Hai Agan Sista teman-teman kaskuser semuanya, bagaimana puasa kalian hari ini? Masih kuat kan? Harus kuat dong ya, jangan sampai terkena godaan setan. Bukan puasa namanya kalau tanpa godaan. Namun justru godaan ini lah yang membuat puasa kita semakin berkah. Semoga di bulan Ramadhan ini kita bisa mendapatkan keberkahan dan keutamaanya ya. #RamadhanBerkahuntuk kita semua.

Membahas tentang bulan Ramadhan, sesuai dengan tema kompetisi menulis kali ini, ane ingin sekali memperkenalkan salah satu tradisi Ramadhan yang ada di daerah ane. Tradisi tersebut bernama Bedugan. Bedugan adalah tradisi menabuh bedug, di daerah lain tradisi seperti ini dikenal sebagai Gludag atau ada juga yang menyebutnya Gludagan. Terkadang memang satu tradisi memiliki banyak nama, namun inti sebenarnya hampir sama.

Di daerah ane yaitu Banjarnegara, kenapa tradisi ini disebut Bedugan sudah jelas karena alat yang dipakai dalam tradisi ini adalah Bedug. Jadi untuk kemudahan pengucapan, kami memanggil tradisi ini sebagai Bedugan. Tradisi Bedugan sendiri memiliki tujuan untuk memperingati datangnya bulan Ramadhan. Jujur saja Bedug di mushola yang ada di daerah ane hanya dipakai saat menyambut bulan Ramadhan dan selama bulan Ramadhan saja. Di bulan-bulan lain diluar bulan Ramadhan Bedug jarang sekali digunakan, bahkan seperti tidak pernah digunakan.

Bedugan dilakukan pada sore hari, sehari sebelum memasuki bulan Ramadhan. Sebagai ilustrasi, di tahun ini bulan Ramadhan jatuh pada tanggal 13 April 2021, yang artinya Bedugan dilakukan pada tanggal 12 April 2021 sore setelah Ashar sampai menjelang maghrib.

Di daerah ane, mayoritas warga yang melakukan bedugan adalah laki-laki baik itu dari kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa. Bukan berarti wanita tidak boleh melakukan/mengikuti tradisi Bedugan, tentu boleh saja, siapapun boleh datang ke mushola dan mengikuti Bedugan. Hanya saja di daerah ane mayoritas yang mengikuti Bedugan adalah laki-laki. Ane kurang paham, apakah di daerah lain juga berlaku hal yang sama atau tidak.

sumber gambar

Bedugan tidak hanya dilakukan pada saat awal datang bulan Ramadhan saja, namun dilakukan kembali pada malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, yaitu tepatnya di hari ke 21, 23, 25, 27 dan 29 Ramadhan. Untuk waktunya sama saja seperti Bedugan saat penyambutan bulan Ramadhan yaitu dilakukan sore hari setelah Ashar sampai menjelang maghrib.

Nah untuk Bedugan di 10 malam terakhir ini memiliki makna yang berbeda dari bedugan awal, di 10 malam terakhir Bedugan bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa saat Bedugan berlangsung kita sudah mulai memasuki 10 malam terakhir bulan Ramadhan, yang mana 10 malam terakhir ini adalah 10 malam paling bermakna di bulan Ramadhan, karena di 10 malam terakhirlah terletak keutamaan bulan Ramadhan yaitu turunnya malam Lailatul Qodar.

Jadi inti dari tradisi Bedugan sendiri adalah sebagai pengingat untuk para warga, pengingat mengenai datangnya bulan Ramadhan dan pengingat untuk meningkatkan ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadhan.

Yang paling ane suka dari Bedugan ini adalah suasana dan kemeriahannya. Karena saat Bedugan, semua mushola di daerah ane melakukan hal yang sama, dan masing-masing mushola menggunakan speaker untuk memperkeras Bedug, rasanya indah sekali ketika setiap mushola bersaut-sautan melakukan bedug dengan iramanya masing-masing. Terasa sekali suasana Indah bulan Ramadhan. Semoga saja ane diberikan umur panjang supaya masih bisa menikmati suasana Bedugan ini di Ramadhan tahun depan.

Nah itulah tradisi Ramadhan di daerah ane, semoga bisa menjadi sumber pengetahuan juga untuk kalian kaskuser yang membaca thread ane. Semoga #RamadhanBerkah bisa kita raih di tahun ini. Sampai jumpa di thread selanjutnya.

penulis @buto.ijok