Sumber1Sudah dipraktekkan di Israel lewat program bernama Roim Rachok atau kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti "Melihat ke masa depan". Dalam program Roim Rachok, orang-orang yang mengidap autisme direkrut oleh IDF (tentara Israel) dan diberikan berbagai pelatihan dan kemudian ditugaskan di kemiliteran. Setelah masa tugas di militer selesai mereka ditransisikan untuk bisa berkarier di bidang-bidang selain militer.

Salah satu pekerjaan anggota IDF yang mengidap autisme ini adalah menganalisa berbagai gambar baik dari satelit maupun aerial surveilance pada daerah-daerah perbatasan yang rawan untuk mendeteksi kemungkinan serangan teroris, penyimpanan senjata, pembuatan terowongan bawah tanah, dan lain-lain. Mereka mampu bekerja 9 jam atau lebih dalam sehari dengan konsentrasi penuh dan membuat analisa yang lebih tajam dibandingkan mereka yang non-autis.


Eitan (nama samaran) salah satu komandan dalam program Roim Rachok ini menganggap bahwa program ini adalah win-win solution baik untuk negara, untuk tentara dan untuk dirinya sendiri.

Jadi pendapat saya mengenai weaponized autism adalah: bisa dipraktekkan, asal memang ada orang-orang yang mau bekerja keras dan cerdas untuk mewujudkannya dan bisa berguna untuk memanusiakan mereka yang mengidap autisme melalui bakti pada negara dan transisi ke kehidupan sipil.

Apakah cocok di terapkan di militer Indonesia? Menurut agan bagaimana Setuju jika anak Autism dan para ABK masuk militer

Sumber 1