Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yellowmarkerAvatar border
TS
yellowmarker
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik

Rabu, 19 Oktober 2022 - 08:40:00 WIB
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik Banyak kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah akibat tergerus zaman. (Foto: Istimewa)

Asep Supiandi

BANDUNG, iNews.id -Kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah memotivasi kita untuk tetap melestarikannya. Pasalnya, dalam kebudayaan tersebut sarat akan nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan serta menanamkan kebijaksanaan dan optimistis.

Kebudayaan atau tradisi itu pun menjadi salah satu kekayaan bangsa dan berpredikat warisan budaya tak benda. Perkembangan zaman yang cepat serta era digitalisasi tak lantas semakin menggerus kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah itu.

Berikut 5 kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah dirangkum dari berbagai sumber:

1. Marak Lauk
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik
Kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah, yakni marak lauk. (Foto: Istimewa)

Marak merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh orang tua dulu, yakni menangkap ikan di sungai. Seiring perkembangan zaman, menangkap ikan dengan menggunakan tangan kosong mulai ditinggalkan.

Biasanya tradisi ini dibarengi dengan kesenian lain seperti, ibing pencak silat, angklung dogdog lojor, reog, calung, dan lain-lain.

Dulu, kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah ini menjadi ajang silaturahmi dan sarana hiburan warga. Suasana menangkap ikan ramai-ramai di sungai memberikan sensasi atau tantangan tersendiri. Ketangkasan atau kecekatan sangat diperlukan magar bisa membawa pulang banyak ikan.

2. Nyawang Bulan
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik

Kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah ini disebut nyawang bulan. Sebuah tradisi leluhur masyarakat Sunda yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Tradisi ini digelar rutin saat bulan Purnama di setiap bulannya sebagai bentuk syukur Kepada Sang Pencipta. Bersyukur karena masih dipertemukan lagi pada setiap bulan purnama, yang diyakini sebagai penyeimbang bumi.

Nyawang Bulan selalu digelar di area terbuka, seperti di hutan lindung maupun di alam bebas lainnya, dengan menampilkan berbagai kesenian Sunda dan seni budaya lainnya.

3. Kaulinan Barudak
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik
Maen kaleci salah satu bentuk kaulinan barudak menjadi yang mengandung unsur edukasi. Permainan anak-anak ini menjadi kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah, sudah jarang lagi dimainkan. (Foto: Istimewa)

Permainan tradisional anak-anak merupakan kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah. Perhatian anak saat ini beralih ke permainan modern, terlebih di era digitalisasi banyak menggandrungi semisal game online. Padahal kaulinan barudak sarat akan edukasi dalam pembentukan karakter anak.

Beberapa kaulinan budak yang saat ini sudah jarang ditemukan, di antaranya:

a. Beklen
b. Sapintrong
c. Bebeletokan
d. Ucing sumput
e. Gatrik
f. Perepet jengkol
g. Dampuh
e. Maen kaleci

Kaulinan barudak tersebut memiliki fungsi ilmu yang mendidik seorang anak juga orang dewasa untuk berjiwa sportif. Fungsi yang lainnya adalah sebagai media belajar, hal ini penting terutama bagi anak-anak.

4. Tarawangsa
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik
Tarawangsa merupakan salah satu jenis kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah. (Foto: Instagram/tarawangsa_pusakakaramat)

Tarawangsa merupakan salah satu jenis kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah. Istilah Tarawangsa sendiri memiliki dua pengertian: alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.

Dalam pertunjukan tarawangsa, pemain terdiri dari dua orang, yaitu satu orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng (alat petik tujuh dawai yang menyerupai kecapi). Semua pemain tarawangsa terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata antara 50 hingga 60 tahunan. Mereka semuanya adalah petani, dan biasanya disajikan berkaitan dengan upacara padi, misalnya dalam ngalaksa, yang berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

Dalam pertunjukannya ini biasanya melibatkan para penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka menari secara teratur. Mula-mula saehu/saman (laki-laki), disusul para penari perempuan. Mereka bertugas ngalungsurkeun (menurunkan) Dewi Sri dan para leluhur. Kemudian hadirin yang ada di sekitar tempat pertunjukan juga ikut menari. Tarian tarawangsa tidak terikat oleh aturan-aturan pokok, kecuali gerakan-gerakan khusus yang dilakukan saehu dan penari perempuan yang merupakan simbol penghormatan bagi dewi padi.

Menari dalam kesenian tarawangsa bukan hanya merupakan gerak fisik semata-mata, melainkan sangat berkaitan dengan hal-hal metafisik sesuai dengan kepercayaan si penari. Oleh karena itu tidak heran apabila para penari sering tidak sadarkan diri.

5. Bangreng
5 Kebudayaan Jawa Barat yang Hampir Punah Tergerus Zaman, Nomor 4 Ada Unsur Metafisik

Kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah lainnya, yakni bangreng. Kata bangreng berasal dari dua suku kata “bang“ dan “reng“ yang masing-masing merupakan akronim dari kata terbang dan ronggeng. Terbang adalah alat bunyi-bunyian yang terbuat dari kayu dengan muka bulat yang berkulit, seperti rebana. Ronggeng adalah juru kawih merangkap penari wanita dalam ketuk tilu dengan tarian dan nyanyiannya melayani tarian pria yang menghadapinya.

Makna yang lebih mendalam seni bangreng merupakan suatu bentuk kesenian rakyat yang mempergunakan terbang serta waditra lainnya, dan ditambah dengan ronggeng sebagai penari sekaligus juru sekar. Pada awalnya kesenian ini lebih sering berfungsi sebagai sarana upacara ritual, tetapi perkembangan selanjutnya menuju pada fungsi seni sebgai hiburan atau tontonan.

Seni bangreng mempunyai beberapa fungsi di antaranya fungsi ritual, hiburan, pendidikan, dan fungsi ekonomis. Secara umum, kebanyakan seni-seni yang tumbuh di daerah yang bermasyarakatkan petani atau daerah agraris lebih cenderung difungsikan sebgai saran ritual upacara keagamaan terutama dalam hubungannya dengan kesuburan bagi lahan pertanian dan keberhasilan panen. Demikian pula yang terjadi pada seni Bangreng yang tumbuh dan berkembang di daerah agraris.

Fungsi lain dari Seni Bangreng ini adalah sebagai hiburan . Pada tahapan pertunjukan masyarakat bisa meminta lagu kesukaan dan menari dengan ronggeng pilihannya. Pada tahap ini penonton dipersilakan berjoget (menari) sepuas-puasnya.

Itulah 5 kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah, sudah jarang terlihat sehingga perlu untuk tetap dilestarikan sebagai warisan leluhur.

Editor : Asep Supiandi


Quote:



 Pulang sekolah si deden main ke rumah temannya
Dia dikasih daun ganja mau aja
Nggak mikirin akibatnya nanti bisa berbahaya
Yang penting dia bisa hapy di hari ini

Ngomongnya nggak nyambung,
Suara nggak nyambung bikin mama bingung...
Ngomongnya ngelantur,
Suara ngelantur bikin papa ngawur..

Diubah oleh yellowmarker 29-10-2022 04:12
pakisal212
salvation101
ian_tazz
ian_tazz dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.8K
14
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan