Dream - TNI masih menjadi profesi impian banyak anak muda. Namun, sudah menjadi rahasia umum bahwa seleksi yang dilakukan tergolong sulit, tidak mudah untuk menjadi TNI.

Kisah perjuangan Sahril Zakaria yang tidak memiliki latar belakang keluarga TNI namun berhasil menjadi perwira ini dapat dijadikan teladan dan menjadi inspirasi bagi semua orang. Dia membagikan pengalamannya melalui YouTube Jenderal TNI Andika Perkasa, Selasa 18 Oktober 2022.

Dikutip dari Merdeka.com, Sahril Zakaria berasal dari Desa Kalikur, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ia terlahir di keluarga dengan latar belakang bermata pencaharian sebagai petani jagung. Sang ayah hanya memiliki penghasilan setahun sekali.

Ayahnya juga bekerja sebagai kuli bangunan sebagai pekerjaan sampingan. Sahril mengaku sering membantu ayahnya jika ada pekerjaan proyek.

Sementara itu, ibunda Sahril merupakan ibu rumah tangga biasa sambil membuat kain tenun khas daerahnya untuk membantu ekonomi keluarga mereka.

Sahril memutuskan merantau setelah lulus SMA setelah menyadari kondisi finansial keluarga yang tidak memungkinkan bagi dirinya untuk melanjutkan ke bangku perkuliahan.

"Akhirnya saya memutuskan untuk ke Makassar. Kebetulan di Makassar itu ada saudara moyang, yang sudah lama menjadi guru ngaji di Makassar. dia itu ngajar ngaji anak-anak Dosen," cerita Sahril.

Ia bercerita kepada saudaranya bahwa dirinya tidak datang untuk berkuliah, namun untuk bekerja. Akhirnya ia pun ditawari pekerjaan sebagai penjaga konter HP di salah satu toko. Tekadnya saat itu adalah apa saja asal bekerja.

Setelah bekerja selama 1 tahun, Sahril sempat mendaftarkan diri ke beberapa perguruan tinggi negeri di Makassar, namun rezeki belum ada di pihaknya karena tidak ada yang berhasil ia dapat. Akhirnya Sahril berhasil diterima di salah satu perguruan tinggi keagamaan negeri, tepatnya pada jurusan pendidikan bahasa Arab

Selama berkuliah, pria itu aktif menekuni bidang olahraga Taekwondo hingga berprestasi dan mendapatkan sedikit pendapatan di bidang tersebut.

"2015 itu saya daftar masuk Taekwondo pak di UKM kampus. 2016 itu sudah bergelut di dunia atlit. Setiap bulan kita dapat honor sedikit pak. Saya merasa kehidupan saya tertolong dari TKD. Dari itu juga saya bisa membiayai adik saya yang di bawah saya ini," kata Sahril.

Perjalanan Sahril di TNI dimulai sejak momen dimana seorang senior di kampus memberikan brosur kepadanya, dua hari sebelum penutupan pendaftaran TNI perwira karier, dimana dibutuhkan ijazah S1 sebagai persyaratan.

Setelah mengecek bahwa jurusannya dapat mendaftarkan diri, ia memutuskan untuk mendaftar walaupun sempat pesimis karena ada isu dibutuhkan uang banyak dan atau memiliki keluarga berlatar belakang TNI untuk diterima.

Nasib berkata lain, dirinya dinyatakan lolos ke tahap tes pusat. Dengan tekad yang kuat dan keinginan untuk membahagiakan orang tuanya, ia akhirnya berhasil. Kehidupannya sebagai seorang anggota TNI yang berbeda dari sebelumnya membuat dirinya harus cepat beradaptasi dengan lingkungan dan kebiasaan baru. Ia merasa bahwa hal itu sebagai tantangan yang harus dilewati.

"Sebenarnya kebahagiaan ini dipersembahkan untuk kedua orang tua, karena output perjuangan seorang anak itu persembahan untuk orang tua sebenernya. Tapi karena saya tidak bisa persembahkan kepada orang tua secara langsung, jadi rasanya kaya perjuangan saya tidak tuntas karena ya semua orang kan pengin hadirkan orang tuanya disini. Tapi karena orang tua saya agak jauh terus karena kekurangan secara finansial jadi agak sulit untuk didatangkan," kata Sahril.

Laporan : Erdyandra Tri Sandiva

https://www.dream.co.id/stories/awal...i-2210180.html

Sungguh membanggakan orang tua ga seperti kadrun dimari