Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

naimatunn5260Avatar border
TS
naimatunn5260
Ipar-iparku Pandai Bersilat Lidah
Ipar-iparku Pandai Bersilat Lidah

"Mbak, besok aku mau pulang ke rumah suamiku." Ucap Lia, adik ipar ku yang kedua.

"Loh memangnya kenapa, Li? apa kamu tidak suka kalau aku tinggal disini? aku hanya sebentar loh disini, besok juga kalau mas putra sudah punya uang kita bakal balik lagi ke rumahku." Kataku, aku merasa tidak enak dengan Lia. Karena setahuku, dia yang selama ini tinggal di rumah mertuaku untuk merawat neneknya yang sudah tua, sedangkan ibu mertuaku bekerja diluar kota. Bapak mertuaku, bekerja sebagai tukang rongsok. Sedangkan suami Lia, dia juga sedang bekerja di perantauan.

"Enggak mbak, aku malah seneng ada mbak Rifa disini. Aku tuh biasa mbak naik turun gitu, maksudnya aku kadang ke rumah mertuaku, dan kadang disini." Sahut Lia, aku menganggukkan kepalaku.

"Terus nanti kamu mau sama siapa ke rumah mertuamu?" tanyaku, Lia sedang asyik memoleskan lipstik dibibir hitamnya.

"Nanti aku mau dijemput sama adiknya suamiku, oh ya mbak ini hpnya aku kembalikan." Jawab Lia sembari memberikan ponselku yang ia pinjam.

Tidak menunggu lama aku mendengar suara motor berhenti di depan rumah mertuaku, aku mengintip dari balik jendela. Ternyata, adik ipar Lia yang datang. Lia yang sudah menunggu di depan rumah langsung pergi tanpa berpamitan denganku. Aku menghela napas, pasti rumah ini bakalan sepi karena Lia dan anaknya sedang pergi ke rumah mertuanya.

"Bunda, dek Riki mana?" tanya Adnan, anakku.

"Dek Riki sedang pergi ke rumah neneknya, Adnan mainan sama bunda saja ya." Aku tersenyum melihat Adnan yang sedang membawa mainan, ya karena biasanya dia akan bermain bersama Riki.

"Iya bunda," jawab Adnan. Lalu aku menemani Adnan bermain sembari menunggu suamiku pulang yang sedang mencari pekerjaan.

Sebenarnya, kami sudah bukan menjadi warga tempat tinggal suamiku. Karena kami memutuskan untuk tinggal di desaku, tetapi karena mas Putra baru saja kehilangan pekerjaannya. Jadi, ia berfikir untuk mencari kerja di kampung halamannya saja siapa tau nanti kami bisa mempunyai modal untuk kembali ke desaku dan membuka usaha.

"Assalamuallaikum," ucap bapak mertuaku.

"Waalaikumsallam, Aki." Jawabku berbarengan dengan Adnan, lalu Adnan menghampiri kakeknya yang sedang membawa sesuatu.

"Aki, itu apa?" tanya Adnan, dengan suara cadelnya.

"Oh ini, mainan mobil-mobilan. Adnan mau?" tanya bapak mertuaku, Adnan pun mengangguk. "Tapi biar dicuci dulu sama bunda ya," lanjut bapak mertuaku. Ia membawa rongsokan, dan ada sebuah mainan yang masih lumayan bagus untuk bermain.

"Adnan, sini dulu aki biar istirahat. Bunda mau bikin kopi buat aki," kataku. Adnan pun kembali bermain, sedangkan aku membuatkan kopi untuk bapak mertuaku. Entah mungkin sudah hal yang wajib meminum kopi, karena dari dulu sampai sekarang setiap aku di rumah mertua selalu melihat mereka minum kopi di pagi, siang, sore, dan malam hari. Seperti tidak pernah bosan.

"Fa, ini nanti dicuci yang bersih biar bisa buat mainan Adnan." Ucap bapak mertuaku, sembari meletakkan mainan dilantai. "Oh ya, ini ada hati ayam tadi aku beli sekilo di pasar. Cepat kamu masak, biar Adnan suka." Lanjutnya, bapak mertuaku memang seperti itu. Dia selalu memanjakan cucu-cucunya, meskipun dia hanya mempunyai uang cukup untuk beli beras tetapi dia selalu membawakan jajanan untuk cucu-cucunya entah bagaimana caranya yang penting halal.

"Iya pak, ini kopinya." Kataku, dengan cepat aku mencuci mainan yang tadi dibawa oleh mertuaku. Lalu, aku melanjutkan mencuci hati ayam yang baru saja dibeli mertuaku untuk Adnan.

"Lia pulang ke rumah suaminya," ucap nenek mertuaku. Ia beranjak dari tempat tidurnya setelah mendengar suara bapak mertuaku pulang.

"Pulang? sama siapa?" tanya bapak mertuaku, "kenapa pulang, disini ada Adnan malah pulang." Lanjut bapak mertuaku.

"Tadi dijemput sama adiknya, ah aku juga tidak tau. Anaknya dibawa, entah mau kesini kapan. Kalau mau pulang ke rumah suaminya ya pulang saja sendiri, anaknya ditinggal saja kan bisa." Sahut nenek mertuaku, suaranya terdengar sedih.

"Paling cuma sehari, kalau di tinggal ya nanti Lia malah dimarahin sama suaminya. Gimana sih Mbah buyut ini ya, kakak Adnan." Kata bapak mertuaku sembari menemani Adnan bermain.

"Nenek mau ngopi juga?" aku menawari nenek mertuaku setelah aku selesai memasak semur hati ayam.

"Ah ngopi terus dari tadi, aku mau tidur lagi aja." Sahutnya sembari beranjak dari duduknya. Bapak mertuaku langsung keluar karena dia mau melanjutkan memilah rongsok.

Sembari menemani Adnan bermain, aku membuka ponselku yang kemarin Lia pinjam untuk menghubungi suaminya. Karena Lia memang tidak memiliki ponsel sendiri.

"Loh, ini kan akun media sosialnya Lia. Tumben banget belum dikeluarin?" gumamku, "ah iseng baca statusnya, lagian kenapa dia gak berteman sama aku." Entah mengapa akun media sosial Lia memblokir punyaku, jadi kita tidak bisa berteman.

'Kasian sekali kamu, dek. Setiap hari dinakalin terus.' Lia menulis kata-kata itu diatas foto Riki, aku mengernyitkan keningku. Loh, memangnya Riki dinakalin siapa, dan kenapa Lia tidak pernah cerita sama aku?

'siapa yang nakal, Li?' tanya seseorang yang akun media sosialnya bernama encitkucantyikk. Ah sepertinya dia orang yang lebay, hehehe...

'japri aja cit,' sahut Lia dalam kolom komentarnya. Aku semakin penasaran, siapa yang Lia maksud?

Pengen banget tau siapa yang Lia maksud, tapi apakah aku juga harus membuka yang lebih jauh lagi tentang privasinya? Ah, tapi Lia juga pernah kok main buka chat dadi keluargaku, dia juga tidak bilang dulu meskipun dia pinjam ponselku, tapi tidak seharusnya dia berani membuka chatku dong.

(Siapa yang udah nakalin Riki?) tanya encitkucantyikk lewat pesan pribadi.

(Anaknya mas Putra, makanya sekarang aku lagi di rumah suamiku) balas Lia, aku mengulang beberapa kali saat membacanya. Jadi, Lia pergi dari rumah karena merasa Riki dinakalin sama Adnan?

Karena sudah sangking penasarannya lagi, aku memberanikan diri membuka pesan pribadi antara Lia dan suaminya.

(Cepat kamu pulang ke rumahku, kalau tidak aku bakalan marah)

(Aku kasian sama nenek, lagian aku juga tidak boleh sering ke sana karena Riki masih kecil kasian kalau diajak pergi-pergi terus)

(Ya kamu bikin alasan yang tepat dong biar boleh ke rumahku, kalau kamu gak nurut sama aku ya sudah terserah. Tapi jangan salahkan aku kalau gak pernah transfer uang lagi ke kamu!)

(Jangan gitu dong, iya besok aku pulang)

Aku menghela napas panjang, jadi yang bener mana sih? Lia pulang ke rumah mertuanya karena takut sama suaminya atau karena Adnan dan Riki bertengkar? Tapi, menurutku Riki dan Adnan bertengkar juga wajar, namanya juga anak kecil. Pasti nanti juga bakalan main bareng lagi, aku masih penasaran ingin rasanya aku bertanya sama Lia tapi lebih baik aku menunggu mas Putra pulang dulu.


Napen: wahyu_rifai97
Bisa dibaca hanya di KBM app

Ipar-iparku Pandai Bersilat Lidah - wahyu_rifai97

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:
https://read.kbm.id/book/detail/834d...e-292d28ea128b
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
1
540
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan