- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Tetangga Kontrakan


TS
tettettowet
Tetangga Kontrakan

Sejujurnya, untuk langsung mengklaim hati ini sakit, itu terlalu berlebihan. Karena, ada masalah lain yang jauh lebih membuat hati luar biasa sakit. Hanya saja, malu pada diri sendiri karena sempat berharap meski secuil. Juga, sedikit merutuki telinga kenapa pula harus mendengar percakapan mereka, juga mata yang entah mengapa melihat mereka kalau membuat sakit sendiri begini.
Aku tak melihat, juga tak memaksa mencuri dengar sebenarnya. Hanya saja, suara mereka terlalu besar untuk kudengar tanpa harus bertanya ada apa jika mereka berbicara.
*****
Aku penghuni baru di rumah kontrakan ini. Kontrakan yang terdiri dari enam rumah. Dua berdampingan kanan kiri yang berhadapan dengan dua rumah lainnya. Sementara dua lagi berdampingan membelakangi rumah kami berhadapan langsung ke jalan raya.
Sebagai mana sosial dalam bertetangga (kontrakan), meski masih malu-malu kucoba juga untuk berbaur bersama mereka. Meski saat mengobrol ringan bersama mereka setiap sore, hanya menanyakan perkerjaanku sebagai apa? Mengapa tak pernah keluar setiap pagi seperti mereka yang semua mengajar meski hanya guru honorer.
*****
Pintu dapur kubuka, yang dari sini bisa terlihat juga dapurnya tetangga depan. Sama sepertiku, ia juga tengah sibuk di dapur. Pemandangan yang mengasyikkan, pagi-pagi sekali sudah tercium aroma masing-masing dapur dari setiap masakan.
Pagi ini, aku berniat menggoreng nasi. Nasi dingin yang sengaja kumasak semalam. Saat mengambil beberapa bumbu, dua penghuni kontrakan depan terdengar sedang mengobrol. Dari yang kudengar, Ratu--begitu aku menyebutnya--mengucap terima kasih pada Mbak Mia, penghuni kontrakan tepat di depan rumahku yang telah memberinya beberapa ikan besar. Mbak Mia suaminya pelaut lepas, untuk sehari-hari ikan yang dibawa pulang suaminya lebih dari cukup untuk di makan berdua.
Selanjutnya, kulihat Mbak Mia dengan ember sedang di tangannya menuju rumah Kak Naima. Dengan isi ember tersebut sama seperti yang diberi untuk Ratu, beberapa ekor ikan. Bumbu-bumbu yang telah kuambil barusan, sedikit kugeser. Nasi yang hendak kugoreng kutunda sebentar menunggu Mbak Mia yang mungkin setelah ini menuju kemari. Aku tak mau jika ia melihat dapurku yang sedikit berantakan nantinya.
Aku mulai merenung sendirian, bolak-balik kamar mandi menuju kamar menunggu Mbak Mia. Siang nanti ikannya kugoreng saja, kebetulan uangku belum begitu membaik mengingat banyaknya terkuras membeli isi rumah kontrakan ini. Sayangnya, Mbak Mia belum juga muncul.
Meski begitu, aku tak kehabisan akal. Sampah di kamar mandi yang belum begitu penuh, kubungkus segera berniat membuangnya. Bisa saja Mbak Mia tak berani mengetuk pintu depanku karena mengira kami belum terbangun, pun tak melihat pintu dapurku yang entah kenapa hari ini sengaja kubuka.
"Pagi amat buang sampah, La."
Mbak Mia tersenyum, perempuan yang terkenal rajin bangun cepat itu terlihat sedang menikmati waktunya bermain ponsel.
Aku tersenyum kembali, menjawab seadanya. Kemudian masuk dengan tergesa-gesa menutup pintu depan, juga pintu belakang yang sialnya pagi ini membuatku menyesal sudah membukanya.
Aceh, 01 Agustus 2022.


bukhorigan memberi reputasi
1
1.5K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan