- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Bom Utang di Asia! Krisis Menyebar, Kebangkrutan Mengintai


TS
4574587568
Bom Utang di Asia! Krisis Menyebar, Kebangkrutan Mengintai

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana utang kini membayangi beberapa negara di Asia. Salah satunya adalah Sri Lanka, yang telah dinyatakan bangkrut akibat kesalahan pengelolaan ekonomi saat pandemi Covid-19.
Kini masyarakat di Sri Lanka harus menanggung beban berat, bahkan hanya untuk mendapatkan makanan, bahan bakar hingga obat-obatan.
Pada April lalu, Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar US$ 51 miliar (Rp 760,3 triliun) dan membuka pembicaraan dana talangan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Sri Lanka bukan negara dengan krisis ekonomi terakhir di kawasan Asia. Banyak negara berpenghasilan menengah dan rendah berada di ambang kehancuran, yang disebabkan oleh kombinasi beracun dari utang era Covid-19 yang tidak berkelanjutan, ekonomi yang menurun, kebijakan pemerintah yang buruk, dan pinjaman besar dari China untuk mendanai infrastruktur yang tidak efektif.
"Sri Lanka bukan satu-satunya negara dalam masalah besar. Akan ada lebih banyak negara di Asia [yang akan menghadapi] masalah serupa," kata Murtaza Jafferjee, ketua Advocata Institute, sebuah lembaga pemikir kebijakan yang berbasis di Kolombo, dikutip dari Nikkei Asia, Rabu (28/9/2022).
IMF memperkirakan bahwa setidaknya sepertiga dari pasar negara berkembang dan sekitar 60 negara kurang berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan sedang bergulat dengan kesulitan utang seperti Sri Lanka. Laos di Asia Tenggara, Pakistan dan Bangladesh di Asia Selatan, termasuk di antara negara-negara Asia yang berada di pinggir jurang kebangkrutan.
Kini terjadi antrian bensin di Laos, protes terhadap kenaikan harga di Bangladesh, anjloknya mata uang di Pakistan, dan pinjaman mendesak oleh Maladewa untuk membayar utang negara mereka.
Pada pertengahan 2022, inflasi di Laos, rumah bagi 7,5 juta orang, telah meningkat ke rekor 25% year-on-year (yoy), harga bensin melonjak 107,1% dari tahun sebelumnya dan nilai kip, mata uang lokal, anjlok. Mata uangnya diperdagangkan pada 19.000 per dolar AS di pasar gelap pada September, padahal setahun yang lalu nilai tukar resmi adalah 9.400.
Di Bangladesh, yang memiliki lingkungan politik yang lebih bebas, momok krisis ekonomi pertama kali muncul di pompa bensin. Pada pertengahan tahun ini, pemerintah Bangladesh secara signifikan menaikkan harga bahan bakar untuk mengurangi tekanan pada cadangan devisanya yang berkurang, yang turun menjadi US$ 38,91 miliar, cukup untuk impor lima bulan, dari US$ 45,5 miliar setahun sebelumnya.
Sementara itu, Maladewa, tetangga barat daya Sri Lanka, terjadi kekacauan setelah IMF memperingatkan pada 2020 bahwa risiko keseluruhan tekanan utang tinggi. Negara dengan yang cadangan devisa rata-rata US$892 juta tahun lalu, harus membayar utang luar negeri US$ 250 juta tahun ini, US$ 362 juta pada 2023, dan US$ 238 juta pada 2024.
Selain itu, Pakistan juga tertatih-tatih di ambang kehancuran ekonomi, dengan sebagian besar lahan pertanian dan infrastruktur bernilai miliaran dolar dihancurkan oleh bencana alam banjir belum lama ini. Inflasi juga melayang di 38% dan rupee telah jatuh 25% sejak awal tahun.
sumber
0
474
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan