- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Serasa Dipenjara, Kutemukan Gejolak Cinta Dan Rindu


TS
kulbet
Serasa Dipenjara, Kutemukan Gejolak Cinta Dan Rindu


Dulu aku pernah mempunyai teman, panggil saja temanku itu dengan nama Cinta! Karena memang begitu dulu aku sering memanggil dia, dan karena memang sering aku lupa juga akan nama dia sebenarnya. Tetapi tetap ingat segala apa tentang cinta, dan aku masih mengenali semua pesona serta keelokannya dan rindu yang diberikan oleh sosok bernama cinta.
Aku memang memanggil dia Cinta. Akan tetapi itu bukan berarti aku cinta dia! Karena kala itu aku sedang tidak percaya sedikitpun dengan cinta, dan itu pasti juga termasuk dengan dia. Aku memanggil dia cinta semata-mata hanya karena ku tahu dia suka dengan kata-kata berpaut dengan cinta. Dan dia pun juga sangat mengerti bahwa aku tidak pernah sungguh-sungguh mengatakan itu semua. Bagi dia semua kata-kata cintaku hanyalah rayuan candu yang memabukkan. Namun tahu diri sadar dalam kemabukkan merupakan sebuah kesenangan yang lain susah terlupakan.
Kalau aku memanggil dia dengan nama Cinta, maka cinta memanggilku dengan panggilan sayang Rindu. Dia memanggilku rindu bukan karena seperti aku yang sering lupa akan namanya. Namun dia memanggilku rindu karena memang Cinta hanya memanggil-manggil namaku bilakala sedang rindu saja. Dan aku pun sangat sadar bukan hanya aku saja yang dirindukan oleh Cinta. Biarpun saat cinta memanggil namaku dengan kata rindu, mengemis-ngemis minta ditemani sepinya. Belum pasti juga kalau akulah yg benar-benar dirindunya. Dan itu tidak terlalu penting bagiku. Karena Cinta pun tidak pernah memaksakan aku untuk percaya kepadanya, jadi untuk apa aku membuktikan dusta yg ada dalam rindunya? Kami biarkan saja Cinta dan Rindu terus bertemu menikmati kehidupannya.
Cinta, sebenarnya telah mempunyai kekasih. Tetapi kekasihnya sering pergi jauh dan meninggalkan cinta seorang diri kesepian merindu. Aku tidak mau tahu, dan memang tidak perlu tahu siapa kekasihnya cinta. Karenanya tidak pernah aku menanyakan nama atau apapun soal kekasihnya, cuman aku suka menamai kekasih dari cinta itu Sepi. Sebab yang aku tahu kekasihnya itu sering memberikannya sepi, dan hingga Cinta pun akhirnya sangat suka dengan sepi itu, karena dalam sepi dia bisa berdua denganku, memanggil namaku Rindu untuk melupakan sepinya.
Sedangkanku baru saja mengakhiri hubungan dengan seorang wanita yang dulu pernah sangat kudamba. Hubungan itu berakhir karena aku dan mantan kekasihku itu terlalu sibuk mengartikan makna dari kata setia. Kata setia yang katanya harus selalu ada melekat dekat dari cinta. Namun karena terlalu lelah kami berusaha untuk mencari tahu arti tentang setia, sampai akhirnya lupa dengan apa itu cinta sendiri. Sekarang sebut saja mantan kekasihku dengan nama Setia. Dulu aku sangat mencintai Setia, namun aku sekarang sangat-sangat benci dengan mahluk apapun itu yang mengaku setia itu. Hingga aku bertemu dengan temanku ini, Cinta. Aku yang awalnya menggoda dia dikarenakan aku benci dengan Setia, tapi oleh malah Cinta aku diajarkan untuk mengerti kepada Setia.
Aku dan Cinta dipertemukan dalam remang, disuatu klub malam disalah satu tempat pesta kehidupan kami diperkenalkan. Aku yang saat itu masih menyimpan bara kemarahan kepada Setia, dan menyiramnya lagi darah yang sudah mendidih-didih itu dengan bergelas-gelas minuman alkohol dengan harapan agar bisa aku semakin membencinya. Membenci Setia! Dan Cinta nampak sedang asyik menari-nari dibawah kelap-kelip lampu menyembunyikan Sepi nya. Cinta seperti semakin mencintai kesepian yang dihadiahkan Sepi kekasihnya itu. Berdansa bebas dia menikmati kesepiannya tanpa perlu takut-takut diawasi dengan setia yang memagari Cinta dan Sepinya itu.
Hingga akhirnya seperti dituntun oleh iblis-iblis yang bersemayam dalam botol minuman yang barusan aku tenggakkan itu, aku mendekati Cinta dengan niat mencobai seberapa tegar sungguhnya kecintaannya akan kesetiaan yang sudah aku tidak percaya dan benci itu. Aku yang sudah semakin dekat, dan Cinta pun juga memberi tanda-tanda bersahabat. Aku yang mencuri-curi kecup dalam tiap ada saat, dan Cinta malah memalah membalasnya dengan senyum-senyuman hangat. Hingga aku dan Cinta pun semakin lekat dalam sebuah pelukan dalam malam yang selalu akan kuingat.
Sampai pada pagi yang akhirnya membangunkan kami berdua yang tengah asyik bermimpi. Cinta yang terlihat masih mau lagi terlelap pada dadaku yang semalam telah menghantarkannya pada rindu yang nikmat. Tapi aku mau, ini semua harus buru-buru diusaikan. Aku mau dia tahu bahwa aku ini cuman iblis laknat yang hanya hendak menggodainya, karena aku benci dengan cinta dan setia. Dan aku hanya mau membuktikan semua itu tidak ada!
" Kamu jangan pernah berharap ya, aku jadi kekasihmu. Apalagi jadi bapak dari anakmu! " , Ucapku ketus, angkuh serasa seperti Ksatria yang baru saja memenangkan peperangannya.
" Siapa juga yang mau mempunyai kekasih sepertimu, Bajingan!" , Sautmu tak kalah garing seperti anjing menyalak didepan orang yang asing.
" Baguslah, tapi bagaimana bila..." , Sambungku lagi.
" Yang bodoh yang seperti itu. " , Jawabmu singkat memotong pertanyaanku.
" Baiklah kalau begitu, maaf kalau ada yang salah Cinta ku, " aku akhiri dialog itu dengan singkat, sambil menghadiahkan lagi dan lagi kecupan penghargaan atas tiap pengertiannya.
Begitulah kenapa dia memanggil aku Rindu bila hatinya merindu. Dan aku menyebutnya cinta, walau Cinta yang tak dapat ku percaya.
-bersambung-


bukhorigan memberi reputasi
1
352
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan