Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Problematika Cinta Orang Dewasa: Bukan Rindu, Tapi Restu


Cangkeman.net - “Dulu, hal yang paling berat adalah rindu. Ketika dewasa, hal yang berat bukan lagi rindu, tapi restu.”

Kalimat tersebut saya kutip dari mbak-mbak yang live music di salah satu kedai kopi daerah Jogja. Kala itu, saya sedang berbincang bersama seorang teman yang tema perbincangan kami adalah tentang restu. Alhasil, kalimat tersebut cukup membuat isi kepala kami porak-poranda, dan meluluhkan pertahan kami.

Iya, ketika dewasa urusan percintaan tidak sekadar tulus, setia, dan hidup sederhana. Lebih dari itu, ada satu hal yang cukup krusial, yakni urusan restu dari orang tua.

Anda bisa saja sudah menjalin hubungan dengan pasangan, tiap hari tak lupa mengingatkan makan, ibadah, bahkan malamnya selalu sleepcall, tapi ketika calon mertua tidak memberi restu, semua usaha Anda akan sia-sia.

Ini semakin menjadi masalah karena kriteria calon mantu idaman ini sungguh abstrak. Ada yang sekadar baik, seiman, atau siap secara ekonomi. Tapi ada juga yang harus satu suku atau satu pulau.

Di daerah Saya, kami lebih mengutamakan putra daerah, atau setidaknya masih satu pulau. Jika sudah luar pulau, biasanya akan ditolak dengan alasan kurang cocok secara watak, karakter, dan budaya. Karena hal tersebut diyakini akan mempersulit sebuah hubungan yang berkelanjutan.

Urusan restu ini memang cukup rumit. Ada kalanya sangat sulit, ada juga yang cukup mudah. Perlu dicatat bahwa kisah cinta orang dewasa bukan sekadar antara pasangan, tapi juga dengan orang tua, tetangga, dan segenap lingkungan yang ada. Karena itu pertimbangannya jadi beragam. Oleh sebab itu, mengandalkan cinta yang tulus saja tentu kurang mashook.

Sedikit cerita, teman saya pernah tidak direstui karena alasan yang bahkan ia sendiri tidak tahu. Pokoknya calon mertuanya tidak suka, itu saja. Alhasil, hubungan mereka tidak bisa diteruskan ke jenjang yang lebih serius.

Berbeda dengan teman saya lainnya. Ia bahkan mendapat restu sejak kunjungan pertamanya ke rumah pacarnya. Padahal kunjungannya pertama hanya sekadar main saja, tapi sudah mendapat restu dengan sangat paripurna.

Lantas gimana cara menyikapinya? Bagi saya, kalau sudah tidak mendapat restu, lebih baik mundur saja. Ini bukan kisah cinta anak SMP lagi. Ini orang dewasa cuy, yang memang harus membutuhkan restu.

Kalimat klise seperti mencintai apa adanya, tulus, setia, sederhana dan bahagia, sepertinya sudah tidak layak lagi untuk digunakan.

Oh, iya, cara berjuang di fase ini juga beda. Jika dulu, kita bisa berjuang dengan memberi rayuan, mengirimkan puisi sederhana, atau posting fotonya di story media sosial agar terlihat perhatian. Tapi fase dewasa tentu beda. Semua itu tidak berarti apa-apa ketika Anda tidak mendapatkan hati dari orangtuanya.

Karena di tahap ini, bukti cinta bukan lagi “I Love You”, tapi “Qobiltu”. Iya, kalimat “Aku mencintaimu” kalah telak dengan kalimat “Aku terima nikahnya”. Dan tentu saja, untuk bisa mengucapkan itu, harus dimulai dengan mendapatkan sebuah kalimat restu.

Nah, Karenanya cara berjuang yang sebenarnya ya mendapatkan hati orang tuanya. Yang digombali tuh bukan hanya pasangan, tapi juga orang tuanya.

Maka dari itu, jika cintamu tidak mendapat restu, ingatlah kalimat tukang parkir, yok mundurr mundurrr. Percayalah, ngandalno tulus tok yo rakanggo cuymending tumbas cilok, luweh bermanfaat, xixixi.

Oh, iya, mencintai memang tidak ada salahnya, tapi jika sudah tidak bisa diperjuangkan, jangan ngeyel. Nggak semua perjuangan akan membuahkan hasil seperti yang kita inginkan. Dan sadar diri adalah kunci dalam percintaan orang dewasa agar perjuanganmu tidak sia-sia.

Iya sih, cinta memang membuat orang jadi bodoh. Tapi, jangan berlebihan jugaaa. Mengutip salah satu kalimat legendaris Puthut EA, di buku yang berjudul Seorang Lelaki yang Keluar dari Rumah. “Tidak selalu ada hubungan antara pernikahan dengan cinta. Cinta, ya, cinta. Menikah, ya, menikah. Hanya orang yang beruntung jika bisa saling mencitai lalu menikah.”

Sudahlah, berhentilah memaksakan. Mesakne atimu, cuy.

Tulisan ini ditulis oleh Afiqul Adib di Cangkeman pada tanggal 13 Juli 2022.
ih.sul
siloh
siloh dan ih.sul memberi reputasi
2
1.1K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan