cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Tips Menghadapi Ibu Kos yang Galak


Penulis:         Susi Retno Utami
Editor:          Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Halo pembaca semua, dan khususnya kali ini aku mau menyapa para pembaca yang bisa jadi merupakan sekumpulan anak kos, hehehe. Apa kabar kalian? Semoga sehat selalu dan nyaman dengan tempat kos-nya yaaaa!

Jadi anak kos itu gampang-gampang susah, iya enggak sih? Ada ragam hal baru yang bakal kita temui selama menjadi anak kos. Hal-hal yang kadang enggak pernah kita bayangin sebelumnya. Mau suka atau enggak suka, apapun yang ada di tempat baru alias tempat kita nge-kos ya harus kita hadapi. Soalnya, di manapun kita mencari tempat bernaung, mau sesusah dan serumit apapun kondisi dan situasinya, kita tetap harus berupaya untuk beradaptasi.

Sebagai alumni anak kos, tentunya aku pun pernah merasakan lika-liku ketidaknyamanan yang dengan sukarela akhirnya bisa aku lewati. Salah satunya adalah ketidaknyamanan dalam menghadapi sikap ibu kos yang kurang ramah. Di sini definisi kurang ramah yang kumaksud adalah sebuah sikap yang cenderung banyak makna, seperti agak cerewet, kadang kala ketus, dan beberapa kali marah-marah.

Awal mulnya aku merasa sangat sulit untuk menyesuaikan diri. Apalagi sebelumnya saat di rumah aku tentu saja berada dalam zona nyaman dengan keramahan dari orang tua. Ya meskipun enggak selalu ramah, tapi yang namanya tinggal di rumah orang tua pasti berbeda dengan tinggal di kosan.

Tapi, seiring berjalannya waktu aku mencoba untuk bertahan. Meski diiingi juga dengan ragam keluhan. Waktu itu, tepatnya saat aku duduk di bangku sekolah menengah atas, tempat kos-ku adalah di sebuah rumah yang ditinggali oleh sepasang suami istri yang sekiranya berusia 50-60 tahun. Ya, aku tinggal satu atap dengan pemilik yang menyewakan salah satu kamar di rumahnya . Bapak dan ibu kos-ku itu sudah tidak bekerja. Bapak kos merupakan pensiunan TNI, sedang ibu kos adalah pensiunan guru SD.

Bisa dibayangkan sendiri kan, bagaimana vibes dari situasi rumah yang dihuni oleh dua manusia dengan pengalaman yang tidak main-main itu. Sejatinya, bapak dan ibu kos-ku itu baik, dan sangat pengertian. Aku ingat betul, saat aku jatuh sakit di kos, beliau-beliau itulah yang dengan ikhlas mau membawaku berobat serta membuatkanku makanan yang aman untuk lambungku, sebab saat itu aku dilanda mag.

Namun, yang namanya anak kos, aku tentu tidak bisa membuat bapak dan ibu kos selalu merasa nyaman. Dan jadilah timbul risiko di mana akhirnya aku harus mendengar bagaimana ketika bapak/ibu kos mengeluarkan segala keluh kesah yang awal-awal itu sangat sulit untuk kuterima. Selalu ada saja, yang sepertinya kurang tepat hingga menimbulkan pecahnya amarah.

Seperti saat aku membuat tumis yang kurang gula hingga membuat beliau-beliau harus bersin-bersin. Aku yang sehabis mandi lupa belum mengisi kembali air di bak kamar mandi. Aku yang main ke kos sebelah dan tak kunjung pulang saat turun hujan hingga jemuran hampir basah kuyup. Aku yang sedikit bercanda di waktu malam bersama teman-teman di dalam kamar. Aku yang tidak tahu apa-apa soal hilangnya barang ibu kos, tapi kena marah juga. Dan masih ada beberapa hal lain yang sepertinya mulai tenggelam dalam ingatan.

Kesalahan-kesalahan itu memang mungkin wajar untuk dibalas dengan amarah. Amarah yang sebenarnya mengandung petuah juga agar aku bisa jadi pribadi yang lebih disiplin.

Tapi, balik lagi. Untuk aku yang kala itu notabene adalah anak kos pemula. Tentu tidak mudah untuk menyikapi bahwa sikap bapak atau juga ibu kos ketika marah adalah untuk kebaikanku. Sehingga aku lebih cenderung menganggap bahwa itu adalah sebuah ketidakramahan yang membuatku tidak nyaman.

Meski begitu, ternyata aku tidak serta merta menelan mentah rasa tidak nyaman untuk berpindah kos atau juga berpindah sekolah yang dekat dengan rumah orang tuaku. Itu artinya, aku berhasil bertahan dan menjadi terbiasa dengan ragam amarah selama tiga tahun lamanya. Dan inilah yang mau aku kuliti di sini. Gimana sih caranya biar bisa bertahan dalam kondisi yang seperti itu?

Prosesnya enggak mudah. Pastinya ini butuh waktu yang lumayan membuat hampir putus asa juga. Tapi kalau kalian mungkin berada di situasi yang sama seperti aku pada saat itu, kalian enggak perlu sampai berputus asa. Karena aku bakal bagi tips-nya di sini.

Eitts, tapi sebelum menuju pada tips-nya. Aku mau bilang dulu, kalau di sini aku bukan berarti mengajak kalian untuk bertahan di situasi yang toxic ya. Tapi ini adalah soal penyesuaian diri, di mana aku tidak nyaman karena aku belum terbiasa dengan zonanya. Pada realitanya, apa-apa yang sebelumnya tidak nyaman ternyata adalah sesuatu yang bisa menjadikan aku lebih baik pada saat ini.

Jadi karena kondisi kita bisa jadi tidak sama, maka tips-tips ini bisa diterapkan hanya kalau kalian merasa related. Dan untuk kalian yang enggak related, tenang aja. Tips-tips berikut ini bisa tetap kalian baca, dan kalian bisa ambil sisi positifnya saja. Hehehe.


Pertama, biarpun ini enggak mudah tapi kita harus ingat tujuan awal kita. Atau lebih tepatnya kita harus ingat apa sih alasan kita sampai harus jauh dari rumah dan tinggal di sebuah kos dengan pemilik yang ternyata enggak selalu ramah sama kita? Kulik lagi coba, alasannya apa? Di sini jawabannya akan beragam, kalau aku ya dulu awalnya karena aku mau menuntut ilmu yang ternyata letak sekolahnya itu jauh dari rumah dan akan sangat membuat letih kalau harus pulang pergi. Mungkin teman-teman punya alasan lain, misal karena hendak mencari nafkah di perantauan, atau juga yang lainnya.

Dengan kita ingat alasan atau tujuan awal kita tinggal di sebuah kos. Maka ini akan menjadi awal yang baik untuk kita kembali menata niat agar tetap kokoh dan tidak akan mudah teracuni oleh gangguan-gangguan kecil seperti salah satunya adalah adanya rasa tidak nyaman akibat ketidakramahan dari ibu kos.

Kedua, saat berada di kos usahakan untuk melakukan kegiatan yang tidak melanggar tata tertib buatan ibu kos. Nah, ini agak sulit memang. Soalnya udah membudaya banget kalau tata tertib dibuat untuk dilanggar, hahaha. Tapi enggak ya, kita jangan begitulah. Kalau enggak karena kepepet mah, dan selama tata tertibnya baik dan sehat, ya ikutin aja.

Ketiga, luangkan waktu untuk mendalami karakter dari ibu kos. Misal mencari tahu apa yang disenangi ibu kos. Misal ibu kos senang kalau kita membantunya dalam menyelesaikan suatu kesibukan, maka kita bisa inisiatif menawarkan bantuan. Tapi lihat-lihat apa kesibukannya juga ya, kira-kira kita bisa bantuin ibu kos apa enggak. Jangan sampai kita udah nawarin, eh bukannya malah bantuin biar cepet kelar, kita malah bikin bu kos tambah marah.

Keempat, di saat ibu kos sedang mengeluarkan amarah akibat kesalahan yang bisa jadi enggak sengaja kita lakukan, maka usahakan untuk tetap bersikap tenang. Dengerin aja apa yang dikatakan oleh ibu kos. Untuk tetap tenang di situasi ini memang sulit sih, tapi kita harus belajar. Karena pada dasarnya, kita enggak akan selalu berada di situasi yang nyaman. Meskipun udah keluar dari kos dan enggak kena marah ibu kos, tapi kita enggak bisa menjamin kalau di luar sana kita akan aman dari orang-orang yang sikapnya sebelas dua belas sama ibu kos. Makanya, jadiin aja momen marahnya ibu kos sebagai momen untuk kita bisa belajar menghadapinya dengan tenang.

Kelima, setelah bisa tenang dalam menghadapi marahnya ibu kos maka selanjutnya adalah curi setiap petuah baik yang dilontarkan ibu kos untuk perbaikan diri. Nah, ini positif banget. Ibu kos tuh enggak akan mungkin marah kalau kita enggak buat salah. Kecuali, ya kalau emang udah toxic ya. Intinya, dari apa yang kita denger dari marahnya ibu kos itu, ambil aja yang baik-baik terus coba deh kita mulai terapin supaya kita bisa menjadi orang yang lebih baik dan bisa meminimalisir terjadinya kesalahan di esok hari.

Keenam alias tips terakhir. Kalau udah bisa tenang dan ambil sisi positif dari ketidakramahan ibu kos sama kita, maka tips terakhir ini bukanlah sebuah tips yang mendetail. Tapi ini adalah sebuah penegasan kalau kita perlu untuk membiasakan kelima tips yang udah aku sebutin di atas. Meski harus sesekali ngerasa pusing, bahkan sampai nangis-nangis, tapi ini adalah proses. Dan dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui fase dengan proses yang berbeda-beda. Kita hanya bisa berusaha untuk membiasakan diri.

Ibu kos yang tidak ramah adalah salah satu kondisi yang akan menjadikan kita untuk berproses. Tidak semua orang akan membuat kita merasa selalu nyaman. Tapi jika kita mau untuk selalu merasa nyaman, maka jadikan segala situasi (baik senang ataupun sedih) sebagai sebuah kenyamanan. Caranya? Nikmati prosesnya.

Sekian, dan sampai jumpa di lain tulisan.


Tulisan ini ditulis di Cangkeman pada tanggal 13 November 2022.
bang.toyip
ondapriatna
nananinanunu
nananinanunu dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.3K
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan