Hi sobat otomotif,

Apakah kamu pernah melihat kendaraan roda tiga saat ini? Pastinya pernah bukan, walau dikota-kota besar kendaraan roda tiga bermesin sudah mulai hilang secara perlahan.

Kendaraan bermotor pengganti becak adalah bajaj, dimana bisa dibilang salah satu produk dari tanah india, jadi bajaj ini diimpor dari India dan mulai masuk Jakarta pada tahun 1975.



Namun jauh sebelum bajaj ada becak motor yang disingkat bemo dimana kendaraan ini pertama kali muncul sekitar tahun 1960-an di Indonesia, nah produk bemo ini tak lepas dari peran Daihatsu. Di tahun 1931, Daihatsu menciptakan kendaraan roda tiga, dengan kapasitas 500cc.

Kendaraan roda tiga di Jepang dijadikan alat pengangkut barang, tidak pernah sama sekali dijadikan sarana untuk membawa penumpang. Hingga Daihatsu mengeluarkan jenis truk mini pada 1957, yaitu Midget. Untuk bawa barang dan masuk ke perkampungan juga lebih pas, dibandingkan dengan truk yang akses jalannya susah kalau masuk ke pelosok desa.



Nah Midget inilah yang dikenal sebagai bemo oleh orang Indonesia, karena kalau di Indonesia dipakai untuk membawa penumpang.

Berjalannya waktu Daihatsu mulai merilis kendaraan yang sifatnya komersil seperti di tahun 1960, Daihatsu memproduksi Hijet. Lalu ada Charade, mobil berpenumpang dengan roda empat compact pada tahun 1977, kemudian menyusul mobil Mira di tahun 1980an.

Nah kenapa sekarang Daihatsu produknya mirip dengan Toyota?



Jadi begini, sebenarnya Daihatsu awalnya adalah produk independent, hingga pada tahun 1967 Toyota mulai menjadi pemegang saham di Daihatsu, kemudian di tahun 1998 Toyota mulai meningkatkan hak pemegang sahamnya hingga menjadi Mayoritas.

Hingga di tahun 2016 di tanggal 1 agustus, Daihatsu resmi dipegang seluruhnya oleh Toyota. Lantas kenapa Daihatsu malah senang diakuisisi oleh Toyota?

Dalam bisnis, ketika bermain pada segment pasar yang sama lantas berjuang sendiri, otomatis akan berat dan butuh modal yang cukup besar. Sedangkan kalau diakuisisi oleh perusahaan lain yang lebih besar dan ternama, maka Daihatsu akan secara tak langsung juga terkatrol naik.



Contoh, agan bisnis kripik dirumah dan berjuang sendiri dengan brand agan sendiri, walau rasa kripik agan enak dan gurih. Tapi jangkauan pemasaran agan kurang luas, apalagi tidak ada variant baru dalam inovasi kedepannya.

Lantas ada perusahaan Indofood yang ingin mengakuisisi brand agan, tentunya dengan diakuisisi perusahaan ternama otomatis produk agan bisa melintasi benua dengan jaringan Indofood yang luar biasa. Belum lagi produksi massal yang dilakukan Indofood akan membuka market share yang lebih luas. Apakah sebagai pebisnis tak ingin hal ini terjadi, karena profit tentu akan meningkat walau tentunya harus dibagi oleh Indofood sebagai pemegang saham mayoritas.



Tapi brand yang agan buat dikenal publik, dan bila produknya laku pundi rezeki juga akan menghampiri agan sebagai pemegang saham minoritas. Apalagi kalau ada produk kembar yang dibuat oleh Indofood, tentunya mereka tetap produksi di pabrik milik agan. (Ini hanya khayalan dan contoh saja).

Karena hal inilah yang dilakukan Daihatsu, maka sering kita melihat produk kembar antara Daihatsu dan Toyota, seperti Avanza dan Xenia.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2022
referensi : 1, 2, 3
Pic : google