- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Jangan mengambil peran Tuhan


TS
ryanmallay2000
Jangan mengambil peran Tuhan
Dengan wajah kusut, seorang sahabat menghampiriku. Tentu saja aku pertanyakan, "Ada apa, Bro?", tanyaku.
"Aku lagi gak punya duit, Kawan", jawabnya.
"Tapi masih punya nyawa kan?", kataku.
"Ya iyalah, Lu gimana Sih!, orang lagi kesusahan diajak bercanda", protesnya.
Kami bersahabat sejak SMP dulu terpisah setelah SMA. Aku memilih hidup melalui pengabdian sebagai prajurit TNI sedangkan dia melanjutkan studynya di fakultas ekonomi salah satu universitas ternama.
Disekolahan dia memang selalu juara kelas, aku hanya mendampingi dia setiap menerima pernghargaan saat pemberian raport usai ujian. Dengan tubuh kekarnya, aku pernah mengajak ia untuk mengikuti seleksi Akabri (dulu namanya Akabri sekarang Akademi TNI).
"Yuk iket tes!", ajakku.
"Gak ach, aku mau kuliah aja", jawabnya.
"Emang sanggup kuliah?", tanyaku karena aku tahu persis ekonomi keluarga kita sama-sama setengah strip di bawah garis kemiskinan.
"Gimana caranya, Bro", jawabnya.
"Emang ada jalan?" tanyaku.
"Gunakan segala cara untuk mempertahankan hidup, Bro!", jawabnya.
"Caranya?", tanyaku.
"Cari yang gratislah, aku akan kejar semua bea siswa untuk kuliah", tekadnya.
"Kamu kuliah apa?", tanyaku lagi.
"Ekonomi, karena aku sudah bosan hidup miskin, aku akan belajar di bidang ekonomi biar bisa merubah jalan hidup", tekadnya.
"Gunakan segala cara untuk mempertahankan hidup" slogan ini selalu dia ucapkan ketika kita sama-sama di posisi terendah. sedangkan aku sendiri menerapkan "Bertahan hidup dengan segala cara". Sepintas slogan kami hampir sama tetapi implementasinya berbeda. Dia menghalalkan segala cara untuk mempertahankan hidup sedangkan aku bertahan hidup dengan berbagai cara namun tidak menghalalkan segalanya. aku lebih condong berbenah diri sedangkan dia justru meregutt yang lain demi dirinya. aku menyesuaikan hidup sesuai kondisi sedangkan dia menciptakan kondisi sesuai hidupnya. Perbedaan pandangan kami tidak melunturkan keeratan persahabatan kami.
Usahanya cepat sukses hingga dia tidak hanya lepas dari garis kemiskinan. Gelar kaya raya pernah disandangnya. tetapi akhirnya ia kembali ke titik awal setelah musibah corona meregut usahanya. sekarang kembali ia berkerut kening.
sedangkan aku tidak pernah menyadang gelar itu hanya saja semua yang aku butuhkan selama ini Tuhan berikan. walau harus diuji bersabar menanti. aku hidup tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan.
"Bisa gak bantu aku?", kembali dia merengek memohon bantuan mengembalikan kejayaan perusahaannya.
"Maaf Bro, saya tidak ada kewenangan untuk melakukan itu", jawabku.
sebenarnya simple saja, dia memintaku untuk melakukan lobbi kepada salah satu instansi agar dapat memenangkan sebuah proyek pembangunan. Dia memilihku karena kedekatanku kepada pejabat instansi tersebut.
"Nanti kita berbagi fee". dia kembali membujukku dengan iming-iming pembagian fee yang cukup besar.
"Maaf, Bro,.. selagi kita bernyawa, Tuhanlah yang berperan memberi rejeki, saranku pintalah kepada-Nya", aku beri ia nasehat.
"Itu mah sudah, Bro.. setiap sholat aku berdoa", jawabnya.
"Nah disitu salahnya Bro," jawabku
"Salah apanya?' tanyanya lagi.
"Sholat itu memuja Tuhan, imani kekuasaan-Nya, setelah itu Dia lah yang akan memberimu rejeki bukan karena ingin mendapat rejeki kamu sholat", aku beri nasehat.
"Iya sih, selama ini aku lalai, sholat kalau dalam susah seperti ini aj", dia menyadari.
"Akui kesalahanmu dalam bentuk pertobatan setelah itu barulah memohon kepada-Nya", kataku.
"Menurutmu apa salahku? aku tidak pernah mencuri, berzinah atau maksiat yang lain", dia berkilah.
"Salahmu cuma satu, mengambil peran Tuhan dalam rejeki, kamu pikir orang lain yang beri kamu rejeki", aku mematahkan pendapatnya.
"Wajar Tuhan murka sehingga kamu dimiskinkan", aku lanjutkan.
Akhirnya ia pamit undur diri dengan membawa perenungan dari nasehatku.
Beberapa bulan berikutnya, hidupnya kembali bahagia, walau tidak sekaya dulu tetapi dia tidak kekurangan walau hanya berjualan kopi dengan gerobaknya.
jangan pernah kita mengambil peran Tuhan karena bia Ia murka maka hidup akan tersiksa. Urusan Rejeki, Jodoh dan Maut biar Dia yang menentukan, kita hanya berusaha saja. Jangan pernah merebut rejeki yang bukan milik kita, jangan menentukan jodoh dengan nafsu sendiri dan jangan akhiri hidup dengan keinginan kita.
"Aku lagi gak punya duit, Kawan", jawabnya.
"Tapi masih punya nyawa kan?", kataku.
"Ya iyalah, Lu gimana Sih!, orang lagi kesusahan diajak bercanda", protesnya.
Kami bersahabat sejak SMP dulu terpisah setelah SMA. Aku memilih hidup melalui pengabdian sebagai prajurit TNI sedangkan dia melanjutkan studynya di fakultas ekonomi salah satu universitas ternama.
Disekolahan dia memang selalu juara kelas, aku hanya mendampingi dia setiap menerima pernghargaan saat pemberian raport usai ujian. Dengan tubuh kekarnya, aku pernah mengajak ia untuk mengikuti seleksi Akabri (dulu namanya Akabri sekarang Akademi TNI).
"Yuk iket tes!", ajakku.
"Gak ach, aku mau kuliah aja", jawabnya.
"Emang sanggup kuliah?", tanyaku karena aku tahu persis ekonomi keluarga kita sama-sama setengah strip di bawah garis kemiskinan.
"Gimana caranya, Bro", jawabnya.
"Emang ada jalan?" tanyaku.
"Gunakan segala cara untuk mempertahankan hidup, Bro!", jawabnya.
"Caranya?", tanyaku.
"Cari yang gratislah, aku akan kejar semua bea siswa untuk kuliah", tekadnya.
"Kamu kuliah apa?", tanyaku lagi.
"Ekonomi, karena aku sudah bosan hidup miskin, aku akan belajar di bidang ekonomi biar bisa merubah jalan hidup", tekadnya.
"Gunakan segala cara untuk mempertahankan hidup" slogan ini selalu dia ucapkan ketika kita sama-sama di posisi terendah. sedangkan aku sendiri menerapkan "Bertahan hidup dengan segala cara". Sepintas slogan kami hampir sama tetapi implementasinya berbeda. Dia menghalalkan segala cara untuk mempertahankan hidup sedangkan aku bertahan hidup dengan berbagai cara namun tidak menghalalkan segalanya. aku lebih condong berbenah diri sedangkan dia justru meregutt yang lain demi dirinya. aku menyesuaikan hidup sesuai kondisi sedangkan dia menciptakan kondisi sesuai hidupnya. Perbedaan pandangan kami tidak melunturkan keeratan persahabatan kami.
Usahanya cepat sukses hingga dia tidak hanya lepas dari garis kemiskinan. Gelar kaya raya pernah disandangnya. tetapi akhirnya ia kembali ke titik awal setelah musibah corona meregut usahanya. sekarang kembali ia berkerut kening.
sedangkan aku tidak pernah menyadang gelar itu hanya saja semua yang aku butuhkan selama ini Tuhan berikan. walau harus diuji bersabar menanti. aku hidup tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan.
"Bisa gak bantu aku?", kembali dia merengek memohon bantuan mengembalikan kejayaan perusahaannya.
"Maaf Bro, saya tidak ada kewenangan untuk melakukan itu", jawabku.
sebenarnya simple saja, dia memintaku untuk melakukan lobbi kepada salah satu instansi agar dapat memenangkan sebuah proyek pembangunan. Dia memilihku karena kedekatanku kepada pejabat instansi tersebut.
"Nanti kita berbagi fee". dia kembali membujukku dengan iming-iming pembagian fee yang cukup besar.
"Maaf, Bro,.. selagi kita bernyawa, Tuhanlah yang berperan memberi rejeki, saranku pintalah kepada-Nya", aku beri ia nasehat.
"Itu mah sudah, Bro.. setiap sholat aku berdoa", jawabnya.
"Nah disitu salahnya Bro," jawabku
"Salah apanya?' tanyanya lagi.
"Sholat itu memuja Tuhan, imani kekuasaan-Nya, setelah itu Dia lah yang akan memberimu rejeki bukan karena ingin mendapat rejeki kamu sholat", aku beri nasehat.
"Iya sih, selama ini aku lalai, sholat kalau dalam susah seperti ini aj", dia menyadari.
"Akui kesalahanmu dalam bentuk pertobatan setelah itu barulah memohon kepada-Nya", kataku.
"Menurutmu apa salahku? aku tidak pernah mencuri, berzinah atau maksiat yang lain", dia berkilah.
"Salahmu cuma satu, mengambil peran Tuhan dalam rejeki, kamu pikir orang lain yang beri kamu rejeki", aku mematahkan pendapatnya.
"Wajar Tuhan murka sehingga kamu dimiskinkan", aku lanjutkan.
Akhirnya ia pamit undur diri dengan membawa perenungan dari nasehatku.
Beberapa bulan berikutnya, hidupnya kembali bahagia, walau tidak sekaya dulu tetapi dia tidak kekurangan walau hanya berjualan kopi dengan gerobaknya.
jangan pernah kita mengambil peran Tuhan karena bia Ia murka maka hidup akan tersiksa. Urusan Rejeki, Jodoh dan Maut biar Dia yang menentukan, kita hanya berusaha saja. Jangan pernah merebut rejeki yang bukan milik kita, jangan menentukan jodoh dengan nafsu sendiri dan jangan akhiri hidup dengan keinginan kita.






bukhorigan dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.3K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan