- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Membuka 2023 dengan Duka


TS
yesung3424
Membuka 2023 dengan Duka
Menyedihkan sekali bukan?
Kenapa aku membuka tahun 2023 ini dengan tangisan. Seseorang yang akan menginjak usia 24 tahun. Sebenarnya, apa yang kuharapkan?
Awal tahun ini, aku hanya diingatkan kembali bahwa "aku memang sendirian". Dua dekade aku baru menyadari hal itu.
Aku, aku hanya ingin hidup tenang. Tak bisakah ku hidup layaknya orang lain. Kenapa kalian selalu memaksaku hidup seperti orang lain. Kalian mungkin berpikir itu baik untukku, tapi itu sangat menekanku. Aku lelah, tak bisakah kalian apresiasi sendikit bagaimana aku bertahan selama ini.
Aku sangat lelah, menumpuknya sendirian. Bukannya tak ingin bicara, aku bahkan tak tahu mau bicara pada siapa. Kalian yang membuat luka itu, bagaimana mungkin aku berbicara pada kalian. Toh, kalian takkan pernah mengerti. Kalian hanya tahu hasil akhirnya saja.
Tak bisakah kalian mengatakan,
"Kamu sudah berusaha, kamu sudah melakukan yang terbaik."
Tapi, justru kalian mengulang-ulang perkataan yang sama.
"Keluarlah, kamu kenapa di kamar terus."
"Lihatlah si A, dia sudah ini, itu,...."
"Kenapa nggak kerja di sini aja."
"Kamu memang pemalas."
Kenapa, kenapa kalian terus membuatku makin bersalah. Kenapa keberadaan kalian membuatku makin membenci diriku sendiri. Aku benci keadaan rumah ini. Kalian ada, tapi kenapa aku baru menyadari betapa sepinya hidupku selama ini.
Benar, kalian hanya melihat sisiku di rumah. Kalian tak pernah tahu, di luar seperti apa. Sulit sekali rasanya mendapat rasa apresiasi dari kalian. Kalian selalu menilai dengan sama. Aku benar-benar muak, meski terkadang aku merasa berdosa dan durhaka.
Aku, tidaklah seburuk yang kalian kira. Kenapa kalian tidak pernah puas dengan apa yang kulakukan dan terus memintaku melakukan hal-hal yang tak kusukai. Aku tidak mengganggu kehidupan orang, aku tidak merugikan orang lain, aku juga tidak menyulitkan hidup kalian, aku tidak banyak meminta dari kalian. Tapi, kalian terus dan terus membuatku jadi orang lain.
Pekerjaanku online, tapi kalian selalu menganggapku anti-sosial seolah aku bersalah. Hidup di desa benar-benar melelahkan. Aku juga tahu bersosialisasi itu penting, tapi aku juga tahu aku hanya tak cocok dengan lingkungan di sana. Aku hanya butuh privasi, tapi itu tak pernah ada.
Aku lelah dengan berbagai pertanyaan orang. Ada rasa ketakutan dan anxious yang buatku benar-benar lelah harus beramah-tamah pada orang yang terkadang aku sama sekali tak ingin bertemu.
Kupikir aku benar-benar gila jika terus-terusan seperti ini. Aku benar-benar enggan pulang. Orang bilang aku tidak bersyukur, egois, benar-benar jauh dari standar perempuan desa pada umumnya.
Tak bisakah kalian hanya mendukungku? Mengapa betapa susahnya mendapat apresiasi dari kalian yang bahkan kukenal pertama kali di dunia ini. Benar, karena kalian tak benar-benar mengenalku. Dan, tentu saja sulit bisa berempati pada seseorang yang tak pernah mengalami hal serupa.
Orang-orang sekitar juga menganggap sama. Aku terus seolah merasa bersalah karena tak membantu kalian. Padahal, aku sedang bekerja meski itu online. Aku benar-benar muak dengan situasi ini.
Tuhan, jika aku punya satu permintaan yang bisa Engkau kabulkan. Ambillah diriku seutuhnya.
Kenapa aku membuka tahun 2023 ini dengan tangisan. Seseorang yang akan menginjak usia 24 tahun. Sebenarnya, apa yang kuharapkan?
Awal tahun ini, aku hanya diingatkan kembali bahwa "aku memang sendirian". Dua dekade aku baru menyadari hal itu.
Aku, aku hanya ingin hidup tenang. Tak bisakah ku hidup layaknya orang lain. Kenapa kalian selalu memaksaku hidup seperti orang lain. Kalian mungkin berpikir itu baik untukku, tapi itu sangat menekanku. Aku lelah, tak bisakah kalian apresiasi sendikit bagaimana aku bertahan selama ini.
Aku sangat lelah, menumpuknya sendirian. Bukannya tak ingin bicara, aku bahkan tak tahu mau bicara pada siapa. Kalian yang membuat luka itu, bagaimana mungkin aku berbicara pada kalian. Toh, kalian takkan pernah mengerti. Kalian hanya tahu hasil akhirnya saja.
Tak bisakah kalian mengatakan,
"Kamu sudah berusaha, kamu sudah melakukan yang terbaik."
Tapi, justru kalian mengulang-ulang perkataan yang sama.
"Keluarlah, kamu kenapa di kamar terus."
"Lihatlah si A, dia sudah ini, itu,...."
"Kenapa nggak kerja di sini aja."
"Kamu memang pemalas."
Kenapa, kenapa kalian terus membuatku makin bersalah. Kenapa keberadaan kalian membuatku makin membenci diriku sendiri. Aku benci keadaan rumah ini. Kalian ada, tapi kenapa aku baru menyadari betapa sepinya hidupku selama ini.
Benar, kalian hanya melihat sisiku di rumah. Kalian tak pernah tahu, di luar seperti apa. Sulit sekali rasanya mendapat rasa apresiasi dari kalian. Kalian selalu menilai dengan sama. Aku benar-benar muak, meski terkadang aku merasa berdosa dan durhaka.
Aku, tidaklah seburuk yang kalian kira. Kenapa kalian tidak pernah puas dengan apa yang kulakukan dan terus memintaku melakukan hal-hal yang tak kusukai. Aku tidak mengganggu kehidupan orang, aku tidak merugikan orang lain, aku juga tidak menyulitkan hidup kalian, aku tidak banyak meminta dari kalian. Tapi, kalian terus dan terus membuatku jadi orang lain.
Pekerjaanku online, tapi kalian selalu menganggapku anti-sosial seolah aku bersalah. Hidup di desa benar-benar melelahkan. Aku juga tahu bersosialisasi itu penting, tapi aku juga tahu aku hanya tak cocok dengan lingkungan di sana. Aku hanya butuh privasi, tapi itu tak pernah ada.
Aku lelah dengan berbagai pertanyaan orang. Ada rasa ketakutan dan anxious yang buatku benar-benar lelah harus beramah-tamah pada orang yang terkadang aku sama sekali tak ingin bertemu.
Kupikir aku benar-benar gila jika terus-terusan seperti ini. Aku benar-benar enggan pulang. Orang bilang aku tidak bersyukur, egois, benar-benar jauh dari standar perempuan desa pada umumnya.
Tak bisakah kalian hanya mendukungku? Mengapa betapa susahnya mendapat apresiasi dari kalian yang bahkan kukenal pertama kali di dunia ini. Benar, karena kalian tak benar-benar mengenalku. Dan, tentu saja sulit bisa berempati pada seseorang yang tak pernah mengalami hal serupa.
Orang-orang sekitar juga menganggap sama. Aku terus seolah merasa bersalah karena tak membantu kalian. Padahal, aku sedang bekerja meski itu online. Aku benar-benar muak dengan situasi ini.
Tuhan, jika aku punya satu permintaan yang bisa Engkau kabulkan. Ambillah diriku seutuhnya.






bukhorigan dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.2K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan