DUA maestro kenamaan yakni Dewa Kipas dan Dewa Kipas Angin akhirnya bertarung. Sebuah pertarungan yang tidak perlu sebenarnya, karena Dewa Kipas Angin pastinya lebih unggul daripada kipas biasa.

Kecuali kalau listrik tiba-tiba padam, maka tentulah Dewa Kipas Angin akan diam tak berkutik. Walau mungkin bisa diatasi dengan genset atau alternatif lain.

Atas nama 'pembuktian', pertarungan itu akhirnya digelar secara live. Ditonton jutaan pasang mata. Betul-betul jeli si promotor, lebih jeli dari bandar tinju kenamaan Don King (masih hidupkah dia, ane gak tahu). Benar-benar pintar, berhasil mengkomodifikasi sebuah 'kontroversi' menjadi sejuta peluang.

Bahwa kesaktian Dewa Kipas belum mencapai 'level tinggi', seharusnya para pendukungnya sudah tahu. Tim algorimis sudah membeberkan analisis kinyis-kinyis. Tapi para pendukung Dewa Kipas tidak (mau) percaya. Seakan-akan kebenaran bagi mereka itu 'harus empiris'. Harus dibuktikan di depan mata secara langsung.

Sikap mereka barangkali mirip-mirip pendukung teori bumi datar. Mereka nggak percaya kalau bumi itu bulat, karena mereka belum melihat fakta 'empirisnya'.

Tapi sudahlah. Mari kita akhiri kontroversi ini. Anggap saja sebagai 'warna-warni kehidupan'.

Introspeksi diri, bertobat, lupakan, kemudian lanjutkan kehidupan.


Adapun perihal rejeki, ya silakan dinikmati. Kalau mau bagi-bagi sama ane, juga mau kok (he he he...). Merdeka!