- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Masyarakat Sarankan Perthashop Tak Hanya Jual Pertamax, Tapi Juga Pertalite


TS
surinami
Masyarakat Sarankan Perthashop Tak Hanya Jual Pertamax, Tapi Juga Pertalite
Quote:

GROBOGAN – Masyarakat menyayangkan perthashop hanya menjual pertamax. Sebab, BBM jenis tersebut tak bersubsidi. Terlebih, harganya juga ikut naik. Kini, menjadi Rp 14.500.
Warga Kelurahan Kebondalem, Purwodadi, Grobogan, Tardi menyebut, harga itu terlalu tinggi bagi warga desa. Jadi, kebijakan menaruh pertashop di desa-desa kurang tepat. Sebab, yang dijual hanya pertamax. Bukan BBM bersubsidi. ”Orang desa rata-rata ekonominya menengah ke bawah. Layak dapat subsidi. Seharusnya yang dijual di pertashop itu pertalite,” cetusnya.
Atas dasar itu, ia berharap agar yang dijual di pertashop BBM bersubsidi. Sebab, sasarannya orang desa. Bukan malah menjual pertamax yang tanpa subsidi dengan harga tinggi. ”Kalau subsidi tepat sasaran ya harusnya pertashop yang di desa-desa jual BBM bersubsidi,” katanya.
Di tengah kenaikan harga itu, ternyata penjualan di perthashop ikut terdampak. Yuni, salah satu operator di perthashop Ngraji 4P.58129 menyebut, sebelum ada kenaikan harga BBM penjualan dalam sehari bisa mencapai 1.000 liter. Saat itu ketika harga pertamax masih Rp 9 ribu. ”Sejak naik harga pertamax jadi Rp 14.500 biasanya sehari habis 400-700 liter,” tambahnya.
Menurutnya, dalam sekali pengisian tanki perthashop dijatah 2 ribu liter. Dulu isi itu bisa habis dalam dua hari. Namun, sekarang perlu waktu tiga sampai empat hari. Perthashop sendiri, buka pukul 06.00-21.00. Saat pagi hingga siang mayoritas pengisi dari kendaraan roda dua. Sedangkan menjalang petang hingga malam, banyak kendaraan roda empat.
Di perthashop 4P. 58122 kondisinya semakin sepi. Operator perthashop Rohmat tampak santai. Sekitar pukul 10.00 kemarin, ia menonton televisi yang berada di gazebo pertashop itu. Setengah jam berselang baru ada pembeli. Terlihat warga tersebut membeli dengan nominal Rp 20 ribu. Usai melayani ia kembali ke gazebo.
Menurutnya, sejak kenaikan harga BBM, pembeli di pertashop menurun drastis. Dari hari biasa yang habis 500-600 liter, kini menjadi hanya 200-300 liter. Artinya turun sampai 50 persen.
Area Manager Communication, Relation & Corporate Social Responsibility Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho mengatakan, pertashop hanya menjual pertamax, karena kuota pertalite sudah ditetapkan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) di SPBU. Dalam kuota itu, pertashop tidak termasuk. Jadi, tak bisa menjual pertalite. ”Pertashop menjual BBM nonsubsidi yang tak ada kuotanya. Hanya menjual pertamax, karena nonsubsidi. Terlebih kualitas pertamax juga lebih baik daripada pertalite,” terangnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pradana Setiawan melalui Kabid Perdagangan Sigit Adiwibowo menerangkan, pihaknya menyayangkan dalam pendirian pertashop tidak melibatkan pihaknya. Jadi, dia tak tahu pasti jumlah dan lokasinya di Grobogan.
”Program perthashop Pertamina ini, kami (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Red) tidak dilibatkan dalam penempatan lokasi, alokasi, dan perizinan. Ini juga dialami di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah,” paparnya.
Hal itu diketahui pada rakor di ESDM Provinsi Jawa Tengah. Dan dijadikan bahan evaluasi bagi ESDM Jateng dan Pertamina. ”Sejauh ini kami hanya melakukan tera ulang. Itu sesuai UU No 2 Tahun 1981. Bahwa setiap alat yang punya takaran wajib ditera ulang setahun sekali. Namun, kami tetap melakukan pengawasan dalam hal pelayanan hingga distribusi,” imbuhnya. (tos/lin)
https://radarkudus.jawapos.com/ekono...uga-pertalite/
Lah kok protes gaji orang kampung kan lebih tinggi dari gaji orang kota.. Motor dan mobilnya jg cc gede2 wajar dong d anggap mampu.. Makanya cocok d kasih non subsidi.. Klo mau d subsidi mah tinggal d kota..







jiresh dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.1K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan