukan 3 tabung gas ukuran 3 kilogram bersubsidi.
Gas oplosan tadi dijual berkisar harga Rp 120 ribu.
"Saya kurang tahu berapa lama pengoplosan terjadi. Tetapi saya bekerja di situ sudah selama 3 tahun, 3 tahun itu saya ngoplos. Setelah dioplos itu, gas 12 kg nya biasanya dijual ke Aceh," ucapnya.
Selain pekerja, J merupakan korban meledaknya tabung gas di pangkalan gas milik Imran Surbakti pada 9 April lalu.
Selain dirinya, ada lima orang lainnya yang luka bakar.
Baca juga: Anggota Pemuda Pancasila Kepung Ruang Direktur RSUP Adam Malik, Kapolrestabes: Mereka Sekuriti
Diakuinya, saat kejadian mereka awalnya sedang merokok di luar ruko.
Namun mereka dimarahi Imran, disuruh merokok di dalam ruko.
Tiba-tiba saat sedang asyik merokok, gas meledak hingga membakar mereka.
"Kami pertama merokok di luar dimarahi, disuruh merokok di dalam, di lantai 1. Kondisi saya sekarang hanya bisa terbaring di tempat tidur karena saya mengalami luka bakar sekitar 80 persen," kata sumber Tribun-medan.com.(Cr25/ tribun-medan.com)
https://medan.tribunnews.com/2023/05...roses?page=all
mana berani diproses tu ?
asal tahu saja, mantan walkot yang dulu, si Rahudman Haphaphap sesudah divonis penjara, tapi tidak langsung masuk penjara, selama bertahun2 dia bebas bersama keluarga dia main ke mal, jalan2, dll, karena di kawal ormas preman, rumah die juga dibarikade ormas preman, wercok dan loreng pun tidak berani jemput
ga percaya ? tanyak ke semua warga medan, terutama para tetangga die, sudah rahasia umum bersama itu
sudah tidak ada yang namanya hukum di medan, buat apa tutup tutupin lagi ? sudah terlampau ketara



TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Imran Surbakti, Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai yang mengelola pangkalan gas diduga oplosan belum diproses hukum.
Sejak pangkalan gas diduga oplosan itu meledak dan melukai enam pekerjanya, Imran Surbakti yang dikenal dekat dengan sejumlah pejabat Polda Sumut belum ditangkap.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Teuku Fathir Mustafa menegaskan, pihaknya akan terus memproses kasus ini.
"Semua yang berkaitan dengan kasus itu masih kami proses. Sekarang masih berjalan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada," kata Fathir, Selasa (2/5/2023).
Fathir menerangkan, Imran Surbakti sudah sempat diperiksa penyidik pada Jumat, 28 April 2023 lalu.
Dari hasil pemeriksaan, pemilik pangkalan gas diduga oplosan itu atas nama istri Imran Surbakri.
"Kalau pemiliknya itu atas nama istrinya. Sudah kami periksa," kata Fathir.
Namun, Fathir tidak menjabarkan lebih lanjut mengenai status Imran Surbakti dan istrinya.
Apakah sudah dijadikan tersangka atau belum.
Sebab, patut diduga Imran Surbakti dan istrinya melanggar undang-undang minyak dan gas.
PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut mendorong aparat penegak hukum (APH) untuk mengusut dugaan pengoplosan gas elpiji subsidi yang diduga dilakukan Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai, Imran Surbakti.
Pihak Pertamina curiga, ada sesuatu yang tidak wajar di gudang atau tempat usaha gas milik Imran Surbakti.
Sehingga, Pertamina berharap kasus ini bisa didalami dan diinvestigasi.
"Kami lebih mendorong aparat penegak hukum untuk melakukan investigasi lebih dalam, karena yang bisa menelusuri (dugaan pengoplosan gas elpiji subsidi) itu ya aparat penegak hukum," kata Area Manager Communication, Relation dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria, Selasa (18/4/2023).
Susanto mengatakan, pihaknya memang sudah turun ke lokasi usaha milik Imran Surbakti di Jalan Panglima Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan pada Selasa (18/4/2023).
Saat mereka mendatangi usaha Ketua Ranting Pemuda Pancasila itu, alat-alat pengoplosan gas sudah tidak ditemukan.
Namun, petugas Pertamina menemukan adanya kondisi hancur pada plafon tempat usaha milik pria yang katanya dekat dengan sejumlah pejabat Polda Sumut itu.
"Plafon hancur dan lain-lain. Kelihatan memang ada terjadi insiden," kata Susanto.
Ia pun curiga, karena tidak biasanya gas bisa meledak seperti itu.
"Kami tentu ada kecurigaan, cuma kecurigaannya harus didalami dengan fakta-fakta valid, bagaimana bisa gas yang biasanya ditaruh di gerai masih aman, bahkan ketika dibawa kurir untuk diantar walaupun sedang merokok aman juga, ini kan jadi aneh ketika ada satu pangkalan yang meleduk tiba-tiba," katanya.
Pascakejadian ledakan di gudang milik Imran Surbakti, Pertamina tengah melakukan pengecekan mengenai sistem pengalaman yang dilakukan di sub penyalur milik Imran dan mengecek pendataan penyaluran gas subsidi 3 kilogram.
"Kami akan liat juga bagaimana sistem pengamanan dia, karena kita lihat tabung ini sudah tertutup ya tidak mungkin tiba-tiba meleduk kalau tidak ada pemicu. Kami juga mau melihat data atau pencatatan penyalurannya kemana, seharusnya ada aktivitas jual beli sesuai dengan harga HET. Kalau ada yang tidak sesuai SOP, tentunya kita akan berikan skorsing," jelasnya.
Susanto mengatakan, jika memang benar ditemukan adanya pengoplosan gas elpiji subsidi, maka pihak berwajib harus melakukan peruraian, karena gas elpiji merupakan subsidi dari pemerintah.
"Kalau misalnya yang diduga oplos ternyata memang melakukan oplos, ini yang harus diurai oleh penegak hukum, karena itu barang subsidi. Ketika diotak-atik baik ditimbun ataupun dioplos, itukan masuk tindak pidana," tutupnya.
Ruko diduga tempat mengoplos gas elpiji meledak di Jalan Panglima Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan pada Minggu (9/4/2023) lalu.
Dalam tragedi nahas ini, enam orang pekerja yang tengah diduga megoplos gas terluka dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Belakangan diketahui, bahwa ruko diduga tempat mengoplos gas elpiji ini milik Imran Surbakti.
Imran Surbakti adalah Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai.
Saat dikonfirmasi, Imran Surbakti tak menampik ruko diduga tempat mengoplos subsidi adalah miliknya.
Dia juga mengakui, bahwa dirinya adalah Ketua Ranting Pemuda Pancasila Kelurahan Binjai.
"Iya, Ketua Pemuda Pancasila Kelurahan Medan Binjai," katanya, Sabtu (15/4/2023).
Disinggung mengenai pengakuan anak buahnya soal pengoplosan gas elpiji ukuran 3 kilogram ke LPG 12 kilogram, Imran membantah dan tidak mengakuinya.
Dia berdalih yang dilakukan anak buahnya hanya mengecek apakah ada kebocoran atau tidak.
Padahal, anak buahnya yang nyaris tewas saat bekerja mengaku telah tiga tahun mengoplos gas di tempat usaha bernama Surbakti Gas itu.
Bahkan, dugaan pengoplosan ini disinyalir telah berlangsung selama belasan tahun.
"Itu kan kita suka mengecek, karena kita ruko padat. Jadi kita istilahnya ngecek biar enggak bocor. Aku sudah 14 tahun buka usaha ini. Pekerja pun orang-orang Pemuda Pancasila, daripada berbuat yang enggak-enggak," katanya.
Soal kabar anak buahnya terluka akibat ledakan tabung gas usai diduga mengoplos gas elpiji, Imran kembali berkilah.
Dia berdalih luka yang dialami anak buahnya cuma pada bagian kaki, meski faktanya hampir 80 persen.
Dari foto yang diterima Tribun Medan, sekujur tubuh anak buahnya itu dibalut kain kasa.
Kulit wajahnya pun nampak mengelupas.
"Cuma kaki saja. Dia merokok waktu kejadian. Jadi gak ada udara, merokok di situ. Cuma letupan, bukan ledakan," kilah Imran.
Sementara itu, apa yang disampaikan Imran Surbakti berbanding terbalik dengan keterangan anak buahnya.
Sumber yang merupakan anak buah Imran Surbakti mengatakan dia sudah tiga tahun mengoplos gas elpiji subsidi 3 kilogram yang dipindahkan ke tabung 12 Kilogram.
Menurut J, bukan inisial asli mengaku, dalam sehari mereka bisa mengoplos gas sebanyak 200 hingga 300 tabung.
Kemudian gas-gas oplosan tadi dikirim ke Provinsi Aceh dan dijual secara eceran di Kecamatan Medan Area.
Untuk mengisi tabung gas 12 kilogram memerlukan 3 tabung gas ukuran 3 kilogram bersubsidi.
Gas oplosan tadi dijual berkisar harga Rp 120 ribu.
"Saya kurang tahu berapa lama pengoplosan terjadi. Tetapi saya bekerja di situ sudah selama 3 tahun, 3 tahun itu saya ngoplos. Setelah dioplos itu, gas 12 kg nya biasanya dijual ke Aceh," ucapnya.
Selain pekerja, J merupakan korban meledaknya tabung gas di pangkalan gas milik Imran Surbakti pada 9 April lalu.
Selain dirinya, ada lima orang lainnya yang luka bakar.
Baca juga: Anggota Pemuda Pancasila Kepung Ruang Direktur RSUP Adam Malik, Kapolrestabes: Mereka Sekuriti
Diakuinya, saat kejadian mereka awalnya sedang merokok di luar ruko.
Namun mereka dimarahi Imran, disuruh merokok di dalam ruko.
Tiba-tiba saat sedang asyik merokok, gas meledak hingga membakar mereka.
"Kami pertama merokok di luar dimarahi, disuruh merokok di dalam, di lantai 1. Kondisi saya sekarang hanya bisa terbaring di tempat tidur karena saya mengalami luka bakar sekitar 80 persen," kata sumber Tribun-medan.com.(Cr25/ tribun-medan.com)
https://medan.tribunnews.com/2023/05...roses?page=all
mana berani diproses tu ?

asal tahu saja, mantan walkot yang dulu, si Rahudman Haphaphap sesudah divonis penjara, tapi tidak langsung masuk penjara, selama bertahun2 dia bebas bersama keluarga dia main ke mal, jalan2, dll, karena di kawal ormas preman, rumah die juga dibarikade ormas preman, wercok dan loreng pun tidak berani jemput

ga percaya ? tanyak ke semua warga medan, terutama para tetangga die, sudah rahasia umum bersama itu

sudah tidak ada yang namanya hukum di medan, buat apa tutup tutupin lagi ? sudah terlampau ketara

0
1.3K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan