Pembahasan kali ini kita akan angkat tentang sebuah seni yang bisa dibilang aneh, terkadang sebuah seni bisa diluar akal dan pikiran manusia pada umumnya.

Seperti lukisan abstrak bagi sebagian orang adalah seni, namun bagi sebagian orang awam yang tak mengerti apa keindahan dari lukisan tersebut terkesan aneh dan janggal.



Lalu kita masuk lagi ke dalam seni pahat dan lukisan yang memakai peran tubuh manusia. Banyak pemikir seni saat ini maupun masa lalu menampilkan wanita dan pria telanjang dalam berbagai pose dan media.

Lukisan, foto, patung dan lain-lain dengan objek wanita dan pria telanjang boleh dinikmati sebagai sebuah karya yang sangat bernilai tinggi.



Memang untuk bicara seni ketelanjangan kita harus kosongkan atribut dogma religi, hingga kita matikan akal sehat agar bisa melihat bahwa telanjang bukanlah pornografi tetapi sebuah karya yang berkualitas dari sebuah imajinasi manusia yang bercita rasa tinggi.



Terkadang Objek wanita lebih sering menjadi komoditi sebagai objek gambar atau lukisan bisa saja dilatarbelakangi oleh konsep-konsep dan atau masalah kejiwaan seniman. Disini masalahnya menjadi menarik karena realitas karya seni beralih kepada realitas diri seniman dan atau realitas tentang jiwa manusia (pelukis dan fotografi) seperti dalam kasus "analisis senyuman lukisan Monalisa" karya Leonardo da Vincy. Dimana yang dibahas bukan lagi lukisan Monalisa, tetapi kenapa pelukis melukiskan hal itu.Dalam tulisan ini kita mungkin perlu menyimak lagi apa yang terjadi dalam diri pelukis atau orang-orang menurut analisis Freud dan dan Lacan, sehubungan dengan masalah pornografi.

Banyak ahli kejiwaan melihat bahwa yang lebih penting adalah pemahaman tentang "ketidakpuasan" yang berada dalam alam bawah sadar manusia (seperti yang diungkapkan Freud).



Dengan adanya media seperti ini, umumnya akan mendapat "saluran pengganti". Yaitu melalui imaji-imaji visual baik dalam bentuk lukisan, video maupun film. Namun saluran pengganti yang dimaksud Freud tidak selalu harus dalam bentuk lukisan atau gambar bahkan untuk fotografi iklan pun dijalani.

Lalu kenapa telanjang mereka sebut bukanlah aksi pornografi, sebab kalaiu dilihat tentu sebagai aksi peradaban yanh tertinggal. Disini kita bahas sedikit tentang tata cara pakaian suku tertentu baik yang ada di masa kini maupun masa lalu.



Seperti kita tahu pornografi itu umumnya berasal dari tampilan manusia, khususnya wanita.

Penilaian masyarakat terhadap pornografi umumnya streotipe, karena proses persepsi umumnya bersifat "top down processing", yaitu berdasarkan pengetahuan yang telah ada (dimiliki) sebelumnya oleh pelaku maupun pengamat. Contoh nyata adalah, oleh karena orang Papua "hanya memiliki pengetahuan" berpakaian itu sudah sopan melalui "koteka" dan wanitanya pakai rok jerami dan "tidak berpenutup dada" dianggap lazim. Bahkan masa lalu di Bali perempuannya berpakaian dengan dada terbuka dan itu hal biasa, tetapi bagi masyarakat lain hal ini mungkin dianggap porno.

Memang hal aneh ketika telanjang dianggap sebuah seni, mari kita kembalikan pikiran sehat kita dan dogma religi ternyata telanjang bukanlah sebuah seni, karena di negara ini di zaman modern telanjang adalah keterbelakangan dari kemajuan zaman, bahkan di kota besar yang religi dikedepankan seperti di Indonesia orang yang telanjang identik dengan orang gila.



Bahkan mereka yang telanjang lalu di videokan termasuk yang sakit mentalnya, karena sudah tak ada rasa malu dalam berprilaku.

Saya pun jadi bingung seni dengan telanjang itu indahnya dimana yang ada ketika melihat aurat ditampakkan nafsu yang menggelora membuat syahwat yang muncul ke permukaan.

Walau begitu tetap saja seni menjadi kambing hitam untuk mereka yang hobby telanjang.

Ahhh sudahlah daripada bingung kita ngopi saja kawan...



Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2022
referensi : 1
Pic : google