Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kasihudinAvatar border
TS
kasihudin
KESAKTIAN PANCASILA
Kisah pilu dibantainya jenderal hingga dimasukkan ke lubang buaya oleh PKI, jelas membawa duka panjang bagi Indonesia.

Peristiwa kelam itu tak bisa dilupakan begitu saja.
Apalagi saat ditemukannya jenazah para Jenderal di lubang buaya. Laiknya merupakan tanggal bersejarah bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

Dilansir dari Nakita. hari itu, 5 Oktober 1965, seharusnya menjadi hari yang berbahagia, karena dihari itu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) atau sekarang TNI merayakan ulang tahunnya.
Persiapan perayaan yang megah dan meriah sebenarnya telah lama dipersiapkan, namun rencana indah harus hancur berantakkan, berganti menjadi duka dan derai air mata.
Hari itu, Selasa 5 Oktober 1965, berubah menjadi hari yang sendu dan pilu, terutama bagi Angkatan Darat.

Di hari ulang tahun Angkatan Bersenjata itu, TNI Angkatan Darat harus mengantar jenazah 6 perwira tertinggi mereka, serta seorang perwira menengah ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Tragedi di malam Jum’at pekan sebelumnya di tanggal 30 September 1965, telah merenggut paksa nyawa mereka. Aksi gerombolan G30S yang disponsori oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), telah hilangkan jiwa patriot-patriot terbaik TNI-AD dengan cara amat keji.

Setelah diculik ke rumah masing-masing, di daerah Lubang Buaya mereka dieksekusi di dalam sebuah sumur tua yang dalam.

Butuh beberapa hari untuk menemukan jejak dan jasad mereka.
Titik terang didapat baru pada 3 Oktober sore hari, berkat petunjuk dari seorang agen polisi Sukitman, yang secara tak sengaja ikut di bawa oleh regu penculik ke tempat “pembantaian”, menjadi saksi mata dan kemudian ditinggal begitu saja di Lubang Buaya.

Hari Itu, Jenderal Abdul Haris Nasution, target utama yang lolos dari penculikkan mesti melepas jenazah 6 perwira tinggi rekannya, Ahmad Yani dan kawan-kawannya serta seorang ajudannya yang malang ikut menjadi korban.
Dengan suara berat menahan tangis, inilah petikan pidato AH Nasution, melepas tujuh peti berisi jenazah perwira AD, sebelum diberangkatkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

“Bismillahirrohmahnanirrohim….
Hari Ini, hari angkatan bersenjata kita, hari yang selalu gemilang, dan yang kali Ini, hari yang dihinakan oleh fitnahan, dihinakan oleh penghianatan, dihinakan oleh penganiayaan.
Tetapi hari angkatan bersenjata kita, kita setiap prajurit tetap merayakan dalam hati sanubari kita dengan tekat kita, dengan nama Allah Yang Maha Kuasa
Bahwa kita akan tetap menegakkan kejujuran, kebenaran, keadilan
Jenderal Yani, Jenderal Soeprapto, Jenderal Harjono, Jenderal Parman, Jenderal Pandjaitan, Jenderal Soetojo, Letnan Tendean, kamu semua telah mendahului kami.
Kami yang telah kamu tinggalkan punya kewajiban meneruskan perjuangan kita, meneruskan tugas angkatan bersenjata kita, meneruskan tugas yang suci.
Kamu semua tidak ada yang lebih tahu daripada kami yang ada disini, dari pada saya yang sejak duapuluh tahun selalu bersama-sama membela negara kita, perjuangan kemerdekaan kita, membela pemimpin besar kita, membela rakyat kita..
Karena itu, biarpun kamu dicemarkan, difitnah bahwa kamu pengkhianat, justru disini kami semua merupakan saksi hidup, bahwa kamu telah berjuang sesuai kewajiban kita, untuk selalu menegakkan keadilan, menegakkan kemerdekaan, tidak ada yang pernah ragu-ragu.
Kami semua bersedia mengikuti jalanmu, jika memang fitnah mereka benar, kami yang akan membuktikan.
Kawan-kawan, adik-adik saya sekalian, sekarang saya sebagai yang tertua diantara TNI yang tinggal bersama lainnya akan tetap meneruskan perjuangan kamu sekalian. Membela kehormatan kamu.
Menghadaplah sebagai pahlawan. Pahlawan dalam hati kami seluruh TNI. Sebagai pahlawan menghadaplah kepada asal mula kita, yang menciptakan kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena akhirnya Dialah panglima kita yang paling tertinggi. Dialah yang menentukan segala sesuatu. Juga atas diri kita semua. Tetapi dengan keimanan ini juga, kami semua yakin bahwa yang benar akan tetap menang. Dan yang tidak benar akan tetap hancur
Fitnah. Fitnah berkali-kali. Fitnah lebih jahat dari pembunuhan. Fitnah lebih jahat dari pembunuhan. Kita semua telah difitnah dan saudara-saudara telah dibunuh.
Kita diperlakukan demikian. Tapi jangan kita, tapi jangan kita dendam hati. Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, iman kepada-Nya, meneguhkan kita. Karena Dia perintahkan. Kita semua berkewajiban untuk menegakkan keadilan dan kebenaran,”
Selamat jalan adik-adikku sekalian. Selamat Jalan, terima kasih atas segala pengabdianmu.
Selamat Jalan, sampai kita bertemu. Ya Allah, terimalah mereka...”
Sehari kemudian, giliran AH Nasution harus mengantar jenazah putri bungsu tercintanya ke tanah pemakaman yang sama, Ade Irma Suryani, yang telah gugur menjadi tameng bagi keselamatan ayahnya


SEKIAN


































Diubah oleh kasihudin 30-09-2022 11:00
drenovsky
69banditos
fachri15
fachri15 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.7K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan