harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Kisah Eduard Douwes Dekker, Pejabat Belanda Yang Membela Kaum Pribumi!

Sumber Gambar

Selama ini istilah kompeni selalu dianggap sesuatu yang negatif yang telah melakukan banyak kekejaman di tanah air dahulu. Ya, itu sangat benar. Banyak cerita kelam yang terjadi akibat orang-orang pirang itu. Meski begitu, sebetulnya masih ada Belanda waras pada masa penjajahan itu.

Namanya Eduard Douwes Dekker, ia adalah seorang asisten residen di Lebak tepatnya di Rangkas Bitung. Namun selain itu, ia juga dikenal sebagai penulis dengan nama pena Multatuli.

Sebelum menjadi seorang asisten residen, Eduard pernah bekerja sebagai pegawai negeri di Kantor Pengawas Keuangan Hindia Belanda di Batavia. Lalu sempat juga bekerja sebagai kontrolir di Mandailing Natal.

Selama menjabat sebagai asisten residen di Lebak pada 1856, Eduard telah menjalankan tugasnya dengan baik. Akan tetapi ia menemukan fakta menyedihkan mengenai nasib para pribumi yang ada di sana.


Sumber Gambar

Ia melihat berbagai penderitaan yang dialami oleh rakyat Bumiputera. Mulai dari tanam paksa, kerja rodi hingga pemerasan. Yang paling menyedihkan, bukan hanya orang Belanda yang kejam pada pribumi. Namun juga Bupati yang sebenarnya dijabat oleh orang pribumi pula.

Bupati Lebak melakukan pemerasan kepada para petani dengan memaksa mereka menjual hasil tani dengan harga murah. Praktik pemerasan yang dilakukan Bupati Lebak membuatnya geram dan membuat laporan ke Batavia untuk segera memeriksa Bupati tersebut.

Pemerintah di Batavia merespon baik laporan dari Eduard, namun sayang pelaksanaannya di lapangan tidak sesuai harapan. Mulai ada rumor-rumor yang katanya membahayakan dirinya dan keluarga. Eduard tidak menyerah, sekali lagi ia membuat laporan. Kali ini langsung ke Gubernur Jendral Hindia Belanda.

Namun, Eduard malah mendapat peringatan keras. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dan permohonan pengunduran diri itu diterima. Eduard pun pulang ke Belanda tanpa sempat membantu para pribumi yang bernasib buruk.


Sumber Gambar

Tapi, perjuangan Eduard tidak berhenti sampai di situ. Ia membawa salinan teks dan berbagai berkas dari tempat kerjanya di Lebak. Dengan pegangan itu, dirinya mulai menulis sebuah buku yang nantinya akan menjadi salah satu buku paling berpengaruh di Belanda.

Eduard berhasil menerbitkan buku berjudul Max Havelaar pada tahun 1860. Dalam buku itu, ia menceritakan semua yang ia saksikan di Hindia-Belanda. Mulai dari pemerasan, tanam paksa dan kerja rodi. Ia menjelaskan semuanya dengan lantang bagaimana bangsanya sendiri telah melakukan kejahatan pada masyarakat pribumi Hindia-Belanda.

Semua rempah-rempah, kopi dan hasil alam yang dinikmati oleh orang-orang Belanda dihasilkan dari penderitaan orang-orang Pribumi Nusantara yang ditindas oleh bangsanya. Buku ini pun booming pada saat itu, warga Belanda kaget dengan apa yang terjadi di Hindia-Belanda.


Sumber Gambar

Setelah buku Max Havelaar beredar, kini orang-orang Belanda pun terbuka pikirannya. Mereka berbalik menentang praktek tanam paksa yang terjadi di Hindia-Belanda. Karena begitu banyaknya desakan, akhirnya Belanda pun menghentikan praktek tanam paksa yang kemudian menjalankan sistem politik etis.

Buku Max Havelaar ini menjadi salah satu buku yang mengubah nasib para pribumi pada saat itu. Dengan berani Eduard menyuarakan dan membela para pribumi, secara tidak langsung melawan negaranya sendiri.

Dengan lantang ia membeberkan apa kejadian tanam paksa di Lebak yang kemudian membuka pikiran orang Belanda. Tulisannya menjadi salah satu tulisan paling berpengaruh yang mengubah nasib para pribumi. TS sendiri punya bukunya dan sudah baca sampai habis.


Dokumentasi Pribadi

Bagian favorit TS adalah ketika Eduard menceritakan mengenai kisah Saijah dan Adinda sebagai salah satu bentuk sastra untuk menggambarkan bagaimana penderitaan para pribumi.

Ya, sosok Eduard Douwes Dekker adalah contoh bagaimana seorang pejabat Belanda masih memiliki hati nurani. Tidak semua Belanda jahat, tapi kita jangan pula melupakan kejahatan mereka.

Atas jasanya ini, kini rumah tempat tinggal Eduard Douwes Dekker sudah menjadi museum hang disebut Museum Multatuli di Rangkasbitung. Dan TS pernah mengunjungi stand Museum Multatuli yang saat itu ada di festival peringatan hari Museum Nasional di Kota Tua.



Dokumentasi Pribadi

Semoga semakin banyak orang-orang berani seperti Eduard Douwes Dekker di negeri ini. Khususnya di bagian anu.

Oke gan, sekian. TS izin pamit. Semoga bermanfaat ya!

Gimana? Tertarik baca buku Max Havelaar? Buku bersejarah lho ini!emoticon-Blue Guy Peace

Sumber: 1, 2,
Buku Max Havelaar karya Multatuli


Ditulis oleh Harry Wijaya
Tulisan dan Narasi Pribadi


emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan
jiresh
nowbitool
nketiahrobin763
nketiahrobin763 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
4.3K
91
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan