Kaskus

Entertainment

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Hidup Itu Keras!! Penuhi Kebutuhanmu Bukan Keinginanmu
Hidup Itu Keras!! Penuhi Kebutuhanmu Bukan Keinginanmu
Hidup Itu Keras!! Penuhi Kebutuhanmu Bukan Keinginanmu
Terkadang beberapa orang merasa hidupnya terlalu keras, kurang beruntung atau bahkan menganggap dirinya tak berguna sama sekali. Rentetan kebutuhan hidup yang makin ke sini makin keras adalah musababnya. Banyak diantara kita melihat kehidupan dalam sudut pandang berdasarkan apa yang dipunyai oleh mereka yang secara kualitas dan kuantitas berada diatas kita. Semua standar ditetapkan sedemikian tinggi, ekspektasi yang cenderung terlalu utopis dan bahkan selalu mengawang-awang didalam imajinasi semu. Tak ada yang salah dengan itu semua karena hidup memang butuh proyeksi jangka panjang kedepan. Namun, seringkali ini adalah awal dari masalah yang sebenarnya yang kita ciptakan sendiri dan membebani diri sendiri.

Setiap orang pada mulanya sejak dilahirkan ke dunia ini telah memiliki iming-iming, entah oleh keinginan kedua orang tuanya yang mengharapkan anaknya kelak harus menjadi seseorang yang mumpuni dalam segala hal, maupun oleh karena tuntutan ekspektasi diri sendiri seiring berjalannya waktu dan perkembangan usia. Pada gilirannya, sampailah kita pada situasi yang mana keinginan mendahului kebutuhan.

Manusia, secara naluriah adalah makhluk yang kepuasannya unlimited alias tak terhingga. Sudah punya satu, ingin dua. Punya dua ingin tiga dan seterusnya. Tak pernah ada habisnya. Bahkan semakin dituruti, makin tak ada ujungnya. Bahkan ada pepatah lama mengatakan, manusia bahkan jika di berikan segunung emas pun bakal akan mengingingkan gunung emas berikutnya. Saking tak pernah ada batasnya keinginan itu. Lalu, apakah kita tidak boleh beriming-iming? Jawabannya boleh saja. Bahkan kita dibebaskan untuk menumpuk sebanyak mungkin harta dan materi di muka bumi ini. Tak ada larangan atau keharaman untuk itu. Hanya saja, agar tak tersandera dengan keinginan, kita juga diharapkan memiliki kebijaksanaan dalam menjalaninya.

Jika merunut ulang secara hakikat, sebenarnya apa yang menjadi kebutuhan manusia itu bisa dikatakan tidaklah banyak dan rumit. Secara proporsional, urutan kebutuhan manusia juga sangat sistematis. Hal ini berdasar kepada tingkat mendesak atau tidaknya kebutuhan itu dan dalam skala prioritas mana yang harus lebih didahulukan. Dalam kaitan ini ada tiga kebutuhan utama yang tiap zaman bisa saja bergeser atau berubah jenisnya. Untuk prioritas utama atau yang lebih dahulu dipenuhi adalah kebutuhan primer. Tentu saja mungkin antara dahulu dan sekarang, jenis kebutuhan ini telah berubah dan terjadi penambahan di dalamnya. Kalau dulu yang termasuk dalam kebutuhan primer misalnya adalah pangan, sandang dan papan (merujuk kepada bahan makanan, pakaian dan hunian atau tempat tinggal), maka saat ini karena perkembangan teknologi dan kebutuhan akan informasi dan transportasi menjadi bertambah, semisal termasuk ponsel dan pulsanya dan kendaraan setidaknya roda dua dan kebutuhan bahan bakarnya. Paling tidak, jika semua hal ini telah dapat dengan mudah terpenuhi, jaminan kenyamanan hidup telah dapat terpenuhi.

Lalu ada kebutuhan lain semisal perabotan rumah tangga, kendaraan roda empat, perhiasan, pendidikan tinggi dan lain sebagainya itu dimasukan kedalam kebutuhan grade dua atau sekunder. Kebutuhan ini tingkat keharusannya tidak lagi seperti tingkat keharusan kebutuhan primer. Dengan kata lain, jika tak terpenuhi pun manusia masih tetap akan hidup dengan nyaman. Sebab pengaruhnya tidak terlalu signifikan lagi. Namun demikian, jika manusia berusaha untuk memenuhinya pun sepanjang tidak menyandera pemenuhan kebutuhan primer tadi rasanya juga tidak mengapa.

Kemudian selanjutnya yang paling tidak signifikan adalah kebutuhan tersier. Sebenarnya tersiser atau kebutuhan grade ketiga ini tidak meluluh soal material tetapi kadang juga maksud pemenuhannya lebih kepada kepuasan imaterial atau batin. Kebanyakan orang berupaya memenuhi kebutuhan ini dengan maksud sekedar untuk mendapat rekognisi atau pengakuan dalam lingkungan sosialnya dan hal tersebut melahirkan kepuasan tersendiri baginya. Dalam perkembangannya, kebutuhan tersier kadang menyebabkan kemubaziran dan kesia-siaan. Sebab tujuan pemenuhannya juga sudah tidak mempengaruhi eksistensi kehidupan tetapi sudah lebih kepada sikap "pamer" dan gaya hidup yang hedonis semata. Sebagai contoh, seseorang memaksakan untuk menumpuk-numpuk kendaraan di garasi rumahnya padahal kendaraan tersebut bahkan sama sekali tidak dipakainya untuk alat transportasi. Atau seseorang terus-terusan membeli smarthphone dengan brand kenamaan terbaru tetapi sebenarnya tidak pernah digunakannya untuk alat komunikasi atau memperoleh informasi. Keadaan ini, apalagi di era perkembangan sosial media yang kian pesat bahkan menjadi trigger bagi mereka yang strata sosialnya menengah kebawah untuk berlomba-lomba juga mengikuti trend tanpa sadar hal tersebut sebenarnya telah membawa diri mereka kepada kerumitan hidup dan imajinasi yang utopis.

Pada akhirnya, jika ingin hidup dengan tenang dan nyaman, maka hiduplah sewajarnya. Kita tidak dilarang untuk beriming-iming atau berusaha untuk memenuhi keinginan. Tetapi kita juga dibatasi oleh keadaan dan kapasitas sehingga solusi terbaiknya adalah rasional dan logislah dalam memenuhi segala imajinasi itu.
Bermimpilah setingginya, namun tetaplah hidup dengan selayaknya!!

Terima kasih sudah membaca, see you on the next thread.

AgusLie007Avatar border
spay21Avatar border
gramediapubl701Avatar border
gramediapubl701 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.5K
40
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan