amekachiAvatar border
TS
amekachi
Penyebab Manusia Absen Mendarat di Bulan Selama 50 Tahun


NASA terakhir kali mendaratkan manusia ke Bulan pada Desember 1972 pada misi Apollo 17.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA bersiap meluncurkan roket Artemis 1 pada Rabu (16/11) waktu setempat. Peluncuran ini merupakan bagian dari misi mendaratkan lagi manusia ke Bulan usai absen 50 tahun.
Apa alasan tak ada lagi misi ke Bulan selama 50 tahun tersebut? Melansir situs Royal Greenwich Museum, alasan utamanya adalah uang. Misi ke Bulan bisa memakan biaya yang sangat tinggi.

Inisiatif untuk pergi ke Bulan pertama kali dicetuskan Presiden AS, John F. Kennedy pada 1962 di Rice Stadium, Houston. Kala itu, Kennedy bertekad menuntaskan misi ke Bulan pada dekade 60an.

"Misi ke Bulan akan rampung digelar pada dekade 60an. Misinya tuntas saat beberapa dari kalian masih bersekolah dan di universitas. Misi ini akan tuntas selama orang-orang masih bekerja di kantor ini. Tetapi misi ini akan tuntas sebelum akhir dekade ini," kata Kennedy.

Cita-cita Kennedy rampung pada 1969 dalam misi Apollo 11. Setelah itu, ada enam misi Apollo, di mana lima di antaranya sukses mendarat di Bulan.

Sudah ada 12 orang yang telah mendarat di Bulan hingga terakhir kali pada Desember 1972 pada misi Apollo 17. Orang terakhir yang menginjakkan kaki di Bulan adalah Eugene Cernan bersama dengan Ronald E. Evans, dan Harrison H. Schmitt.

NASA sebetulnya punya 20 misi Apollo. Namun anggaran NASA untuk menerbangkan manusia ke Bulan mengalami pemotongan.

Alhasil, misi Apollo setelah Apollo ke-17 mengalami ketidakpastian. Selain itu, misi berbasis riset dan teknologi ternyata tak sepenting pencapaian pendaratan ke Bulan itu sendiri.

Alhasil, tiga misi Apollo sisanya dibatalkan. Jim Bridenstine, seorang administator NASA, mengakui, misi ke Bulan sangat kental aroma politis.

"Ada kontes ideologi politik. Kontes antara ideologi ekonomi. Kontes kekuatan teknologi dan pada akhirnya kontes dari kekuatan hebat yang sangat ingin dimenangkan Amerika Serikat," kata Jim.

Sebagai informasi, pemerintah Kennedy pada awalnya menganggarkan sekitar 7 miliar dollar atau Rp109 triliun (1 USD= Rp15.618). Namun dalam kenyataannya, biaya itu membengkak hingga $20 miliar.

Melansir Space, Jim mengakui biaya $20 miliar belumlah final. Menurutnya, biaya yang diperlukan NASA untuk melakukan misi ke Bulan yang konstan mencapai $30 miliar.

"Untuk seluruh program, demi mendapatkan kehadiran yang terus-menerus di Bulan, kami mentaksir biayanya antara $20 miliar hingga $30 miliar," kata Jim 2021 silam.

Jim merinci, uang tersebut digunakan antara lain merekrut rekan kerja seperti perusahaan komersial dan partner internasional, membangun stasiun luar angkasa di Bulan, mendaratkan manusia di Kutub Selatan Bulan pada 2024, dan merancang proyek keseluruhan sebagai latihan untuk misi ke Mars.

Sementara itu mengutip VOANews, untuk misi Artemis, NASA disebut membutuhkan $4,1 miliar untuk setiap kali peluncuran sukses. NASA mengestimasi, keseluruhan program Artemis memakan biaya $93 miliar hingga akhirnya sukses mendaratkan manusia di Bulan yang ditargetkan rampung pada 2025.


Roket SLS yang membawa misi Artemis 1 ke Bulan akan terbang malam ini.


Misi yang bekal membawa manusia kembali ke Bulan, Artemis 1, bakal terbang ke angkasa menggunakan pesawat antariksa Orion Rabu (16/11) malam ini waktu AS atau siang WIB.
Roket raksasa Space Launch System (SLS) akan membawa misi ini dalam jendela peluncuran (launch window) yang cuma berlangsung dua jam, yakni Rabu (16/11) pukul 13.04 WIB hingga 15.04 WIB.

Misi Artemis 1 merupakan misi pertama Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk membawa kembali astronaut ke Bulan dalam 50 tahun terakhir. Roket bertolak ke antariksa dari Pad 39B Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, AS.

Dikutip dari situs NASA, Direktur Peluncuran Artemis Charlie Blackwell-Thompson sudah memberi intruksi "go", pada Rabu (16/11) pukul 03.22 WIB, untuk memuat bahan bakar ke dalam roket SLS. Proses ini dimulai dengan pendinginan jalur transfer oksigen cair tahap inti dan hidrogen cair.

Peluncuran roket dan pesawat antariksa baru ini sempat menemui sejumlah masalah teknis yang mengakibatkan beberapa kali penundaan.

Sebelumnya, masalah pendinginan mesin memaksa NASA untuk membatalkan rencana peluncuran pertama pada 29 Agustus.

Upaya peluncuran kedua pada 3 September juga gagal karena kebocoran hidrogen cair selama pengisian bahan bakar, yang akhirnya memaksa NASA untuk membawa roket kembali ke tempat perakitan untuk perbaikan.

Jika kendala kembali menghadang pada peluncuran malam ini, NASA sudah menentukan waktu alternatif, yakni 19 November dan 25 November.

Faktor cuaca
NASA selalu mengamati cuaca sebelum peluncuran, dan prakiraan cuaca untuk percobaan peluncuran ketiga Artemis 1 cukup menjanjikan.

Menurut pantauan pada Sabtu (12/11) dari grup cuaca Space Launch Delta 45 di Cape Canaveral Space Force Station, kemungkinan 80 persen cuaca baik pada waktu peluncuran.

Kekhawatiran utama pada faktor cuaca adalah awan tebal, medan listrik permukaan dari petir, dan kemungkinan SLS mungkin harus terbang melalui hujan pada fase pendakiannya. Tim pemantau cuaca akan mengeluarkan pembaruan cuaca harian menjelang waktu peluncuran.

Dikutip dari keterangan resmi NASA, hitung mundur peluncuran misi Artemis 1 dimulai pada Senin (14/11) pukul 13.24 WIB. Tim peluncuran disebut telah menggabungkan pembelajaran dari pengujian gladi resik basah dan telah menyempurnakan perhitungan waktu peluncuran.

Rangkaian proses peluncuran sendiri akan dimulai pada Rabu (16/11) dini hari waktu Indonesia dengan pengisian bahan bakar propelan pada roket SLS. Sekitar pukul 10 pagi, tim akan melakukan injeksi translunar dan pemisahan pesawat ruang angkasa, serta mengatur Orion pada jalurnya ke Bulan.

Tim NASA sendiri akan memandu masyarakat yang ingin menonton pelaksanaan misi Artemis 1 lewat live streaming di situs NASA, mulai dari prelaunch hingga setelah roket mengudara.


Ilmuwan Nazi Ikut Berjasa Bawa Amerika Serikat Injakkan Kaki di Bulan

NASA boleh jadi tak akan bisa menginjakkan kaki di Bulan tanpa andil ilmuwan Nazi Werner von Braun.

Misi luar angkasa rahasia Amerika Serikat (AS) disebut pernah mendapat bantuan dari ilmuwan Nazi.
Pada 1945, Joint Intelligence Objectives Agency, sebuah subkomite yang dibentuk oleh Komite Intelijen Gabungan dari Kepala Staf Gabungan, ditugaskan untuk mengambil ilmuwan, dokter, dan insinyur Jerman yang diidentifikasi sebagai intelektual penting bagi Reich Ketiga alias Adolf Hitler.

Dalam sebuah wawancara pada 2014, wartawan Annie Jacobsen menyatakan bahwa hal ini dipicu oleh kekhawatiran Sekutu atas potensi persenjataan Hitler.

"Musim gugur tahun 1944, tepat setelah pendaratan Normandia, tersebar di antara pasukan Sekutu adalah unit-unit kecil perwira intelijen ilmiah ini dan mereka bekerja untuk menemukan senjata biologis, senjata kimia, dan senjata atom Hitler," kata Jacobsen, penulis buku "Operation Paperclip: Program Intelijen Rahasia untuk Membawa Ilmuwan Nazi ke Amerika."

Para perwira intelijen ini akhirnya menemukan program senjata atom dan senjata biologi Hitler tidak semaju yang dikhawatirkan sebelumnya.

Persaingan teknologi AS-Soviet yang ditandai dengan Perlombaan Antariksa dan Perang Dingin juga akan berfungsi sebagai motivasi, dan pembenaran, untuk keberadaan Operasi Paperclip.

Selain menelusuri persenjataan Hitler, perekrutan ilmuwan Nazi oleh AS juga digunakan untuk menyukseskan misi luar angkasa mereka.

Seperti diberitakan Time, seorang insinyur roket Wernher von Braun menjadi satu di antara 120 ilmuwan Jerman yang terlibat dalam operasi Paperclip. Dirinya banyak terlibat dalam misi luar angkasa AS, terlebih karena persaingan AS-Soviet di bidang ini.

Begitu von-braun menetap di AS, kariernya melejit yang sebagian besar didorong oleh persaingan teknologi AS-Soviet yang kemudian berkembang menjadi Space Race.

Pada 1953, von-braun dan timnya mengembangkan rudal balistik pertama Amerika bernama Redstone yang dapat melontarkan hulu ledak nuklir hingga jarak 250 mil.

Kemudian, von-braun juga terlibat dalam sejumlah proyek lain seperti pengembangan Jupiter-C, versi modifikasi dari Redstone; dan meluncurkan satelit pertama Amerika Serikat, Explorer 1 pada 1958, setahun penuh setelah Soviet meluncurkan satelit pertama mereka, Sputnik 1.


Perburuan harta ilmiah ini memicu operasi Overcast yang kemudian berganti nama menjadi operasi Paperclip yang namanya diambil dari penjepit kertas yang dilampirkan pada file "kasus yang paling menyusahkan" ini.

Dilansir dari USA Today, AS tidak sendirian dalam upaya ini. Inggris, Prancis, dan terutama Uni Soviet juga berusaha merekrut para pakar ilmiah Jerman ini.

Persaingan teknologi AS-Soviet yang ditandai dengan Perlombaan Antariksa dan Perang Dingin juga akan berfungsi sebagai motivasi, dan pembenaran, untuk keberadaan Operasi Paperclip.

Selain menelusuri persenjataan Hitler, perekrutan ilmuwan Nazi oleh AS juga digunakan untuk menyukseskan misi luar angkasa mereka.

Seperti diberitakan Time, seorang insinyur roket Wernher von Braun menjadi satu di antara 120 ilmuwan Jerman yang terlibat dalam operasi Paperclip. Dirinya banyak terlibat dalam misi luar angkasa AS, terlebih karena persaingan AS-Soviet di bidang ini.

Begitu von-braun menetap di AS, kariernya melejit yang sebagian besar didorong oleh persaingan teknologi AS-Soviet yang kemudian berkembang menjadi Space Race.

Pada 1953, von-braun dan timnya mengembangkan rudal balistik pertama Amerika bernama Redstone yang dapat melontarkan hulu ledak nuklir hingga jarak 250 mil.

Kemudian, von-braun juga terlibat dalam sejumlah proyek lain seperti pengembangan Jupiter-C, versi modifikasi dari Redstone; dan meluncurkan satelit pertama Amerika Serikat, Explorer 1 pada 1958, setahun penuh setelah Soviet meluncurkan satelit pertama mereka, Sputnik 1.

Von-Braun kemudian menjadi Direktur Marshall Space Flight Center NASA. Ia berjasa mengembangkan roket Saturn V. Roket inilah yang membawa Neil Amstrong dan Buzz Aldrin menginjakkan kaki di Bulan.

Amstrong dan Aldrin melakukan itu dalam misi Apollo 11 tahun 1969. Von-Braun sendiri kemudian meninggal pada tahun 1977 dan dimakamkan di Virginia, Amerika Serikat.

Sumber 1 :
https://www.google.com/url?q=https:/...Izpl8kPyNikue7

Sumber 2 :
https://www.cnnindonesia.com/teknolo...kasa-malam-ini

Sumber 3 :
https://www.cnnindonesia.com/teknolo...-kaki-di-bulan

Ada juga yg anggap pendaratan ke bulan itu hoax amerika,tidak perlu dijabarkan.....cukup gambar thread yang berbicara


Jika agan2 kaskuser berminat dengan sejarah, politik, berita maupun militer dunia bisa bergabung dengan forum militer dunia di forum militer dunia kaskus

Silahkan berkomentar dan buat threadmu


Forum Militer Dunia
https://www.kaskus.co.id/forum/1263
#ForumKaskus via @KASKUS
udapati
damel88
bocilura
bocilura dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.6K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan