Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mi17kAvatar border
TS
mi17k
Ujung dari Benci (Benar2 Cinta)
PART 1 FIRST IMPRESSION

Ujung dari Benci (Benar2 Cinta)

(Gambar hanya pemanis)

Dia mendorong tubuhku paksa kearah dinding, mencoba berontak tapi kekuatan lengannya lebih besar menahanku dan makin menghimpit tubuhku.

"Lepasin!, lepasin gak?!" Aku mencoba berontak dengan mendorong tubuhnya tapi sia sia.

"Disini aku, suamimu, dan kamu, istriku. Sampe sini paham?" Nadanya penuh penekanan yg membuatku sontak memalingkan wajah, ketika wajahnya semakin mendekat. Aroma parfum maskulin tercium kuat dr tubuhnya.

Dengan lembut, dia mencoba mensejajarkan wajahku dengan wajahnya agar mata kita bs bertemu.

"Tugasku disini adalah.."

" Apa?! Mengaturku? Membatasi ruang gerakku? Memonopoliku?" Sela ku penuh dengan amarah.

"Ingat ya! Pernikahan ini hanya sepihak, anda tidak berhak dan tidak punya hak ikut campur dalam hidupku, mengatur semua hal yg aku lakukan, karena.." belum sampai aku melanjutkan ucapanku bibirnya membungkamku dan melumatku kuat2. Aku berontak, aku mencoba mendorongnya memukul lengannya, berteriak dlm hisapannya, tapi tengkukku semakin ditekan, aku tak berdaya, menendangnya tp semua sia2 dia polisi yg tangguh dan terlatih dia bs membaca gerakanku. Aku sesak nafas tp di sela2 serangan itu aku mendesah. Antara sakit, sesak dan bergairah. Sungguh hal memalukan diluar kendaliku. Aku malu akan diriku sendiri dan sungguh itu diluar kuasaku. Tubuhku bereaksi lain.

Laki2 itu menyeringai senang di sela2 ciumannya. Dan melepaskannya perlahan.

Sorot mata itu menatapku tajam dan nakal. Aku salah tingkah, aku benar2 speechless dan malu. Hanya bs menunduk.

"Dasar gila!!, bajingan cabul!!" Umpatku dalam hati.

Dan kembali menatapnya dengan sorot mata menantang menutupi kegusaran dan debaran hatiku sendiri. Ini refleksi defend ku agar aku tampak tdk terpengaruh kendalinya.

Aku hapus sisa ciuman liar yg masih terasa di bibir berharap dia terhina. Tapi sepertinya itu tdk berpengaruh besar. Dia hanya menyeringai seolah2 menyatakan bahwa dia menang atas kendali tubuhku. Sejenak aku tersadar, sedetik lalu aku mendesah di sela2 ciuman kasarnya, seolah menikmatinya. Itu membuatku tak berkutik mendapati seringai nakalnya.

"Ingat baik2 hukuman ini jika kamu sekali lagi melanggar aturanku, istriku sayang.." ancamnya sembari menyentuh daguku dengan senyuman machonya.

Sepeninggalnya keluar, aku duduk terjerembab, lemas. Jantungku masih berdegup kencang, bagaimana tidak itu adalah ciuman pertamaku selama 22 tahun kejombloanku. Dan ciuman pertama yg kuimpikan penuh dengan kelembutan ditengah suasana romantis berakhir dengan ciuman yang mendominasi dan brutal. Bahkan nyaris seperti sebuah percobaan pembunuhan. Antara benci, marah, jengkel, malu dan berdebar aku rasakan bercampur aduk. Dan terakhir hanya bisa menangis meratapi nasib yg sudah aku jalani ini.

♧♧♧


Di sisi lain, Ahem melangkahkan kaki dengan puas dan bangga karena sudah bisa menundukkan kekeras kepalaan istri kecilnya yg menggemaskan. Dia menyentuh bibirnya sembari tersenyum. Jantungnya masih berdebar atas sikap berani yang dia lakukan, padahal awalnya tidak terfikir akan berbuat senekad itu. Itu reflek terjadi saat melihat wajah mungil istrinya yg emosi dan tampak menambah kegemasan dia ketika melihat bibir basahnya yg mengkilap seolah minta dilahap. Dia terhipnotis oleh bibir mungil merekah yang begitu mempesona, bibir indah milik istrinya kinara.
***


"Ahem, usiamu sudah 29 tahun nak. Kalo kamu ga nikah2, kasian anakmu nanti. Masih kecil2 kamunya sudah kakek2" ujar bunda di sela sela sarapan pagi.

Ahem hanya diam tidak menyela dan tetap tenang melanjutkan makannya.

"Bunda, tugas Polisi itu padat mana ada waktu aku buat urusin hal2 spt itu, kasih kelonggaran buat anakmu ini. Lagipula anakmu ini masih muda juga. Buat apa buru2 berumah tangga. Nanti kasian istriku sering sendirian krn ditinggal tugas"

"Nak.." terdengar ibunya menghela nafas berat. Ahem menghentikan santapannya dan menatap bundanya.

"Tugas polisi memang melindungi, mengayomi masyarakat, tp km ttp harus mikirin hidupmu sendiri juga. Oiya, Ahem.. bunda punya sahabat karib dia punya anak gadis semata wayang. Mereka hidup berdua saja krn suaminya sdh meninggal sejak dia hamil 9bulan. Skrg, sikon dia sedang sakit parah, gagal ginjal. Hidupnya ga lama lagi. Dia minta tolong sama bunda buat nitipin anak gadisnya krn dia ga tau mo kemana lagi dia bs menitipkan anak gadisnya sepeninggalnya. Dia kawatir nak, apalagi anak gadisnya ini cuantik manis wajahnya kalo hidup sendiri sangat riskan kalo tidak ada orang yang menjaganya."

"Bunda.. mulai deh.." sela Ahem sambil menggelengkan kepalanya seolah paham tujuan akhir bundanya.

"Eh jangan salah lo, dia dulu yang suka kamu gendong2 itu lo pas waktu kita jenguk bayinya. Tau kan??"

Tampak Ahem mengerutkan alisnya mencoba mengingatnya tp sia2.

"Sudah ah bun, berangkat dl.." Ahem segera bangkit dan mencium kepala bundanya lembut.

♧♧♧


Rumah itu dipenuhi aura bahagia, bagaimana tidak suara tangisan bayi perempuan memecah keheningan di dalamnya. Silih berganti orang datang berkunjung bergantian mengucapkan selamat atas kelahiran putri cantik mereka. Tampak anak laki laki usia 7 tahun mendekati bayi peremouan itu dan menyapanya, tersenyum ktk si bayi menyunggingkan senyum kearahnya. "Bun, dedek bayinya tersenyum", "iya Ahem.. cantik ya dedek bayinya" ujar wanita yg dipanggilnya Bunda. "Aku mau gendong dedek bayinya, boleh?".

"Boleh sayang.. kemarilah!" Ujar wanita yg tengah menggendong bayi mungil itu.

"Wah Ahem sudah bisa gendong adek bayi ya, pinter.., pingin punya adek kayak gn gak?"

"Iya, yang lucu kayak dedek bayi ini pokoknya" semua tertawa mendengar perkataan polosnya".

◇◇◇


Tampak ramai penuh tamu hilir mudik suasana dirumah duka. Orang terlihat mengucapkan belasungkawa atas kepergian Nyonya Asri Liana, ibunda dari Kinara Liana. Ada yang ikut menangis ada yang hanya menampakkan wajah sedih. Tapi dari semua itu hanya Kinara yang tampak begitu terpukul dan berduka. Hidung mancungnya sampai merah karena menahan tangis yang sudah tak berkesudahan. Matanya bengkak, wajahnya tampak pucat krn kesedihan. Gaun hitam dengan kerudung brukat menghias kepalanya yg selalu tertunduk. Sungguh sangat kintras dikulit putih bersihnya. Dia hanya duduk di depan peti jenasah ibundanya dan hanya menyambut tamu yg datang menghampirinya dengan sebuah jabat tangan lemah tak berdaya.

Diseberang jalan, Ahem dan bundanya datang menuju rumah duka. Dengan masih mengenakan segaram dinas kepolisian postur tubuhnya yang tegap, tinggi dan gagah sempat mencuri perhatian orang2 sekitar.

Ibunda Ahem mendekati Kinara yang tampak duduk tertunduk di depan peti janasah ibunya. Dia menepuk pundak Kinara lembut takut membuatnya terkejut.

"Nara.." alih alih menepuk pundaknya lembut justru membuat Kinara terlonjak dan langsung bangkit menyambut uluran tangan tante Siska, sabahat ibunya semasa SMU dl. Karena berdiri mendadak sejenak tekanan darah Kinara drop yang membuat keseimbangan tubuhnya sempat oleng. Untungnya lengan Ahem yang sigap menopang tubuh Kinara yang nyaris roboh. Dia langsung merengkuh pinggang Nara dengan satu lengannya. Membuat Kinara tergagap dan malu.

"Ah, maaf kak.. saya agak ga imbang"

"Hati-hati.." jawab Ahem singkat sembari memapahnya lembut. Sejenak mata Ahem menatap wajah Kinara yg pucat. Namun Kinara hanya menunduk menyembunyikan wajahnya, dia kembali menguasai tubuhnya. Dan Ahem melepaskan rengkuhannya ktk dirasa dia tampak sdh stabil.

"Tante Sisca, maafin kesalahan2 mama ya tan, kalo2 dl mama semasa Almarhumah hidup pernah punya salah" Ujar Kinara yg langsung menghambur dipelukannya. Menangis. Ibu Ahem pun ikut terhanyut dalam kesedihan, dia memeluk erat Kinara spt anaknya sendiri. Dan ikut menangis.

"Iya sayang, sudah..sudah jangan nangis lagi ya. Kinara ga akan sendirian kok. Ada tante disini, ada Ahem juga yang akan jagain Kinara mulai sekarang. Sudah ya sayang.." belainya lembut mencoba menenangkan. Dihapusnya air mata di wajah pucatnya.

Ahem sempat terhenyak kaget mendengar pengakuan ibundanya yang seolah olah secara tidak langsung mengikatnya dengan gadis mungil di depannya. Dia tampak serba salah.

"Kak, maafin mama Kinara ya kalo2 ada salah sm kaka" akhirnya kinara mengulurkan tangan kearahnya yg membuatnya sejenak berfikir dan sedikit terkagum akan keelokan alami dari wajahnya. Dia sempat tertegun memandang Kinara.

"Ahem.." ujar bundanya berdehem setelahnya yang segera menyadarkan Ahem untuk segera menyambut tangan Kinara.

"Tante Lian ga punya salah atopun apa. Beliau orang yang dermawan orang baik. Kamu yg sabar ya dek.." jawabnya. Dan hanya dibalas anggukan lemah oleh kinara.

♧♧♧


Setelah acara 7 hari peringatan kematian Ibunda Kinara. Tante Sisca sering mengunjungi kediaman Kinara. Kadang bawa masakan, kadang bawa kue kadang hanya sekedar mampir sama Ahem. Intinya Ibu Ahem berusaha mendekatkan putranya dengan Kinara, seperti wasiat dari mendiang sahabatnya Liana.

Ahem pasrah, dia hanya menuruti keinginan ibunya kalo tidak ingin seharian dicereweti terus terusan.

Usai acara 40 harinya, Ibu Ahem memutuskan bermalam dirumah Kinara. Awalnya Ahem menolak karena dia harus tugas luar kota dan jika berangkat dr rumah Kinara jarak tempuhnya akan semakin jauh, tp karena rayuan demi rayuan manis ibunya Ahem pun menyerah dan mengalah. Diapun memutuskan ikut bermalam di rumah itu.

Saat makan malam tiba

"Nak gimana2 masakan tante? Apa enak? Suka gak?

Kinara hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dia tidak bisa menjawab krn mulutnya penuh dengan suapan.

"Nah, nak. Tante boleh ngomong gak?"
"Soal apa?"
"Soal kalian berdua.." ketika mengucapkan itu mata Sisca bergantian menatap putranya dan Nara. Mendengar itu Kinara dan Ahem saling betatapan.

"Kedepannya anggap Ahem bukan siapa2mu ya nak, jd biar kak Ahem yang ngejagain kamu ya? Tante kan sudah tua jd ga bisa terus2an ngawasi Nara juga kan?"

Mendengar ucapan yg keluar dari mulut tante Sisca sontak Nara tersedak saat hendak meneguk segelas air dingin.

"Uhuk!"

"Bunda.." ujar Ahem mencoba mengingatkan. Ahem tampak berusaha untuk membantu namun dicegah oleh Kinara.

"Maaf, maksud tante apa ya? Nara ga paham.." pancing nya seolah ingin memastikan tebakan yg ada di kepalanya.

"Bunda, sudah, cukup.." sela Ahem mencoba menengahi dengan sikap serba salahnya.Dia tau arah tujuan bundanya.

"Diam kamu! Ini urusan wanita" ujar ibundanya sejurus kemudian yang membuat Ahem angkat tangan. Menyerah. Dia melanjutkan makannya.

"Nara, maaf kalo tante baru ngomongin sekarang. Jd gini.. dl semasa almarhumah hidup tante waktu jenguk ibu Nara di RS pernah diamanahi buat jagain Nara. Krn tau setelahnya Nara bakal hidup sebatangkara makanya ibu Nara kawatir. Kawatir kenapa2 sm anak gadisnya. Apalagi nara kan cantik, kalo ga ada yg jagain ato ngawasin gimana? Ya kan Hem? " sikunya menyenggol Ahem meminta persetujuan. Ahem yg hendak memasukkan suapan terakhirnya urung dan hanya menggelengkan kepala.

Ahem makin serba salah dan hanya bisa diam mengamati. Tidak mengiyakan tidak menolak. Namun ekor mata Ahem tidak lepas menatap wajah Kinara diam2. Yah, sok stay cool, pdhl dia juga senang.

"Jadi ya, tante berencana menjodohkan anak tante yg bawel ini sm Nara. Menikahnya setelah acara 1000 harinya mama aja ya?, gimana?"

"Tapi tante, apa gak terlalu buru2? Lagipula mama ga ada omongan spt itu sebelumnya sama saya lho?!"

"Tenang, sebagai bukti biar ga di kira ini keinginan sepihak aja. Semua ada di dalam record ini. Tante kirim ke WA Nara ya? Pasti bs kamu kenali suara mendiang mama kan?. Ingat, ini wasiat terakhir mamamu nak. Kamu pertimbangin ini baik2 ya?!" Ujarnya mengintimidasi.

Nara menatap Ahem seolah meminta tolong dengan situasi yang canggung ini.

"Bunda, bisa gak sih ga bahas hal ini sekarang? Apalagi kita semua lagi makan begini.. bikin hilang selera makan aja ni bunda" sahut Ahem berlagak merajuk. Pdhl dlm hatinya berharap dia setuju.

"Alah, kamu ini jangan berlagak menolak kalo matamu diam2 curi2 pandang kearahnya, dikira Bunda ga paham kelakuan tengil kamu?"

Jawabnya skak mat ke arah Ahem, yang membuat dia semakin salah tingkah dan menatap Nara malu. Narapun sekilas tertunduk diam menyembunyikan rona merah di wajahnya krn malu. Kinara menyadari tatapan Ahem yg tengah curi2 pandang kearahnya.

Melihat dua anak muda yg sama2 salah tingkah ini Bu Sisca malah semakin yakin dengan perjodohan yg dia rencanakan. Nara hanya banyak terdiam dan mengangguk saja setelahnya ketika kembali ke aktifitas makan bersama malam itu.

Langit malam tampak mendung, suara gemuruh menandakan hujan akan segera turun. Angin bertiup kencang membawa aroma air hujan. Begitu dingin, tapi Nara memilih duduk di teras belakang rumah memikirkan perkataan Tante Sisca saat makan malam tadi. Bingung, sungkan menolak, ga siap, takut, semuanya bercampur aduk. Tiba2 duduk di sampingnya sesosok tegap penuh karisma menyadarkan lamunannya.

"Ga masuk?, mo hujan ini.." tanyanya pelan.
"Duluan aja kak, lg pengen disini dl"
"Dingin lo, ntar masuk angin" kata Ahem mencoba mengakrabkan diri sambil memperingati Nara.
Nara menatap tajam wajah di sampingnya.

Wajah yang jika dia mengenal bukan dengan situasi saat ini pasti bs membuat siapa saja yg melihatnya akan terkagum kagum krn ketampanannya. Rahang pipinya yang tegas, bibirnya yg merona merah, hidungnya yang mancung, alisnya yang tampak begitu serasi dengan mata elangnya. Sungguh dia sosok yg bs jd incaran banyak wanita.

"Kak, aku masih ingin kebebasanku. Tolong jangan setujui pernikahan ini, ya, bisa kan?" Pinta Nara yg membuat Ahem terhenyak. Kecewa tersirat di wajahnya.

"Bunda cuman kawatir.."

"Aku bisa jaga diri sendiri kok kak" selanya.

"Dengan cara apa?" Tanya Ahem sejurus kemudian

Kinara tampak terdiam berfikir.

"Aku, tetap akan memberikanmu kebebasan. Kmu tetap bisa kuliah tetap bisa beraktifitas seperti biasa. Apa yang kamu kawatirkan?"

"Pokoknya aku ga siap jd istri, memasak, nyiapin ini itu. Aku masih ingin kuliah menikmati masa2 mudaku"

"Kita bisa mulai dengan pacaran setelah menikah nnt, biar kita sama2 bs beradaptasi, yah kurang lebih spt itu rasanya kan? Apa yg beda?"

"Jelas beda lah, pacaran kan tdk terikat sedangkan menikah kan terikat ga bebas dan..dan.." Kinara mulai bingung dengan argumen2nya sendiri dia berusaha mencari pembelaan yg logis.

"Jangan bilang kamu lebih seneng ga terikat tapi bisa di apa2in ketimbang menikah resmi? Gitu?" Ucapah Ahem terdengar menusuk.

"Maksud kaka?" Nadanya terdengar meninggi. Tersinggung.

" Yaaa~ tau sendiri lah pacaran anak2 jaman sekarang. Cium sana cium sini grepe sana grepe sini. Kamu mau spt itu? Ga ada ikatan, terus ujung2nya kalo kenapa napa ga mau tanggung jawab gt?"

"Owh jd dimata kaka, Saya semurahan itu?"

Saking emosinya dan ga bs berkata kata lagi Nara memutuskan untuk pergi dan tidak memedulikan laki2 bermulut berengsek didepannya ini. Tapi tangannya ditahan oleh Ahem.

"Maaf, bukan maksudku.." ujarnya menyadari ucapan kasarnya.

Ditampiknya tangan Ahem kasar.

"Jangan harap aku setuju dengan pernikahan ini, kak"

"Tapi aku tetap akan menikahimu apapun caranya, Kinara" ditahannya lagi kali ini lengannya yg jd sasaran.

"Sekuat apapun kamu menolak. Posisimu tetap lemah secara hukum, norma, dan adat. Karena wasiat tetap jd wasiat yg harus dipenuhi, inget itu Nara" jawab Ahem yg lantas melepaskan cengkramannya pd Kinara.

Masuklah segera, hujan mau turun.." ujarnya sebelum beranjak pergi meninggalkannya sendiri.

"Dasar Gila!!" Teriaknya ke Ahem kesal. Ahem hanya tersenyum dan tak menghiraukannya.

"Ah, kenapa juga aku ngomongnya ga mau terikat duh begonya sih" kerutuknya sendiri.

♧♧♧
Diubah oleh mi17k 30-10-2022 11:44
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
1
791
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan