
Foto: Ilustrasi/ Angka Kemiskinan/Aristya Rahadian
Jakarta, CNBC Indonesia - Jawa Barat membukukan pertumbuhan tertinggi di Indonesia pada 2022, bahkan masuk lima besar. Namun, pada tahun yang sama, provinsi ini ternyata mencatatkan jumlah orang-orang miskin dan tingkat penganggurannya banyak.
Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, Jabar menempati posisi pertama sebagai lokasi investasi terbesar sepanjang 2022. Realisasi di kawasan itu mencapai Rp 174,6 triliun, diikuti DKI Jakarta Rp 143 triliun, Sulawesi Tengah Rp 111,2 triliun, Jawa Timur Rp 110,3 triliun dan Riau Rp 82,5 triliun.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menjadi yang tertinggi kedua hingga September 2022. Jumlah penduduk miskinnya mencapai 4,05 juta orang, sedikit di bawah Jawa Timur yang menempati posisi teratas sebanyak 4,24 juta orang.
Sementara itu, dari sisi tingkat pengangguran terbuka hingga Agustus 2022, persentase jumlah pengangguran terbanyak menurut data BPS paling tinggi di Jawa Barat sebesar 8,31%, diikuti Kepulauan Riau 8,23%, Banten 8,09% dan DKI Jakarta 7,18%.
[table][tr][td][/td]
[/tr]
[/table]
Menurut Bahlil, persoalan ini bisa dijawab dengan cara melihat jumlah penduduk yang ada di daerah Jawa Barat. Ia mengatakan, jumlah penduduk di Jawa Barat merupakan yang terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, jumlah penduduk di Jabar memang terbanyak, yaitu 48,2 juta jiwa per 2021.
"Tahu enggak Jabar itu jumlah penduduk terbesar di Indonesia dari sisi provinsi. Jatim kalah loh. Jangan samakan dengan Papua. Papua itu 7 juta orang plus mati besok sama baru lahir jadi 7-8 juta," kata Bahlil seusai konferensi pers di kantornya, Jakarta, dikutip Rabu (25/1/2023).
Namun, ia menekankan, untuk menyelesaikan ketimpangan antara banyaknya arus investasi yang masuk dengan penyerapan tenaga kerja yang maksimal juga harus dipikirkan lembaga-lembaga pendidikan. Terutama dengan cara mendidik tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kebutuhan industrinya, terutama di tengah era arah kebijakan investasi yang lebih fokus pada hilirisasi dan lebih padat teknologi atau modal ketimbang padat karya.
"Harusnya sekolah-sekolah kita ini kampus-kampus kita ini masalah lapangan kerja A diajari B pasti pengangguran banyak. Makanya harus kita korelasikan antara tingkat kebutuhan dengan persiapan tenaga kerja itu sendiri," tuturnya.
"Ini vokasi sebenarnya, kita tidak di bagian itu, tapi kami bilang ke kementerian, kami akan bangun pabrik di sini, industri ini, skill yang dibutuhkan ini, monggo," ujar Bahlil.
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...jibun-kok-bisa
lokasi investasi terbesar di seluruh Indonesia, bahkan lebih tinggi dari Jakarta, tapi tingkat pengangguran no 1?