tantarareviewAvatar border
TS
tantarareview
Review Thor: Love And Thunder. Terlalu Banyak Candaan, Film Marvel Terburuk?
Selamat Datang Ke Thread Ini!

Halo agan dan sista!
Gimana nih kabar-kabarnya?
Baik-baik saja kan?


Di thread kali ini, saya akan seperti biasa membicarakan atau review sebuah film, sudah agak lama saya tidak membuat thread. Di thread kali ini film yang ingin saya bicarakan adalah film Marvel bernama Thor: Love And Thunder. 
Jika saya boleh jujur, kualitas film Marvel beberapa lama ini telah menurun, saya awalnya memiliki ekspektasi yang cukup tinggi untuk film ini, kenapa? Karena antagonis dalam film ini adalah Gorr The Godbutcher, menurut saya dia adalah salah satu antagonis di komik Marvel yang bagus dan berhak mendapatkan lebih banyak perhatian. Namun sayangnya, karakter Gorr dihancurkan menjadi antagonis yang berantakan di film ini.


Sebelum kita lanjut alangkah baiknya saya menjelaskan beberapa hal tentang filmnya terlebih dahulu.



Quote:


CGI dan Visual Yang Buruk



Sumber Foto

Saya bukan orang kepertama yang membicarakan tentang masalah visual dan CGI di film-film Marvel sekarang.

Mungkin beberapa agan dan sista sudah melihat foto di atas, salah satu masalah dari film ini adalah CGI-nya yang buruk. Sayangnya, menurutku CGI di film-film Marvel ini mengalami kemunduran yang drastis dari film-film Marvel tersebutnya.

Banyak adegan-adegan yang terlihat aneh, tidak natural, padahal seiring waktu maju seharusnya visual-visual film makin membaik, bukan memburuk, franchise film The Chronicles of Narniawalaupun rilis bertahun-tahun yang lalu memiliki visual dan CGI yang memanjakan mata dan lebih bagus daripada film-film sekarang, Avatar (2009) dengan budget 237 juta USD memiliki visual yang lebih bagus daripada Thor: Love And Thunder dengan budget 250 juta USD. 





Perbedaan budgetnya tidak terlalu jauh? The Avengers dengan budget 220 juta USD, Guardians Of The Galaxy Vol 2dengan budget 200 juta USD, Iron Man 1 dengan budget 140 juta USD masih memiliki visual dan CGI yang lebih baik daripada film ini.

Salah satu alasan visual yang buruk, mungkin karena Marvel yang menggunakan CGI secara berlebihan, dan lebih mengutamakan CGI daripada efek praktikal yang efeknya terasa lebih asli dan natural.

Alasan lainnya mungkin adalah pekerja-pekerja seniman VFX dibuat bekerja terlalu banyak, Marvel saat ini telah mengeluarkan banyak konten-konten dengan cepat yang lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas, mereka tidak mau memundurkan tanggal rilis film-filmnya dan itu membuat pekerja harus bekerja lebih banyak, mereka tidak berkomitmen pada visual-visual dan CGI-nya sepenuhnya.

Telah banyak seniman VFX di internet komplain tentang hal ini.


Terlalu Banyak Candaan


Humor itu memang subjektif, tetapi ini adalah pendapat saya sendiri.

Aktor utamanya sendiri telah mengatakan bahwa Thor: Love And Thunder adalah sebuah film yang ditulis oleh anak 7 tahun, banyak adegan-adegan yang tidak lucu di film ini, candaannya juga kesannya dipaksa. Beberapa orang telah komplain tentang bagaimana buruknya candaan-candaan dieksekusikan di film-film Marvel, namun ini adalah pertama kalinya aku berpendapat seperti itu, candaan di film ini sangat buruk.

Candaan-candaannya merusak suasana serius dan gelap di filmnya dan dipaksakan, di Thor Ragnarok juga banyak candaan, tetapi mereka tidak merusak momen-momen atau suasana yang sedih dan gelap. Disini juga ada kambing yang berteriak terus-menerus, sejujurnya menurut saya sangat mengganggu, mereka repetitif dan tidak lucu sama sekali, candaan ini lucu beberapa tahun yang lalu.


Gorr The "God Butcher" dan Karakter-Karakter Lainnya


[URL=https://flipboard.com/@comicbookcom/comicbookS E N S O R-news-9sk5ip0bz/christian-bale-s-gorr-look-in-thor-love-and-thunder-has-marvel-fans-divided/a-pO56VQHMRVuHk7ioiNG0EQ%3Aa%3A3126235633-8fcd2da3eb%2Fcomicbook.com?format=amp]Sumber Foto[/URL]

Kepertama kali aku mendengar Gorr akan muncul di film ini aku pikir filmnya akan bagus, lalu lama-lama aku berpikiran bahwa karakter Gorr akan dirusak dan dugaanku benar.

Salah satu alasan karakter Gorr hancur sudah jelas karena suasana filmnya yang penuh dengan candaan. Gorr memiliki backstory dan motivasi yang menjanjikan, dia juga mengundang tema menarik yang dalam kepada filmnya tentang tema-tema "eksistensial", namun karena candaan suasana filmnya hancur, tidak ada hal yang benar-benar berarti di film ini.

Gorr sangat jarang digunakan, dia memang terlihat mengintimidasi dan ngeri tetapi aksi-aksinya berkata sebaliknya, selama di filmnya kita hanya melihat dia membunuh 1 dewa saja padahal dia seharusnya "The God Butcher", dia memiliki potensi yang sangat bagus, apalagi diperankan salah satu aktor terbaik, sayangya filmnya merusak segalanya, tidak ada perasaan ketegangan karena sudah jelas sekali bahwa pahlawannya akan menang dengan mudah.

Selain itu, Gorr sendiri menculik anak-anak, bukankah itu berkebalikan dengan pengalaman ketika Gorr sendiri kehilangan putrinya?


Thor telah memiliki cerita yang sama berkali-kali, dia tidak tau jati dirinya, lalu menemukan jati dirinya pada akhir film, alur ceritanya repetitif. Mereka juga merusak Thor dalam film ini dengan mengubahnya menjadi karakter yang sangat kekanak-kanakan, dia sangat menjengkelkan untuk saya.

Karakter Valkyrie dan Korg terasa tidak terlalu relevan dalam film ini.


Jane Foster yang mengidap kanker stadium 4, tidak terlihat seperti seseorang yang benar-benar mengidap kanker, selain itu ketika Mjolnir Thor yang sudah hancur bersatu kembali dengan mudah, merusak hal-hal yang terjadi di film-film sebelumnya, hal-hal yang terjadi dalam filmnya menjadi terasa tidak penting sama sekali, selain itu fakta bahwa karakter ini tiba-tiba kembali begitu saja terasa aneh dan tidak pas, aku juga tidak terlalu merasa terkoneksi dengan karakternya, ketika karakternya mati itu tidak terlalu memberikan "impact" yang keras atau sedih.

Oh iya, mereka juga menghamburkan potensi karakter-karakter Guardians Of The Galaxy dalam film ini, Jane Foster mengidap kanker dan ibu Peter Quill juga meninggal karena kanker, mungkin saja mereka bisa membicarakan sesuatu yang dalam satu sama lain. Karakter GOTG juga bisa saja kembali ke Thor saat klimaksnya, tetapi GOTG malah langsung ditendang saja keluar dari film ini dan filmnya bertindak seperti GOTG tidak pernah ada, Thor menjadi anggota GOTG di film Endgame tidak terasa relevan sama sekali.


Klimaks film ini juga terasa terlalu cepat, tidak ada petualangan atau sebuah hal yang menarik terjadi ketika mereka pergi ke dimensi Gorr.

Film ini memiliki potensi yang baik, apalagi sutradaranya sendiri Taika Waititi, namun menurut saya Taika Waititi sendirilah yang merusak film ini, padahal filmi-film lainnya sudah bagus.

Film ini memiliki banyak potensial, film ini bisa saja menjadi salah satu film Marvel yang terbaik dengan antagonisnya yang mengundang tema dalam dan menarik, tetapi sayangnya semuanya hancur karena candaannya yang sangat banyak, tidak lucu, timingnya tidak tepat, karakternya yang dirusak hanya untuk candaan, kejadian-kejadian penting di film-film sebelumnya yang menjadi terasa tidak relevan dan tidak penting sama sekali di film ini, visual buruk dan lebih mengutamakan cuan daripada kualitas, dan sebagainya.

3.9/10

Sayangnya beberapa lama ini kualitas film-film Marvel mulai menurun, kuharap mereka akan lebih berkomitmen dalam film-film selanjutnya dan bisa benar-benar membuat penontonnya enjoy.

Nah itu saja untuk review saya kali ini, ini hanya pendapat saya, mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Salam Kenalemoticon-Cendol Gan
@tantarareview 
Referensi: [1][2]
Diubah oleh tantarareview 27-11-2022 13:01
lantai_03
goeltom25338186
syaifulliman
syaifulliman dan 7 lainnya memberi reputasi
6
3.6K
98
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan