Saat SMP, aku punya pacar bernama Samuel.

Dia tinggi , putih , perilaku nya manis, dan sering memperhatikanku di kelas.

Dia duduk di bangku belakang paling kanan, aku duduk di bangku belakang paling kiri.

Seringkali di sela-sela pelajaran kami bertukar surat kaleng.

Halo pacarku yang cantik dan baik hati. Nanti pulang sekolah jangan pulang dulu ya ❤️.
Begitulah isi surat tersebut.

Setelah membaca surat tersebut aku menoleh ke arahnya sambil mengangguk.

Hampir setiap hari pada jam pulang sekolah, kami masih dikelas untuk ngobrol berdua.

Dia yang lebih banyak bercerita, dan aku lebih banyak mendengarkan.
Dia selalu antusias menceritakan kesehariannya dirumah, tentang kucingnya , adiknya, main gitar bersama teman-temannya, dan masih banyak lagi.

Samuel tinggal bersama neneknya.
Orangtuanya bekerja diluar kota dan hanya sesekali pulang kerumah.

"Nih liat tanganku sampe luka"
Dia menunjukan luka ditangannya yang menurutku agak parah ya.

"Aduh, kenapa itu?"

"Dicakar kucingku"

Saat aku ulangtahun Samuel memberikan aku kado diary dengan kunci.
Warna biru , dengan hiasan warna emas di bingkai nya.
Ditengahnya bertuliskan Love.

Suatu hari aku marah.
Entah mengapa aku marah, aku juga lupa.
Seingatku setiap aku marah pasti dia memberikanku hadiah.
Mungkin sebagai sogokan agar aku tak marah lagi.

Entah itu jepitan rambut, gelang, bunga mawar plastik, bahkan karet rambut.

Tiba saat kenaikan kelas.
Aku dan Samuel berbeda kelas.
Kami terpisah.
Tapi sesekali kami masih menghabiskan waktu sepulang sekolah, seperti biasanya.

Suatu hari kakak kelas ku bernama Lina menghampiri ku.
Dia tanya apakah aku putus dengan Samuel.
Dia bilang kemarin sore dia melihat Samuel sedang bersama cewek lain. Cewek itu bernama Rara.
Kata Kak Lina, Samuel memang sering bersama Rara, naik motor.

Aku kaget.
Samuel yang sangat bucin padaku disekolah, tapi bersama cewek lain ketika diluar sekolah.

Hari berikutnya sepulang sekolah, seperti biasa aku dan Samuel masih duduk dikelas yang sepi.

"Siapa Rara?"
Tanpa basa-basi aku memulai pertanyaan

Samuel kaget. Darimana aku tau Rara.
Aku bilang bahwa Kak Lina yang memberitahu ku.
Dia juga jujur bahwa memang sering dia bersama Rara ketika diluar sekolah.

"Jadi kamu pilih Rara atau aku?"
Aku bertanya sungguh-sungguh

Samuel hanya terdiam.

"Aku mau sama kamu terus"
Jawab Samuel

"Aku nanya, kamu pilih Rara atau Aku?"
Ku pertegas lagi pertanyaanku.

Samuel hanya terdiam.

"Oke, berati kita putus aja"
Kataku

"Nggak mau! Aku nggak mau putus"
Samuel panik

Aku bermaksud pergi tapi Samuel menarik tanganku.

"Lepas!"
Kukibaskan tangannya

Dia memohon agar hubungan ini tak berakhir, tapi aku tak bisa berpacaran dengan cowok yang tak bisa memilih, maunya dengan dua cewek.

"Jadi ini terakhir kali nya kita menghabiskan waktu bersama?"
Tanya Samuel

"Ya!"
Lalu aku pergi meninggalkan Samuel yang masih berdiri disana

Sudah sebulan kami putus.
Aku dan 3 temanku sedang bercanda di lorong sekolah.
Kami saling dorong-dorongan.
Temanku mendorongku dan tak sengaja aku menabrak orang.
Ternyata Samuel.

"Sori" kataku

Samuel hanya diam dan berlalu.

Seringkali aku menghabiskan waktu di perpustakaan sendirian.
Membaca pengetahuan Biologi, tentang bintang, dan masih banyak lagi.

Terkadang aku juga berpapasan dengan Samuel dilorong dan di perpustakaan, dia sama sekali tak menolehku dan berlalu seperti biasanya.

Hingga suatu hari, aku sedang asik membaca buku sendirian.
Tiba-tiba kudengar suara Samuel di bangku sebelah.
Kulihat dia bersama cewek dari kelas lain.

"Oh nama kamu Bianca ya?"
Katanya sambil tertawa kecil.

Apaan sih cari pacar baru kok namanya sama kayak namaku.
Pikirku.

Aku tak menggubris mereka.
Aku tetap fokus membaca dan entah dari kapan mereka sudah tidak ada disana.

Aku tak tau kabar apakah Samuel jadian dengan cewek tersebut atau tidak.
Yang ku tau dia selalu sendirian kemana-mana.

Waktu berlalu.
Sudah 15 tahun sejak aku berpisah dengan Samuel.
Tapi aku masih mengingat sosoknya.
Samuel yang manis, perhatian, namun yang sangat aku sayangkan, mengapa dia tidak setia 🥲
Itu saja.

End.