Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Biang Kerok Banyak Pasien Kanker RI Tak Selamat, Termasuk Minim Dokter Spesialis
Biang Kerok Banyak Pasien Kanker RI Tak Selamat, Termasuk Minim Dokter Spesialis

Kamis, 02 Feb 2023 13:31 WIB


Banyak pasien kanker di RI tak selamat, telat ditangani lantaran sudah stadium lanjut. (Foto: Getty Images/iStockphoto/bojanstory)

Jakarta - Ada lebih dari 65 ribu kasus kanker di Indonesia menurut data Globocan 2020. Angka kematian kanker relatif tinggi, banyak di antara mereka tak berhasil selamat lantaran sudah berada di stadium lanjut.

dr Rian Fabian, dokter spesialis bedah kanker dari RS Kanker Dharmais menjabarkan sejumlah 'biang kerok', alasan banyak kasus tak berhasil ditangani. Salah satunya minim edukasi di masyarakat.

Ia mengungkapkan banyak pasien merasa takut memeriksakan diri ke dokter. Jika ternyata dinyatakan mengidap kanker, mereka juga merasa waswas dikucilkan tetangga atau lingkungan sekitar.

"Kenapa pasien ini delay dan baru berobat di stadium lanjut yang mengakibatkan pasien meninggal? Jadi hampir 50 persen itu meninggal di 5 tahun pertama. Pasiennya yang pertama ketakutan bahwa mereka ada benjolan tidak normal di tubuhnya. Bahwa mereka ada ketakutan dikucilkan oleh masyarakatnya," jelas dr Rian Fabian pada Kamis (2/2/2023).

Sulitnya Akses Faskes

Tak hanya itu, masalah akses fasilitas kesehatan yang sulit ditempuh juga menjadi salah satu penyebab utama mengapa banyak pasien pada akhirnya tak selamat. Hal itu menjadi kendala para pasien dalam melakukan pemeriksaan.

"Yang kedua tidak punya biaya. Meskipun biaya pengobatannya dicover oleh BPJS, tapi biaya ongkos untuk ke fasilitas kesehatan itu mereka tidak punya atau jarak ke fasilitas kesehatan itu sangat jauh," sambung dr Rian.

Selanjutnya adalah kurangnya informasi yang bisa diberikan oleh para tenaga kesehatan pada masyarakat. Oleh karena itu dr Rian Fabian berharap beragam promosi informasi bisa terus dilakukan.

"Yang ketiga adalah informasi yang kurang dari teman-teman sejawat tenaga kesehatan di fasilitas primer ini adalah tempatnya untuk melakukan promosi ataupun teman-teman dari media juga bisa memberikan informasi bahwa pentingnya sadari untuk mengetahui risiko terjadinya kanker payudara stadium awal," ucap dr Rian.

Minim Dokter Spesialis

Lebih lanjut dr Rian menjelaskan tantangan lain adalah minimnya SDM atau tenaga dokter untuk mengatasi persoalan kanker.

"Kita bisa pelatihan pada dokter umum yang masih belum begitu paham atau masih sedikit pengetahuannya tentang kanker," ucap dr Rian.

Saat ini jumlah dokter onkologi juga masih sangat kurang. dr Rian menuturkan jika Indonesia membutuhkan setidaknya 500 dokter bedah onkologi lagi.

"Yang kedua adalah kurangnya dokter bedah onkologi di Indonesia. Mungkin tahun ini berada di kisaran 250-300 (dokter) bedah onkologi yang tersebar di seluruh Indonesia. Yang kita butuhkan masih kurang lebih ada 500 dokter bedah onkologi," kata dr Rian.

Ruwetnya Alur Rujukan Pasien

Menurut dr Rian, sistem yang digunakan saat ini memiliki alur rujukan yang sangat panjang. Hal itu tentu saja menjadi salah satu masalah utama proses penyembuhan yang tak bisa cepat.

"Yang terakhir alur rujukannya yang panjang, nah ini masalahnya. Ketika pasien sudah ada diagnosis kecurigaan kanker mereka harus ke faskes (Fasilitas Kesehatan) tingkat 2, atau Faskes D tingkat pratama dulu baru ke tipe C baru ke tipe A," ungkap dr Rian.

"Jadi setelah dari puskesmas mereka nggak bisa langsung ke tipe A dan mereka harus melewati faskes tipe 2 dulu tipe C atau B," pungkasnya.

https://health.detik.com/berita-deti...kter-spesialis
muhamad.hanif.2
Adit.m.n
magelys
magelys dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan