- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Nadiem Makarim Hapus Tes Mata Pelajaran pada Jalur SBMPTN


TS
yellowmarker
Nadiem Makarim Hapus Tes Mata Pelajaran pada Jalur SBMPTN
Kompas.com - 07/09/2022, 10:53 WIB
Nadiem Makarim mengumumkan ditiadakannya seleksi nasional berdasarkan tes mata pelajaran pada live streaming Merdeka Belajar episode 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Rabu (09/07/22).(KOMPAS/Andia Christy)
Penulis Andia Christy | Editor Dian Ihsan
KOMPAS.com -Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengumumkan tidak adanya lagi tes mata pelajaran untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
"Siswa atau calon mahasiswa, tidak akan lagi tes mata pelajaran saat seleksi SBMPTN," tekan Nadiem saat acara konferensi Pers "Merdeka Belajar episode 2022: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri" secara daring, pada Rabu (7/9/2022).
Nadiem berharap, informasi ini bisa menjadi kabar gembira bagi calon mahasiswa yang ingin mengambil seleksi jalur tes SBMPTN di tahun mendatang.
Saat ikut jalur SBMPTN, kata dia, hanya ada tes skolastik yang mengukur pada 4 hal.
Yakni, kemampuan bernalar peserta, kemampuan potensi kognitif atau logika, penalaran Matematika, literasi dalam Bahasa Indonesia, dan literasi dalam Bahasa Inggris.
Tes skolastik tersebut tidak berhubungan dengan penghafalan materi.
Namun, hanya berhubungan dengan kemampuan penalaran dan problem solving.
Terkait tes literasi, sebut dia, dilakukan tidak hanya berfokus pada kemampuan gramatika, tetapi literasi secara mendalam.
Selain itu, dapat menganalisa terkait apa yang dimaksud di dalam bacaan tersebut.
“Benar-benar literasi mendalam, bukan yang mengetes bahasa secara cetek. Tetapi logika dan pengertian seluruh bacaan,” ungkap Nadiem.
Dengan demikian, skema seleksi ini akan jauh lebih adil dan memberikan kesempatan sukses bagi semua calon mahasiswa yang ikut jalur SBMPTN.
Lanjut Nadiem mengaku, ketika pelaksanaan SBMPTN tidak lagi menggunakan tes mata pelajaran, maka tidak lagi bergantung pada lembaga bimbingan pelajaran (bimbel) untuk persiapan tes SBMPTN.
"Lalu, tidak perlu juga khawatir untuk menghafal begitu banyak konten untuk bisa mengikuti tes seleksi," ungkap dia.
Dampak tidak adanya bimbel, maka berdampak positif bagi orangtua dan guru.
Bagi orangtua, mereka tidak lagi terbebani pada tanggungan finansial tambahan untuk bimbingan belajar para anaknya di lembaga les.
Kemudian, bagi guru bisa jadi lebih fokus pada pembelajaran yang bermakna, holistik, dan berorientasi pada penalaran yang mendalam, bukan hafalan.
"Guru juga bisa kembali percaya diri bahwa pembelajaran sesuai kurikulum itu sudah cukup untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi seleksi PTN lewat SBMPTN," tutur Nadiem Makarim.
Nadiem menambahkan, kerja sama antara siswa dengan guru melalui pengasahan logika dan daya nalar, maka akan meningkatan kesuksesan peserta didik pada jalur seleksi berdasarkan tes (SBMPTN).
"Seleksi masuk PTN harusnya tidak menurunkan kualitas pembelajaran pendidikan menengah. Harus lebih inklusif dan adil, tidak diskriminatif pada peserta didik dari keluarga yang kurang mampu untuk membimbelkan anaknya," tukas Nadiem.
Sumber

Nadiem Makarim mengumumkan ditiadakannya seleksi nasional berdasarkan tes mata pelajaran pada live streaming Merdeka Belajar episode 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Rabu (09/07/22).(KOMPAS/Andia Christy)
Penulis Andia Christy | Editor Dian Ihsan
KOMPAS.com -Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengumumkan tidak adanya lagi tes mata pelajaran untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
"Siswa atau calon mahasiswa, tidak akan lagi tes mata pelajaran saat seleksi SBMPTN," tekan Nadiem saat acara konferensi Pers "Merdeka Belajar episode 2022: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri" secara daring, pada Rabu (7/9/2022).
Nadiem berharap, informasi ini bisa menjadi kabar gembira bagi calon mahasiswa yang ingin mengambil seleksi jalur tes SBMPTN di tahun mendatang.
Saat ikut jalur SBMPTN, kata dia, hanya ada tes skolastik yang mengukur pada 4 hal.
Yakni, kemampuan bernalar peserta, kemampuan potensi kognitif atau logika, penalaran Matematika, literasi dalam Bahasa Indonesia, dan literasi dalam Bahasa Inggris.
Tes skolastik tersebut tidak berhubungan dengan penghafalan materi.
Namun, hanya berhubungan dengan kemampuan penalaran dan problem solving.
Terkait tes literasi, sebut dia, dilakukan tidak hanya berfokus pada kemampuan gramatika, tetapi literasi secara mendalam.
Selain itu, dapat menganalisa terkait apa yang dimaksud di dalam bacaan tersebut.
“Benar-benar literasi mendalam, bukan yang mengetes bahasa secara cetek. Tetapi logika dan pengertian seluruh bacaan,” ungkap Nadiem.
Dengan demikian, skema seleksi ini akan jauh lebih adil dan memberikan kesempatan sukses bagi semua calon mahasiswa yang ikut jalur SBMPTN.
Lanjut Nadiem mengaku, ketika pelaksanaan SBMPTN tidak lagi menggunakan tes mata pelajaran, maka tidak lagi bergantung pada lembaga bimbingan pelajaran (bimbel) untuk persiapan tes SBMPTN.
"Lalu, tidak perlu juga khawatir untuk menghafal begitu banyak konten untuk bisa mengikuti tes seleksi," ungkap dia.
Dampak tidak adanya bimbel, maka berdampak positif bagi orangtua dan guru.
Bagi orangtua, mereka tidak lagi terbebani pada tanggungan finansial tambahan untuk bimbingan belajar para anaknya di lembaga les.
Kemudian, bagi guru bisa jadi lebih fokus pada pembelajaran yang bermakna, holistik, dan berorientasi pada penalaran yang mendalam, bukan hafalan.
"Guru juga bisa kembali percaya diri bahwa pembelajaran sesuai kurikulum itu sudah cukup untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi seleksi PTN lewat SBMPTN," tutur Nadiem Makarim.
Nadiem menambahkan, kerja sama antara siswa dengan guru melalui pengasahan logika dan daya nalar, maka akan meningkatan kesuksesan peserta didik pada jalur seleksi berdasarkan tes (SBMPTN).
"Seleksi masuk PTN harusnya tidak menurunkan kualitas pembelajaran pendidikan menengah. Harus lebih inklusif dan adil, tidak diskriminatif pada peserta didik dari keluarga yang kurang mampu untuk membimbelkan anaknya," tukas Nadiem.
Sumber
Yang terdampak negatif les dan bimbel nih.
Dan bila hafalan tidak diutamakan maka akankah para grammar nazi punah (?)
Diubah oleh yellowmarker 07-09-2022 22:32






viniest dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.6K
129


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan