4574587568Avatar border
TS
4574587568
Cetuskan Antiperang di Instagram, Mahasiswi Rusia Terancam 10 Tahun Bui


Jakarta -
Seorang mahasiswi di Rusia, Olesya Krivtsova terpaksa absen dari sejumlah mata kuliah di kampusnya.
Pasalnya, mahasiswi berusia 20 tahun itu kini telah menjadi tahanan rumah. Di kakinya terpasang peranti elektronik sehingga polisi bisa memantau setiap gerak-geriknya.
Olesya ditangkap karena mengunggah konten-konten bernada antiperang di media sosial. Salah satunya terkait dengan ledakan di jembatan yang menghubungkan Rusia dengan wilayah Krimea yang mereka aneksasi, pada Oktober lalu.

"Saya mengunggah Instagram story tentang jembatan itu, merefleksikan bagaimana orang-orang Ukraina senang dengan apa yang telah terjadi," kata Olesya kepada BBC
Dia juga membagikan unggahan temannya mengenai perang.
Dari situlah drama dimulai.
"Saya sedang menelepon ibu saya ketika mendengar pintu depan dibuka. Banyak polisi masuk. Mereka mengambil ponsel saya dan meneriaki saya untuk tengkurap di lantai," kenang Olesya.
Olesya dituduh membenarkan aksi terorisme dan mendiskreditkan angkatan bersenjata Rusia. Dia menghadapi ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara. 




"Saya tidak pernah membayangkan ada orang yang bisa dipenjara begitu lama karena mengunggah sesuatu di internet," kata Olesya.
"Saya sudah melihat ada banyak vonis gila di Rusia, tetapi saya tidak terlalu memperhatikan dan tidak menyuarakannya," tutur dia.
Olesya, yang merupakan mahasiswa Universitas Federal Utara di Arkhangelsk, kini telah masuk ke dalam daftar resmi teroris dan ekstremis Rusia.
"Ketika saya menyadari bahwa saya dimasukkan ke dalam daftar yang sama dengan penembak sekolah dan kelompok ISIS, saya pikir itu gila," kenang dia.
Selama menjadi tahanan rumah, dia dilarang berbicara di telepon maupun online.
Olesya memiliki gambar tato yang mencolok di kaki kanannya - Presiden Rusia Vladimir Putin digambarkan sebagai laba-laba disertai tulisan yang merujuk novel 1984 karya George Orwell: "Abang besar sedang mengawasimu."
Tampaknya dalam kasus Olesya, bukan 'abang besar' yang mengawasinya, tetapi teman-teman sekolahnya. 


"Seorang teman menunjukkan unggahan tentang saya dalam sebuah obrolan, tentang bagaimana saya menentang 'operasi militer khusus'. Sebagian besar orang dalam obrolan itu adalah mahasiswa sejarah. Mereka mendiskusikan apakah akan melaporkan saya ke pihak berwajib atau tidak."
BBC telah melihat kutipan dari obrolan grup itu.
Sebuah komentar menuduh Olesya telah menulis "unggahan provokatif dari seorang pecundang dan ekstremis. Ini tidak pantas dalam masa perang. Ini harus dihentikan sejak awal".
"Pertama mari kita coba untuk mendiskreditkannya. Kalau dia tidak mengerti, biarkan pihak keamanan yang menanganinya."
"Kecaman adalah tugas seorang patriot," tulis orang lain.
Belakangan, saat daftar saksi penuntut dibacakan di persidangan, Olesya mengenali nama-nama itu ruang obrolan para mahasiswa.
Sudah satu tahun sejak Kremlin meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina, istilah yang digunakan Putin untuk invasi besar-besaran ke negara tetangganya.
Dalam beberapa minggu setelah serangan itu, Putin menyerukan kepada masyarakat Rusia untuk memisahkan "patriot sejati dari sampah dan pengkhianat".
Sejak saat tu, bermunculan laporan-laporan khas era Soviet terhadap orang-orang yang mengkritik perang di seluruh Rusia.
Laporan-laporan itu di antaranya berasal dari siswa yang melaporkan guru atau pekerja yang melaporkan rekan kerjanya. 


Kritikan publik terhadap invasi -termasuk mengunggah ulang kritik orang laindianggap berbahaya.
Pemerintah Rusia mengharapkan dukungan penuh dan gigih untuk serangan di Ukraina.
Apabila ada warga tidak mendukung serangan tersebut, setidaknya warga itu diharapkan untuk tetap bungkam. Jika nekad cuap-cuap, akan ada serangkaian hukum represif untuk menindak perbedaan pendapat itu.
Itu termasuk undang-undang yang melarang penyebaran "informasi palsu" tentang militer dan "mendiskreditkan" tentara.
Di Arkhangelsk, ada sebuah potret raksasa seorang tentara Rusia yang terbunuh di Ukraina. Pada potret itu dia tampak menatap kota dari sisi gedung apartemen sembilan lantai, disertai kalimat: "Menjadi seorang pejuang berarti hidup selamanya."
Pesan patriotik semacam ini cukup persuasif. Di jalan-jalan Arkhangelsk, kami menemukan hanya sedikit yang bersimpati terhadap orang Rusia yang menghadapi tuntutan atas komentar anti-perang mereka.
"Orang-orang yang mendiskreditkan tentara kita atau menyebarkan kebohongan, mereka gila," kata Konstantin kepada saya.
"Mereka harus dikirim ke garis depan sebagai umpan meriam." 


"Saya memiliki sikap negatif soal kritikan terhadap operasi khusus," kata Ekaterina kepada saya.
Saya lalu bertanya, hukuman penjara yang lama karena mengunggah sesuatu secara online, bukankah itu kejam?
"Orang harus menggunakan otak mereka," jawab Ekaterina.
"Jika mereka tinggal di negara ini, jika mereka menikmati semua keuntungan yang ditawarkan negara ini, jika mereka patriot, mereka harus mematuhi hukum."
Hari itu, Olesya diizinkan keluar dari apartemennya, tapi hanya untuk menghadiri sidang pengadilan.
Pengacara pembelanya mencoba membujuk hakim untuk mencabut pembatasan pergerakannya.
Kaus yang digunakan Olesya menampilkan gambar mobil van polisi bertuliskan "Bus Sekolah", kalimat yang menyindir sikap aparat yang menghukum kaum muda Rusia karena mengkritik otoritas.
Hakim kemudian memutuskan untuk menjadikannya tahanan rumah.
"Negara enggan berdebat untuk demokrasi atau kebebasan," kata Olesya.
"Tapi mereka tidak bisa memenjarakan semua orang. Pada titik tertentu mereka akan kehabisan sel." 


sumber
jazzcoustic
screamo37
screamo37 dan jazzcoustic memberi reputasi
2
468
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan