- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
(90an) Mengenang Pertama Kali Suka Tim Sepakbola dan Basket


TS
agusrazzid
(90an) Mengenang Pertama Kali Suka Tim Sepakbola dan Basket
Setelah sekian lama hiatus dari dunia perkaskusan, akhir-akhir ini jadi kangen kembali untuk membuka kaskus dan akhirnya membuat thread ini.
Dikarenakan sebulan terakhir saya lagi senang memainkan game Football Manager 2012 (ya, kalian gak salah liat kok, 2012) dan juga menonton cuplikan-cuplikan dari Kobe Bryant di yusup (efek dari nonton dokumenter The Redeem di netplik) saya ingin berbagi cerita awal mula menyukai 2 tim favorit saya dari 2 cabang olahraga yang berbeda, yang mungkin kalian juga mengalami hal yang sama.
Cekidot ❗
Lapak NFT
Dikarenakan sebulan terakhir saya lagi senang memainkan game Football Manager 2012 (ya, kalian gak salah liat kok, 2012) dan juga menonton cuplikan-cuplikan dari Kobe Bryant di yusup (efek dari nonton dokumenter The Redeem di netplik) saya ingin berbagi cerita awal mula menyukai 2 tim favorit saya dari 2 cabang olahraga yang berbeda, yang mungkin kalian juga mengalami hal yang sama.
Cekidot ❗
Spoiler for Mulai:
Sebagai anak yang tumbuh di-era akhir Pak Harto, suguhan tontonan tivi kala itu tidak sebanyak sekarang bahkan cenderung punya rutinitas yang sangat mudah dihapal, salah satunya hari Minggu pagi yang diisi oleh tontonan kartun hingga siang hari.
Tapi selain kartun, sebagai anak laki-laki di era itu juga sudah mulai 'mengenal' dunia olahraga dikarenakan anak-anak sebaya sering menggunakan jersey sepakbola yang dibelikan orangtua-nya yang saya yakin si-anak juga belum tau siapa dan klub apa dari jersey yang mereka pakai. Nama-nama seperti Batistuta, Nedved, Totti, Maldini, Del Piero adalah nama-nama asing yang sering kami jumpai selain Joko, Budi, dan Udin dipelajaran sekolah.
Dan ya, nama-nama pemain sepakbola tersebut mayoritas adalah pemain yang berlaga di Serie A (kompetisi sepakbola di Italia), karena saat itu serie A adalah 'premiere league-nya'anak-anak 90an.
Dikarenakan teman-teman sebaya sudah mulai paham soal sepakbola, supaya dianggap keren dan bisa nyambung dengan obrolan mereka kita 'terpaksa' harus mengerti atau setidaknya punya jawaban saat ditanya; "Tim jagoan kamu apa?"
Ada momen saat itu, saat saya dikelas 3-4 SD, salah satu teman membawa buku saku nama-nama pemain bola dari 4 liga top eropa, tujuannya buat memberikan nama ke permainan bola menggunakan kertas ketika jam istirahat sekolah.

Entah kenapa saat itu pilihan saya jatuh ke Dortmund, alasannya sederhana ada striker dengan tinggi melebihi keeper yaitu Koller. Asumsi saya, pasti orang ini sangat hebat karena posturnya yang diluar kewajaran dari tinggi penyerang klub-klub lain.
Tapi setiap kali saya membahas Dortmund, obrolan saya ke teman-teman langsung berhenti karena saat itu obrolan sepakbola hanya seputar serie A, dan jujur saja pada saat itu mencari info soal Dortmund juga tidak semudah klub-klub dari Italia, karena sumber info kami hanya dari koran, majalah dan tabloid seperti Bola, Soccer dll.
Akhirnya agar saya 'nyambung' dengan obrolan mereka, saya mencari klub lain sebagai jagoan dan disaat itu pula saya mulai punya mainan baru yang bernama PSOne dan salah satu bonus CD game yang saya dapatkan adalah Winning Eleven 3 dan WE 2002 (serial piala dunia).
Tentu sebagai bocah yang ingin bermain WE, saya mencari tim terbaik di game tersebut, dan pilihan jatuh ke AC Milan.
Penyebabnya karena mereka punya defender yang sangat solid dan striker super kencang (speed 19) yaitu Shevchenko.

Meskipun saat bermain Master League saya lebih banyak mengambil pemain dari Madrid seperti Roberto Carlos (dijadiin striker), Zidane, Hierro dan pemain-pemain lain yang punya speed 18/19 seperti Owen, Ronaldo dll.
Tapi seperti menemukan pilihan hati, entah kenapa pilihan saya sudah mantap ke AC Milan meskipun beberapa teman saya sudah mulai 'terinvasi' oleh Beckham CS, jadi obrolan tidak sepenuhnya liga italia tapi juga liga dari inggris.
Jadi hingga saat ini, sudah hampir 20 tahun saya mengidolai AC Milan, dimana mengalami fase-fase senang duka, seperti Final Istanbul (pertandingan paling seru dan menyakitkan selama saya menyukai sepakbola), fase kegelapan AC Milan setelah pensiun pemain-pemain senior, hingga akhirnya musim lalu kembali menjadi juara liga kembali setelah 11 tahun lamanya.

=======
Lain sepakbola, lain lagi basket.
Awal mula saya kenal basket dikarenakan saat masuk SMP salah satu kegiatan ekstrakurikuler favorit saat itu adalah basket, dan ini juga jadi perkenalan pertama saya dengan olahraga ini.
Saat itu hanya ada satu nama pemain basket yang saya tau, Michael Jordan. Itupun karena namanya terlalu familiar sering saya dengar meskipun sebenarnya saya belum tau wujud asli dari seorang Jordan.
Sampai akhirnya saya 'dibelikan' CD game NBA 2K, yang kasusnya tidak jauh berbeda seperti perkenalan saya dengan AC Milan di WE.
Ada 2 tim dengan overall stats terbaik saat itu; LA Lakers dan Dallas Mavericks, dan pilihan saya jatuh kepada Lakers.
Alasannya, karena di-tim tersebut ada pemain yang sangat mudah melakukan aksi keren (saat itu saya belum tau kalau itu dunk) yaitu Shaq O'neal dan ada rekannya juga yang cukup jago yaitu Kobe Bryant.
Meskipun saat bermain draft pick saya lebih sering mengambil pemain seperti Allen Iverson, Steve Nash, Tracy Mcgrady dan Paul Pierce.
Kobe bukan pilihan pertama tapi dia selalu ada di tim saya, saya anggap dia jago tapi bukan yang paling jago berdasarkan statistik game tersebut, ya maklum saja sebagai bocah glory hunter yang saya lihat cuma statistik dan gameplay nya enak.
Sampai satu tahun kemudian, saya dibelikan baju lengan panjang LA Lakers untuk pertama kalinya oleh Ibu saya, ini seperti kode alam bahwa saya akan mengidolai Lakers selamanya seperti halnya AC Milan disepakbola.
FYI, jersey sepakbola baru saya miliki diusia 20an, justru saya memiliki baju Lakers sejak usia belasan (meskipun bukan sport kits/jersey olahraga).

Meskipun tidak se-intens mengikuti perkembangan AC Milan, disela-sela saya membaca kolom olahraga di koran langganan rumah, saya selalu menyempatkan mencari info soal Lakers, dan makin hari saya semakin mengidolai sosok Kobe Bryant, dikarenakan Shaq sudah tidak di Lakers dan Kobe selalu jadi MVP setiap kali saya membaca berita soal Lakers.
Dan entah kenapa ditahun 2007 ketika saya sudah SMA dan sudah mulai mengerti warnet (warung internet) selain mIRC, friendster, lalatx, stafaband dan xnxx, salah satu info yang sering saya cari melalui yahoo (dulu search engine yang paling populer) adalah berita soal Lakers.
Ingatan saya masih sangat jelas, karena saat itu Lakers yang sudah tidak diperkuat Shaq akhirnya lolos ke babak final NBA dan bertemu Boston Celtics. Ini adalah final pertama NBA yang saya ikuti, dan hasilnya Lakers kalah.
Perasaan yang saya rasakan saat itu seperti final istanbul AC Milan vs Liverpool, kesal dan menyakitkan.
Sampai akhirnya saya mengikuti Kobe Bryant hingga di Olympic 2008, dimana final mempertemukan USA vs Spain, yang kelak beberapa tahun kemudian saya baru tau bahwa tim USA pada saat ini diberi julukan The Redeem. Dan jujur, ini adalah salah satu pertandingan basket paling seru yang pernah saya tonton, dimana saat itu saya baru mulai mengetahui pemain-pemain hebat lain seperti LeBron dan Wade selain pemain Lakers dan pemain-pemain NBA yang hebat berdasarkan game yang saya mainkan.

Tim The Redeem menang, dan LA Lakers menang back-to-back setelahnya dengan kombinasi Bryant & Paul Gasol tentu dengan sentuhan Phil Jackson (yang akhirnya saya tau bahwa dia juga yang menjadi pelatih Bulls era Mike).
Dan kisah Lakers setelahnya mirip seperti AC Milan, puasa gelar yang cukup lama sampai akhirnya Bryant harus meninggal karena kecelakaan helikopter, dan ini yang membuat saya kembali mengikuti perkembangan NBA khususnya Lakers setelah sekian lama, dan saat itu saya baru tau bahwa LeBron menjadi suksesor dari Bryant dan akhirnya mereka berhasil menjuarai seri NBA tahun 2020.

=======
Ya mungkin itu cerita sederhana saya menyukai kedua tim ini dari 2 cabang olahraga yang berbeda, sebagai penggemar kita pasti mengalami fase-fase sebal karena tim kita menjadi cupu dan mungkin tidak mengikuti perkembangan tim idola kita karena banyak faktor.
Jadi buat penggemar tim seperti MU, saya yakin kalian akan melewati fase sulit ini.
Dan tak lupa buat para penggemar sepakbola ditanah air, semoga diberi kekuatan atas keluarga yang berpulang dari tragedi kanjuruhan. 😢
Sekian.
Tapi selain kartun, sebagai anak laki-laki di era itu juga sudah mulai 'mengenal' dunia olahraga dikarenakan anak-anak sebaya sering menggunakan jersey sepakbola yang dibelikan orangtua-nya yang saya yakin si-anak juga belum tau siapa dan klub apa dari jersey yang mereka pakai. Nama-nama seperti Batistuta, Nedved, Totti, Maldini, Del Piero adalah nama-nama asing yang sering kami jumpai selain Joko, Budi, dan Udin dipelajaran sekolah.
Dan ya, nama-nama pemain sepakbola tersebut mayoritas adalah pemain yang berlaga di Serie A (kompetisi sepakbola di Italia), karena saat itu serie A adalah 'premiere league-nya'anak-anak 90an.
Dikarenakan teman-teman sebaya sudah mulai paham soal sepakbola, supaya dianggap keren dan bisa nyambung dengan obrolan mereka kita 'terpaksa' harus mengerti atau setidaknya punya jawaban saat ditanya; "Tim jagoan kamu apa?"
Ada momen saat itu, saat saya dikelas 3-4 SD, salah satu teman membawa buku saku nama-nama pemain bola dari 4 liga top eropa, tujuannya buat memberikan nama ke permainan bola menggunakan kertas ketika jam istirahat sekolah.

Entah kenapa saat itu pilihan saya jatuh ke Dortmund, alasannya sederhana ada striker dengan tinggi melebihi keeper yaitu Koller. Asumsi saya, pasti orang ini sangat hebat karena posturnya yang diluar kewajaran dari tinggi penyerang klub-klub lain.
Tapi setiap kali saya membahas Dortmund, obrolan saya ke teman-teman langsung berhenti karena saat itu obrolan sepakbola hanya seputar serie A, dan jujur saja pada saat itu mencari info soal Dortmund juga tidak semudah klub-klub dari Italia, karena sumber info kami hanya dari koran, majalah dan tabloid seperti Bola, Soccer dll.
Akhirnya agar saya 'nyambung' dengan obrolan mereka, saya mencari klub lain sebagai jagoan dan disaat itu pula saya mulai punya mainan baru yang bernama PSOne dan salah satu bonus CD game yang saya dapatkan adalah Winning Eleven 3 dan WE 2002 (serial piala dunia).
Tentu sebagai bocah yang ingin bermain WE, saya mencari tim terbaik di game tersebut, dan pilihan jatuh ke AC Milan.
Penyebabnya karena mereka punya defender yang sangat solid dan striker super kencang (speed 19) yaitu Shevchenko.

Meskipun saat bermain Master League saya lebih banyak mengambil pemain dari Madrid seperti Roberto Carlos (dijadiin striker), Zidane, Hierro dan pemain-pemain lain yang punya speed 18/19 seperti Owen, Ronaldo dll.
Tapi seperti menemukan pilihan hati, entah kenapa pilihan saya sudah mantap ke AC Milan meskipun beberapa teman saya sudah mulai 'terinvasi' oleh Beckham CS, jadi obrolan tidak sepenuhnya liga italia tapi juga liga dari inggris.
Jadi hingga saat ini, sudah hampir 20 tahun saya mengidolai AC Milan, dimana mengalami fase-fase senang duka, seperti Final Istanbul (pertandingan paling seru dan menyakitkan selama saya menyukai sepakbola), fase kegelapan AC Milan setelah pensiun pemain-pemain senior, hingga akhirnya musim lalu kembali menjadi juara liga kembali setelah 11 tahun lamanya.

=======
Lain sepakbola, lain lagi basket.
Awal mula saya kenal basket dikarenakan saat masuk SMP salah satu kegiatan ekstrakurikuler favorit saat itu adalah basket, dan ini juga jadi perkenalan pertama saya dengan olahraga ini.
Saat itu hanya ada satu nama pemain basket yang saya tau, Michael Jordan. Itupun karena namanya terlalu familiar sering saya dengar meskipun sebenarnya saya belum tau wujud asli dari seorang Jordan.
Sampai akhirnya saya 'dibelikan' CD game NBA 2K, yang kasusnya tidak jauh berbeda seperti perkenalan saya dengan AC Milan di WE.
Ada 2 tim dengan overall stats terbaik saat itu; LA Lakers dan Dallas Mavericks, dan pilihan saya jatuh kepada Lakers.
Alasannya, karena di-tim tersebut ada pemain yang sangat mudah melakukan aksi keren (saat itu saya belum tau kalau itu dunk) yaitu Shaq O'neal dan ada rekannya juga yang cukup jago yaitu Kobe Bryant.
Meskipun saat bermain draft pick saya lebih sering mengambil pemain seperti Allen Iverson, Steve Nash, Tracy Mcgrady dan Paul Pierce.
Kobe bukan pilihan pertama tapi dia selalu ada di tim saya, saya anggap dia jago tapi bukan yang paling jago berdasarkan statistik game tersebut, ya maklum saja sebagai bocah glory hunter yang saya lihat cuma statistik dan gameplay nya enak.
Sampai satu tahun kemudian, saya dibelikan baju lengan panjang LA Lakers untuk pertama kalinya oleh Ibu saya, ini seperti kode alam bahwa saya akan mengidolai Lakers selamanya seperti halnya AC Milan disepakbola.
FYI, jersey sepakbola baru saya miliki diusia 20an, justru saya memiliki baju Lakers sejak usia belasan (meskipun bukan sport kits/jersey olahraga).

Meskipun tidak se-intens mengikuti perkembangan AC Milan, disela-sela saya membaca kolom olahraga di koran langganan rumah, saya selalu menyempatkan mencari info soal Lakers, dan makin hari saya semakin mengidolai sosok Kobe Bryant, dikarenakan Shaq sudah tidak di Lakers dan Kobe selalu jadi MVP setiap kali saya membaca berita soal Lakers.
Dan entah kenapa ditahun 2007 ketika saya sudah SMA dan sudah mulai mengerti warnet (warung internet) selain mIRC, friendster, lalatx, stafaband dan xnxx, salah satu info yang sering saya cari melalui yahoo (dulu search engine yang paling populer) adalah berita soal Lakers.
Ingatan saya masih sangat jelas, karena saat itu Lakers yang sudah tidak diperkuat Shaq akhirnya lolos ke babak final NBA dan bertemu Boston Celtics. Ini adalah final pertama NBA yang saya ikuti, dan hasilnya Lakers kalah.
Perasaan yang saya rasakan saat itu seperti final istanbul AC Milan vs Liverpool, kesal dan menyakitkan.
Sampai akhirnya saya mengikuti Kobe Bryant hingga di Olympic 2008, dimana final mempertemukan USA vs Spain, yang kelak beberapa tahun kemudian saya baru tau bahwa tim USA pada saat ini diberi julukan The Redeem. Dan jujur, ini adalah salah satu pertandingan basket paling seru yang pernah saya tonton, dimana saat itu saya baru mulai mengetahui pemain-pemain hebat lain seperti LeBron dan Wade selain pemain Lakers dan pemain-pemain NBA yang hebat berdasarkan game yang saya mainkan.

Tim The Redeem menang, dan LA Lakers menang back-to-back setelahnya dengan kombinasi Bryant & Paul Gasol tentu dengan sentuhan Phil Jackson (yang akhirnya saya tau bahwa dia juga yang menjadi pelatih Bulls era Mike).
Dan kisah Lakers setelahnya mirip seperti AC Milan, puasa gelar yang cukup lama sampai akhirnya Bryant harus meninggal karena kecelakaan helikopter, dan ini yang membuat saya kembali mengikuti perkembangan NBA khususnya Lakers setelah sekian lama, dan saat itu saya baru tau bahwa LeBron menjadi suksesor dari Bryant dan akhirnya mereka berhasil menjuarai seri NBA tahun 2020.

=======
Ya mungkin itu cerita sederhana saya menyukai kedua tim ini dari 2 cabang olahraga yang berbeda, sebagai penggemar kita pasti mengalami fase-fase sebal karena tim kita menjadi cupu dan mungkin tidak mengikuti perkembangan tim idola kita karena banyak faktor.
Jadi buat penggemar tim seperti MU, saya yakin kalian akan melewati fase sulit ini.
Dan tak lupa buat para penggemar sepakbola ditanah air, semoga diberi kekuatan atas keluarga yang berpulang dari tragedi kanjuruhan. 😢
Sekian.
Lapak NFT
Diubah oleh agusrazzid 10-10-2022 18:46






jagotorpedo dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.4K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan