
Jakarta - Putri Candrawathi mengaku dipaksa suaminya, Ferdy Sambo, untuk membuat laporan polisi terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir Yosua Hutabarat. Putri mengaku menuruti itu karena takut kepada Sambo.
Hal itu terungkap saat Putri bersaksi di sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat dengan terdakwa Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Maruf di PN Jaksel, Senin (12/12/2022).
Mulanya, tim kuasa hukum Eliezer mengkonfirmasi apakah benar Putri dipaksa oleh Sambo untuk membuat laporan polisi pelecehan seksual. Putri mengakui itu.
"Saudara Saksi, Saudara Saksi tadi menyampaikan pada saat Saudara Saksi membuat laporan mengenai pelecehan itu disuruh dan dipaksa oleh suami Saudara Saksi, betul?" tanya tim kuasa hukum Eliezer.
"Betul," jawab Putri.
Tim kuasa hukum Eliezer kembali bertanya apakah Putri menuruti membuat laporan itu karena takut kepada Ferdy Sambo.
Putri pun membenarkan itu.
"Saudara Saksi mengatakan Saudara Saksi disuruh dan dipaksa karena Saudara takut dengan suami Saudara?" tanya tim kuasa hukum Eliezer.
"Iya," jawab Putri.
Tim kuasa hukum Eliezer bertanya lagi apakah perintah Ferdy Sambo tidak bisa dibantah, bahkan oleh Putri, yang notabene sebagai istri mantan Kadiv Propam Polri itu. Putri menjawab dengan menyebut karakter suaminya tegas karena seorang anggota Polri.
"Betul? Apakah Saudara Ferdy Sambo ini memang orangnya tidak bisa dibantah atas apa yang diperintah bahkan oleh Saudara sendiri sebagai istrinya?" tanya tim kuasa hukum Eliezer.
"Karena karakter seorang polisi orangnya yang tegas," jawab Putri.
"Karakter Ferdy Sambo tegas emang tidak bisa dibantah?" tanya tim kuasa hukum Eliezer.
"Iya kalau kemarin iya," jawab Putri.
Dalam kasus ini, Richard Eliezer, Ricky, dan Kuat didakwa bersama-sama dengan Ferdy Sambo dan Putri melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua Hutabarat pada 8 Juli 2022. Eliezer disebut dengan sadar dan tanpa ragu menembak Yosua.
"Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan perbuatan, dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain," ucap jaksa saat membacakan surat dakwaan.
https://news.detik.com/berita/d-6457...na-takut-sambo

nih orang2 masih punya malu kagak atau harga dirilah yg tersisa sedikit tuk serentak mengundurkan diri dari komnas ham dan komnas perempuan.
Jgn bilang ane akan lupa akan narasi kalian 3-4 bulan yg lalu .
Ini momen yg ane tunggu2.



Quote:
Sorotan Psikolog Forensik
Reza Indragiri Amriel selaku psikolog forensik menanggapi perihal sidang tertutup kasus pembunuhan Brigadir Yosua. Dia merunut sejumlah poin yang terungkap di persidangan sebelumnya.
"Apa boleh buat persidangan dengan agenda pemeriksaan dugaan kekerasan seksual memang harus tertutup tapi mari kita ingat-ingat kembali beberapa poin seputar dugaan kekerasan seksual itu, seperti yang terekspos pada sidang-sidang sebelumnya," kata Reza.
Reza awalnya menyoroti soal keterangan Ferdy Sambo yang mengaku istrinya dirudapaksa. Menurutnya, jika seseorang dirudapaksa, korban akan mengalami trauma.
"FS menyebut istrinya dirudapaksa. Kita pahami rudapaksaan sebagai kejahatan yang berdampak sangat serius. Saking seriusnya, sebagian ilmuwan menggunakan istilah 'rape trauma syndrome' untuk membedakannya dengan post trauma stress disorder. Sebutan sespesifik itu dipakai sebagai penegasan bahwa trauma akibat rudapaksaan memang berbeda dan lebih parah ketimbang trauma akibat kejadian-kejadian lainnya," ujar Reza.
Reza melanjutkan Putri setelah mengalami pemerkosaan langsung memanggil Yosua. Padahal, menurutnya, proses pemulihan korban pemerkosaan ada tiga tahap. Yakni mengatasi perasaan takut, memulihkan ingatan, dan reconnecting to others. Dia mempertanyakan mengapa pemulihan Putri dari trauma begitu cepat.
"Secepat itukah PC bisa langsung pulih dan melompat ke fase ketiga? Dan reconnecting to others itu adalah berinteraksi kembali dengan orang yang ia sebut telah menjahatinya secara seksual beberapa menit sebelumnya! Ringkasnya, singkat sekali jeda waktu sejak momen PC dirudapaksa sampai kemudian PC mau bertemu lagi dengan pelaku rudapaksaan tersebut. Masuk akalkah?" ujar Reza.
Dia juga mempertanyakan apa yang diobrolkan oleh Putri dan Yosua saat berbicara di kamar selama 15 menit. Dia juga menyinggung soal relasi kuasa.
"Dalam pertemuan empat mata antara PC dan Y selama sekitar 15 menit di kamar PC, apa yang mereka obrolkan? Apakah itu obrolan yang setara? Kemungkinannya, itu merupakan obrolan di mana satu pihak mengendalikan pihak lain. Dalam obrolan yang diwarnai relasi kuasa semacam itu, didiktekanlah skenario untuk menutup-nutupi apa yang telah terjadi. Skenario itu yang terwakili oleh perkataan Y saat ia dipanggil FS, 'Kenapa, Pak? Ada apa, Pak?'" katanya.
Reza juga tidak yakin soal klaim tidak terjadi apa-apa dalam obrolan itu.
"Klaim tidak terjadi apa-apa, tidak akan dipercayai oleh siapa pun. Apalagi jika ART dan ajudan sendiri yang mengabarkan ke FS ihwal kegemparan yang mencurigakan di Magelang itu, bakal murka FS," ungkapnya.
"Pada titik itulah boleh jadi PC berpikir tentang menyelamatkan dirinya sendiri. Strategi yang ia lakukan adalah relabelling, sehingga terjadilah tuduhan atau narasi palsu (false accusation) tentang apa yang Y lakukan," lanjutnya.